"Akhirnya ibu bisa pulang juga, bosen sekali kalau harus nginep di rumah sakit lama-lama," ujar Bu Lina."Yaiyalah, ngapain di rumah sakit lama-lama, biayanya juga mahal kali," sindir Saskia.Bu Lina yang mendengar sindiran dari menantunya seketika langsung menoleh dan menatap tajam ke arah menantunya tersebut."Apa maksudnya Sas? Kamu nggak ikhlas bayarin biaya rumah sakit ibu?" tanya Bu Lina dengan ketus."Loh yang nggak ikhlas itu ya siapa sih Bu? Kan aku cuma bilang kalau biaya rawat inap ibu itu mahal, dimana coba salahnya?" tanya balik Saskia."Ish lo tuh Mbak, jangan perhitungan gitu donk sama mertua, bantu-bantu mertua juga pahalanya gede kali," balas Imel dengan nada tidak kalah ketusnya.Adu mulut pun terjadi hingga Jaka tiba setelah menyelesaikan persoalan administrasi. Dia terkejut ketika mendapati sang adik dan istrinya sedang adu mulut."Hei apa ini kenapa kalian malah berantem, sudah stop!" jawab Jaka berusaha melerai perkelahian yang terjadi di antara mereka."Ini nih
"Eh ngomong-ngomong Sas, kamu kan banyak temannya, pernah dengar nama Hadiwiryawan atau nggak?" tanya Jaka saat mereka berdua berjalan ke arah meja makan."Hadiwiryawan??" tanya Saskia seraya mengingat-ingat nama yang tidak asing di telinganya."Maksudnya Arini Hadiwiryawan?" tanya Saskia pada suaminya tersebut.Jaka mengingat-ingat kalau Kinan dulu pernah bercerita kalau neneknya bernama Arini tapi Jaka tidak mengetahui nama panjang dari nenek Kinan tersebut karena Jaka dahulu tidak terlalu menyimak ketika Kinan bercerita."Kalau Arini Hadiwiryawan itu nama investor yang akan mendanai butik baru kita nanti Mas," jawab Saskia seraya duduk di meja makan."Apa? Investor?" tanya Jaka."Iya Mas, Bu Arini itu salah satu pengusaha sukses yang sebelumnya bergerak di bidang FNB. Dia punya beberapa cafe dan restoran yang cukup rame. Mas tahu nggak Cafe Alamanda yang sering aku kunjungi itu? Itu salah satu usahanya Bu Arini juga. Nah dia ingin mencoba bidang baru di bidang butik gitu, katanya s
Sayang belum tidur?" tanya Jaka begitu masuk kamar."Mas aku nggak mau ya ngasih ibu uang untuk investasi ya, uang segitu jumlahnya cukup besar Mas. Mending aku pakai untuk perputaran modal di butik yang sudah jelas menghasilkan," jawab Saskia begitu sang suami duduk di sebelahnya."Iya, aku mengerti maksud kamu, aku sudah berusaha menjelaskan ke ibu kalau jaman sekarang sering ada investasi bodong, tapi kamu tahu sendiri kan kalau ibu sudah ada keinginan harus tercapai," ujar Jaka sembari menghela nafas panjang."Yauda berarti kamu tinggal ngomong sama ibu kalau aku nggak setuju," ujar Saskia dengan enteng."Tapi sayang.." ujar Jaka menggantung."Ck apalagi sih Mas? Kamu nggak suka kalau aku nggak menyetujui maksud ibu?" kali ini Saskia memandang kesal pada suaminya."Mas, nggak setiap permintaan ibu harus kamu turuti begitu lah," lanjut Saskia seraya merebahkan badannya di tempat tidur.Jaka terdiam tidak menanggapi lagi obrolan dari Saskia agar tidak bertambah panjang."Oh iya Sa..
