"Berita darimana itu? Nggak mungkin lah aku kayak gitu Mas," ujar Imel berusaha untuk mengelak dari pertanyaan Jaka."Nggak usah bohong, cepat kasih tahu Mas. Yang jujur daripada Mas marah nanti," ujar Jaka masih berusaha menekan amarahnya.Imel yang sedang ditatap begitu intens oleh sang kakak hanya bisa menundukkan kepalanya. Ibu Jaka sedang ikut acara liburan dengan geng arisannya di Bali. Karena itu beliau yang biasanya selalu membela Imel, apalagi jika Jaka bertindak sedikit keras kepada adiknya itu. "Jawab Mel, apa betul kamu menjadi pelakor?" tanya Jaka kepada adiknya lagi."Emm, sebenarnyaa.. S-sebenarnya Imel nggak tahu Mas kalai dia sudah punya istri," jawab Imel dengan suara pelan sekali.Jaka hampir saja tidak mempercayai ucapan adiknya itu. Wajahnya berubah menjadi marah tanda menahan amarahnya."Kamu kenapa bisa kayak berbuat memalukan gitu Mel?" tanya Jaka frustasi dengan perbuatan adiknya."Kamu itu Mel, kayak nggak ada lelaki lain aja sih," celetuk Saskia pada adik i
POV SaskiaHari ini aku sial sekali, niat hati ingin pergi ke mall membeli perlengkapan bayi malah ketemu dengan Kinan. Tidak sengaja aku menabraknya karena terlalu terburu-buru berjalana. Tetapi tentu saja aku tidak mau dia memarahiku duluan jadi akhirnya ku semprot saja dia terlebih dahulu.Sejujurnya saat kulihat penampilan Kinan sekarang terselip rasa iriku kepada dirinya. Dia terlihat begitu bahagian, wajahnya semakin cerah, dan terlihat berisi karena kehamilannya. Sial, aku belum sempat mencari tahu kerja apa dia sekarang."Dunia ternyata sempit sekali ya, kamu ngapain kesini. Ini kan mall elit, harga barang disini mahal, apa kamu sanggup untuk membelinya? Ohh aku tau jangan-jangan setelah bercerai dari Jaka, kamu bekerja sebagai wanita panggilan ya?" ucapku berusaha memojokkanya.Aku tersenyum saat kulihat wajahnya memerah menahan amarah, karena memang itu tujuanku memancing amarahnya agar aku bisa mengorek informasi apa yang dilakukan Kinan sekarang setelah bercerai dari Jaka.
Hari ini Kinan sedang berkunjung ke cafe, selain karena sudah merasa bosan di rumah. Dia juga ingin mengunjungi Mahira. Kinan merasa bersalah karena sudah membiarkan Mahira mengurusi cafe ini sendiri. Nenek Arini memang masih sibuk mengurusi cafe dan beberapa restoran lain tetapi akhir-akhir ini beliau lebih sering disibukkan dengan pembukaan cabang baru restoran.Kinan melihat Mahira sedang sibuk meneliti laporan pengeluaran dan pemasukan barang ketika dia datang."Assalamualaikum Mahiraku," sapa Kinan lembut langsung duduk di kursi yang berada di depan Mahira."Eh waalaikumsalam, tumben sekali ibu pewaris tunggal datang kesini? Bukannya sedang cuti hamil ini?" ledek Mahira seperti biasa.Kinan tertawa menanggapi ledekan dari Mahira yang memang selalu memanggilnya pewaris tunggal kalu sedang berdua saja seperti ini."Bosan sekali di rumah, kegiatanku hanya nonton televisi, main game atau baca novel online. Nenek sedang sibuk mengurusi pembangunan restoran baru. Kamu sibuk sekali disi
Keesokan harinya Imel dan Saskia kembali datang ke cafe untuk menemui Mahira. Kali ini mereka berangkat pagi sekali berharap bisa ketemu sahabat dari Kinan tersebut.Setelah menunggu cukup lama mereka berhasil menemui Mahira."Wah keren sekali ya, seorang anak panti asuhan bisa bekerja di cafe terkenal seperti ini dan sepertinya punya jabatan yang bagus," sindir Imel.Mahira memang meminta Pak Rudi untuk membawa mereka masuk ke kantornya ketika manajer cafe tersebut memberitahu bahwa ada yang mencarinya. Dan begitu mendengar sindiran yang dilontarkan Imel tersebut, Mahira hanya tersenyum tidak terpengaruh sama sekali."Bukan begitu caranya untuk mengucap salam bukan?" tanya balik Mahira dengan sopan."Disini saya sebagai tuan rumah jadi kalian harus menghormati saya. Itu pun kalau kalian ingin saya hormati sebagai tamu. Jadi lakukanlah etika bertamu yang benar," lanjut Mahira.Imel dan Saskia yang merasa disindir oleh Mahira tidak terima. Raut wajah mereka menunjukkan wajah yang tidak
