"Minta maaf nggak sama Kinan, nenek lampir!" ucap Mahira.Saskia yang merasa kesakitan namun dia gengsi untuk meminta maaf apalagi kepada Kinan, orang yang paling dia benci ini."Lo beraninya sama wanita hamil, nggak malu lo?" ujar Saskia berusaha memprovokasi Mahira agar mau melepaskan tangannya."Sudah Hira, lepaskan dia kasihan," ucap Kinan yang tidak tega melihat Saskia sudha meringis kesakitan."Biar aja Kinan, biar dia tahu kalau nggak semua orang bisa dia perlakukan seenak udelnya kayak gitu," jawab Mahira."Sudah sudah nanti kalau ada orang yang lewat tidak enak dilihatnya, kasihan dia," sahut Kinan.Karena Kinan sudah memohon agar Saskia dilepaskan makan Mahira pun dengan terpaksa melepaskan Saskia."Huh kalau Kinan nggak memohon kayak gitu, nggak bakalan aku lepasin. Awas kamu ya kalau bikin gara-gara lagi, dasar nenek lampir!" jawab Mahira dengan ketus.Saskia akhirnya bisa bernafas dengan lega dan langsung melarikan diri dari sana sebelum Mahira melakukan hal aneh lagi kep
Imel sudah hancur Mas, Imel sudah kotor," sahut Imel sambil menangis terisak yang tentu saja membuat Jaka semakin mengeratkan pelukannya pada sang adik. Dia berusaha menyalurkan energi positif pada sang adik agar bisa bangkit kembali."Ada Mas disini, kamu tenang ya. Ada Mas, kita cari jalan keluar bersama-sama," jawab Jaka."Nggak usah repot-repot Mas, aku sudah membuang bayi si**an ini. Dia sudah hilang, hahaha," jawab Imel enteng.Jaka terhenyak mendengar jawaban yang keluar dari adiknya ini, dia masih tidak bisa percaya akan kalimat yang baru saja di dengarnya."Apa maksud kamu? Apa maksud kamu dengan membuang bayi itu?" tanya Jaka menggali maksud adiknya."Anak s**l ini sudah aku buang Mas, aku sudah membuangnya. Dia itu kesalahan dan kesalahan itu harus segera dihapus," jawab Imel lagi."Astaga Imel, kamu menggugurkan bayi itu? Kamu bagaimana sih? Kenapa tidak berdiskusi dulu dengan kami?" ucap Jaka seraya menyugar rambutnya dengan kasar."Halaah peduli se*an Mas, aku lega sudah
Oeek.. Oeekkk.." suara tangisan bayi menggema di sebuah kamar bersalin.Setelah memakan proses hampir seharian akhirnya Kinan berhasil melahirkan seorang bayi laki-laki yang begitu tampan dengan oaras yang menyerupai Kinan."Alhamdulillah," tidak henti Kina bersyukur atas kelahiran bayinya.Kinan sudah meminta tolong dari sejak jauh hari kepada Pak Ferdi untuk mengadzani bayinya. sekarang sang bayi sedang dibawa ke ruang bayi untuk dibersihkan, dan Kinan masih menjalani proses pemulihan setelah melahirkan."MashaAllah Kinan, selamat ya? Nenek bangga sekali kamu hebat Nak," ujar Nenek Arini sambil mengelus lembut rambut cucunya."Terima kasih banyak ya Nek, alhamdulillah Rayyan bisa lahir selamat," jawab Kinan dengan penuh haru."Rayyan?" tanya Nenek Arini sambil mengerutkan kening."Iya Nek, bayi itu Kinan beri nama Rayyan Attila Hadiwiryawan," jawab Kinan dengan pasti."Yang artinya anak tampan yang berjiwa besar keturunan dari Hadiwiryawan. Gimana Nek?" tanya Kinan."MashaAllah bagu
Ah kamu ini, kenapa tidak bilang sebelum 7 bulan sih, kayak gini itu harus dirayakan dengan mewah. Ibu juga mau pamer ke teman-teman arisan. Kalau ibu juga mau punya cucu, biar mereka tidak meledek ibu terus," jawab Bu Lina."Ah sudahlah Bu, ngapain pakai percaya omongan orang sih, mending ditabung saja. Lagipula Jaka tidak enak merepotkan Saskia terus," jawab Jaka sambil menunduk."Hah? Merepotkan gimana maksud kamu? Dia itu istri kamu Jaka. Uang dia ya uang kamu juga. Aneh kamu itu," jawab Bu Lina sambil mengomel."Mana bisa begitu Bu, uang Jaka baru uang istri tapi uang istri ya bukan uang Jaka donk, ibu mah gimana sih," Jaka tidak habis pikir bagaimana pola pikir dari sang ibu."Loh gimana sih kamu ini, yang namanya suami istri itu ya memang harus saling membantu, gimana sih? Kalau nggak mau saling membantu gitu ya mending nggak usah nikah!" sahut Bu Lina.*Jaka termenung di kursi depan kamar rawat inap sang ibu. Dia bingung memikirkan bagaimana cara memberitahukan sang ibu tenta