Jaka gimana uang yang ibu minta?" tanya Bu Lina saat sarapan yang kembali mengusik tentang uang untuk investasi."Nggak ada Bu, aku nggak akan memberi ibu uang untuk investasi nggak jelas kayak gitu," ujar Saskia yang baru saja duduk di meja makan."Jangan pelit gitu lah Sas, masak kamu sama ibu meerua kamu sendiri pelit sih?" ujar Bu Lina berusaha merayu menantunya."Bu ibu pikir uang segitu sedikit? Itu uang yang banyak, ibu tidka lihat kalau aku yang sedang hamil tua begini saja masih tetap harus bekerja, untuk memenuhi kebutuhan ibu dan keluarga ini," gerutu Saskia "Ya kalau kamu mau di rumah saja kan kamu bisa menyerahkan usahamu sama Jaka saja Sas, namti biar Jaka yang mengurus semuanya," jawab Bu Lina enteng."Duh ibu ya nggak segampang itu, apalagi aku masih harus mengurusi pembangunan butik yang bafu, Mas Jaka belum sanggup untuk dilepas Bu," jawab Saskia.Bu Lina mendecak sebal saat dia tahu keinginannya tidak dikabulkan oleh sang menantu hingga suara berita televisi menamp
"Selamat pagi Bu Arini, maaf saya sedikit terlambat," ujar Saskia pada wanita sepuh di hadapannya ini."Ah tidak apa Bu Saskia. Saya bisa mengerti, silahkan duduk," jawab Nenek Arini mempersilahkan Saskia untuk duduk.Saskia pun duduk di depan Nenek Arini, hari ini dia ditemani oleh Nisa, sekretaris pribadinya. Dengan cekatan Nisa memberikan progres terbaru mengenai pembangunan butik yang baru. Kali ini yang mempresentasikan adalah Nisa karena Saskia sudah tidak sanggup jika harus ngomong panjang lebar."Bagaimana Bu? Apakah ada yang perlu kami perbaiki?" ujar Saskia setelah Nisa menyelesaikan presentasinya."Bagus semuanya saya setuju, oh iya Bu Saskia apa bisa kalau nanti mendatangkan baju-baju muslimah seperti gamis kekinian yang up to date tetapi masih sesuai syariah?" ujar Nenek Arini."Oh tentu bisa Bu, nanti kami akan mencoba untuk mendesign baju-baju muslimah terbaru. Saya rasa itu juga merupakan pengembangan yang bagus bagi butik kami nantinya. Apalagi sekarang banyak yang su
"Nisa, apa yang terjadi pada Saskia? Kenapa tiba-tiba dia kontraksi?" ujar Jaka dengan terengah-engah karena dia berlari dari parkiran mobil untuk menemui sang istri."Tadi kami sudah selesai meeting Pak, tiba-tiba Bu Saskia perutnya terasa kencang. Beruntung Bu Arini dengan sigap langsung membawa Bu Saskia kemari," ujar Nisa menceritakan kejadian yang terjadi kepada Jaka.Jaka seketika menoleh ke arah yang ditunjukkan Nisa dan dia terkejut melihat Nenek Kinan sedang berada di sana. Dia terpaku, tidak bisa berkata apa-apa hingga Nenek Arini memulai pembicaraan terlebih dahulu."Kata dokter, Saskia harus segera di operasi karena ketubannya sudah pecah dan posisi bayi kalian sungsang. Kamu ke ruang suster saja dahulu untuk mengurus segala administrasinya agar Saskia bisa segera dioperasi," ujar Nenek Arini kepada Jaka.Jaka pun mengangguk dan segera ke ruangan suster untuk mengurus segala administrasi yang berhubungan dengan Saskia. Jaka tidak bisa lagi bertemu dengan Saskia karena Sask
"Hah? Tidak mungkin Mas Jaka, kalau begitu Mbak Kinan sebenarnya anak orang kaya?" ujar Imel kepo."Nggak nggak mungkin Kinan itu orang kaya. Dia itu hanya anak panti asuhan kan Jaka, ini semua bohong kan?" tanya Bu Lina yang masih tidak percaya dengan kenyataan yang terjadi.Nenek Arini hanya diam tidak berusaha menanggapi ataupun menjawab siapa dirinya karena bagi Nenek Arini hal seperti itu bukanlah hal yang penting. Tidak perlu memberitahu dunia bahwa kamu seorang bangsawan karena sesungguhnya hal tersebut sudah bisa diamati dari tingkah lakunya."Ibu sudah ah, jangan membuat kegaduhan. Ada Nenek Arini disini, malu Bu?" jawab Jaka berusaha membuat sang ibu diam."Nggak Jaka, nggak mungkjn kalau Kinan orang kaya. Kalau dia kaya nggak mungkin tinggal di panti," ujar Bu Lina yang masih menyanggah kenyataan.Nenek Arini kembali sibuk membicarakan emngenai bisnis mereka dan tidak peduli lagi dengan ocehan dari Bu Lina.Tidak berapa lama pintu kamar operasi dibuka, terlihat seorang dokt
Pemakaman bayi yang dilahirkan Saskia baru saja selesai. Hujan rintik disertai suasana mendung mengiringi bayi tersebut. Nabila Saputra, nama yang dia berikan untuk bayi cantik yang bahkan belum sempat menghirup udara di luar rahim sang ibu."Sabar ya Nak Jaka, yang ikhlas. InshaAllah semua sudah ada hikmah masing-masing," ucap Nenek Arini sembari menepuk pundak Jaka pelan.Nenek Arini ikut membantu segala administrasi yang berhubungan dengan kematian Nabila, tentu saja Nenek Arini tidak turun tangan sendiri melainkan dibantu oleh Pak Ferdi, tangan kanannya."Iya Nek, terima kasih banyak sudah membantu sampai sejauh ini," ujar Jaka sembari mencium tangan wanita sepuh tersebut dengan penuh takzim."Ini ada sekedar dari saya, semoga bisa membantu sedikit untuk acara tahlilannya Nabila," jawab Nenek Arini seraya memberikan sebuah amplop coklat yang berukuran cukup tebal."Apa ini Nek?" ujar Jaka bertanya-tanya yang hanya di jawab senyuman dengan tepukan halus di pundak Jaka.*Jaka sedan