Mas, kamu sayang sama aku nggak?" tanya Saskia pada Jaka ketika mereka sedang berada dalam kamar."Kenapa nanya gitu?" tanya balik Jaka."Aku merasa kamu cuek sekali padaku akhir-akhir ini. Padahal kan sekarang aku lagi hamil anak kamu, Mas," rajuk Saskia.Jaka menggelengkan kepala mendengar pertanyaan Saskia yang aneh menurutnya."Kamu aneh deh nanyanya, hal seperti itu seharusnya tidak perlu kamu tanyakan. Sudah jangan nanya lagi, besok waktu kamu kontrol kehamilan kan?" ucap Jaka."Iya Mas, kamu nemenin aku kan Mas?" tanya Saskia.Usia kehamilan Saskia kini sudah menginjak hampir 7 bulan, oleh karena itu perutnya semakin terlihat membuncit. Namun Jaka berusah untuk menunjukkan kasih sayangnya yang entah kenapa perlahan semakin memudar ketika dia melihat sang istri."Iya besok Mas temani," ucap Jaka singkat lalu memutuskan untuk tidur.Saskia merasa kesal karena Jaka tidak menggubris omongannya sama sekali dan malah tidur memunggunginya.'Kenapa kamu berubah, Mas?' keluh Saskia dala
Sayangnya dalam kasus seperti ini, tidak ada kaitannya dengan keturunan, Bu. Namun ini masih kecurigaan saya, nanti untuk pastinya akan bisa kita lihat setelah bayi ini lahir. Dan baru bisa kita lakukan tatalaksana untuk penyelesaiannya," ujar sang dokter.***Jaka dan Saskia hanya diam tidak bersuara, begitu pun saat mereka sudah sampai di mobil mereka. Tidak ada percakapan yang menghiasi seperti yang biasa mereka lakukan setiap selesai periksa ke dokter."Mas," ucap Saskia pelan.Namun Jakan hanya terdiam tidak berusaha merespons kalimat yang ingin diucapkan oleh Saskia."Kalau benar nanti anak ini terlahir cacat, aku tidak mau merawatnya. Kita kasih ke panti asuhan saja daripada anak ini membuat malu keluarga, Mas," jelas Saskia.Jaka terkejut mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh Saskia. Dia tidak habis pikir Saskia bisa berbicara seperti itu."Ngomong apa kamu? Dia itu anak yang dititipkan Allah sama kita, jadi seperti apapun nanti kita akan merawatnya," sahut Jaka yang
Semakin mendekati hari perkiraan lahirnya, Kinan merasa tambah grogi. Dia berharap prosesnya saat melahirkan nanti bisa berjalan dengan lancar tanpa suatu halangan.Hari ini Kinan kembali memeriksakan diri ke dokter kandungan karena Kinan merasa perutnya kencang. Kinan ditemani oleh sang Nenek, Mahira dan juga Bu Hasna."Nek, Kinan takut sekali," ujar Kinan pada sang Nenek ketika sedang menunggu antrian dokter."Banyak berdoa ya Nak, biar proses lahirannya lancar dan dimudahkan," ujar Nenek Arini.Bu Hasna yang mendengar kalimat yang diucapkan Kinan tanpa sengaja meneteskan air matanya."Loh Bu Hasna, kenapa nangis?" ucap Mahira.Bu Hasna segera menghapus air mata yang terjatuh dengan cepat."Bu Hasna, terima kasih karena selalu mendampingi Kinan hingga sekarang. Doakan semoga proses melahirkan Kinan nanti lancar ya?" ucap Kinan dengan tulus."Kinan, tanpa kamu minta Ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu," jawab Bu Hasna.Mereka semua kembali menunggu antrian di depan ruang dok
POV JakaSejak pulang dari dokter kandungan beberapa hari yang lalu, Saskia menjadi lebih pendiam. Dia lebih sering berada di kamar lalu berdiam diri."Aku nggak apa-apa," ujar Saskia ketika aku bertanya ada masalah apa.Aku masih disibukkan dengam urusan butik Saskia yang ramai. Namun ada hal yang membuatku pusing, Ibu terus meminta uang untuk modal investasi seperti yang dikatakan tempo hari."Jaka, gimana?" tanya Bu Lina saat sarapan."Bagaimana apanya Bu?" tanyaku pura-pura tidak mengerti arah pembicaraan Ibu. Kulihat Ibu berdecak sebal, mungkin karena biasanya aku selalu menuruti kemauannya sedangkan kali ini aku belum mengabulkan permintaannya.Mau bagaimana lagi, aku sedang tidak ada uang sebanyak yang ibu minta. Aku tidak enak kalau harus meminta kepada Saskia melihat kondisinya akhir-akhir ini yang selalu murung."Uang yang ibu minta untuk investasi itu loh, gimana sudah ada?" tanya Bu Lina."Maaf Bu, Jaka belum ada uang segitu," ujar Jaka."Ya kamu minta Saskia lah, masak h