"Mas tolong donk, mengerti kondisi kami. Susah ya ngomong sama kamu baik-baik!" ujar Kinan dengan lantang."Ayok suster, saya sudah kepingin istirahat," ujar Kinan menyuruh suster yang mendorong kursi rodanya untuk segera masuk ke kamar rawat mereka."Kinan tunggu Kinan. Mas belum selesai ngomong Kinan," teriak Jaka tapi tidak digubris oleh Kinan.'Aku benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah laku Mas Jaka, apa coba maksudnya dia ngomong kayak gitu,' gerutu Kinan dalam hatinya.Melihat aura muka mendung di wajah sang cucu membuat Nenek Arini keheranan."Kenapa sayang? Sudah tadi ngomong sama Jaka?" tanya Nenek Arini."Suster tolong bantu saya naik ke tempat tidur ya, rasanya badan saya masih ngilu semua," ujar Kinan meminta tolong kepada suster yang mengantarnya.Dengan telaten suster tersebut membantu Kinan naik ke tempat tidu dan setelah posisi Kinan nyaman, dia segera pamit untuk undur diri dari sana."Begitulah Nek, jujur agak malas membahas dia," jawab Kinan sambil menghela n
"Jak, ngomong-ngomong Saskia kemana? Dia ikut nginep disini kan malam ini?" tanya Bu Lina."Oh Saskia ada di rumah Bu, dia kecapekan abis meeting sama klien tadi. Jadi aku suruh istirahat di rumah saja. Kasihan kalau disini dia tidurnya tidak nyaman," ujar Jaka."Duh menantu itu ya nggak ada kasihannya sama mertua, bukannya ditungguin disini kek," gerutu Bu Lina."Sudahlah Bu, kan Saskia sedang hamil tua, wajar kalau sering kecapekan," bela Jaka."Halah bilang aja Mbak Saskia males Mas nginep disini, masa mengurus ibu mertuanya saja tidak mau," sahut Imel.Jaka tidak menjawab lagi celotehan dari ibu dan adiknya tersebut karena saat ini pikirannya dipenuhi oleh Kinan dan sang anak yang tampan itu.Sebagai seorang lelaki tentu Jaka sangat bahagia jika mempunyai keturunan seorang lelaki, apalagi jika memiliki anak lelaki setampan anak yang dilahirkan Kinan. Seandainya dia dulu mau bersabar sebentar lagi. Ah penyesalan memang selalu datang di akhir.💕Sementara itu Saskia sedang bersenan
"Akhirnya ibu bisa pulang juga, bosen sekali kalau harus nginep di rumah sakit lama-lama," ujar Bu Lina."Yaiyalah, ngapain di rumah sakit lama-lama, biayanya juga mahal kali," sindir Saskia.Bu Lina yang mendengar sindiran dari menantunya seketika langsung menoleh dan menatap tajam ke arah menantunya tersebut."Apa maksudnya Sas? Kamu nggak ikhlas bayarin biaya rumah sakit ibu?" tanya Bu Lina dengan ketus."Loh yang nggak ikhlas itu ya siapa sih Bu? Kan aku cuma bilang kalau biaya rawat inap ibu itu mahal, dimana coba salahnya?" tanya balik Saskia."Ish lo tuh Mbak, jangan perhitungan gitu donk sama mertua, bantu-bantu mertua juga pahalanya gede kali," balas Imel dengan nada tidak kalah ketusnya.Adu mulut pun terjadi hingga Jaka tiba setelah menyelesaikan persoalan administrasi. Dia terkejut ketika mendapati sang adik dan istrinya sedang adu mulut."Hei apa ini kenapa kalian malah berantem, sudah stop!" jawab Jaka berusaha melerai perkelahian yang terjadi di antara mereka."Ini nih
"Eh ngomong-ngomong Sas, kamu kan banyak temannya, pernah dengar nama Hadiwiryawan atau nggak?" tanya Jaka saat mereka berdua berjalan ke arah meja makan."Hadiwiryawan??" tanya Saskia seraya mengingat-ingat nama yang tidak asing di telinganya."Maksudnya Arini Hadiwiryawan?" tanya Saskia pada suaminya tersebut.Jaka mengingat-ingat kalau Kinan dulu pernah bercerita kalau neneknya bernama Arini tapi Jaka tidak mengetahui nama panjang dari nenek Kinan tersebut karena Jaka dahulu tidak terlalu menyimak ketika Kinan bercerita."Kalau Arini Hadiwiryawan itu nama investor yang akan mendanai butik baru kita nanti Mas," jawab Saskia seraya duduk di meja makan."Apa? Investor?" tanya Jaka."Iya Mas, Bu Arini itu salah satu pengusaha sukses yang sebelumnya bergerak di bidang FNB. Dia punya beberapa cafe dan restoran yang cukup rame. Mas tahu nggak Cafe Alamanda yang sering aku kunjungi itu? Itu salah satu usahanya Bu Arini juga. Nah dia ingin mencoba bidang baru di bidang butik gitu, katanya s