Share

6

Mata bening itu menatap Raihan dongkol. Kenapa ada pria aneh seperti ini? Masuk seperti maling dan malah tak merasa malu saat tertangkap.

Raihan celingak-celinguk bodoh. Setelah memaksa Via memakan sepiring nasi, dia masih duduk santai di ruang tamu gadis itu.

"Apa anda tak pernah belajar etika?"

Pertanyaan sama. Raihan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Wanita ini sungguh cerewet. Salah satu sifat yang tidak disukainya. Tapi kenapa malah tak Masalah jika sifat itu dimiliki Via? Cinta memang buta.

"Aku ingin bermalam di sini," katanya santai.

Via melebarkan matanya, dia berusaha untuk tidak menangis. Namun air mata sialan itu malah meluncur turun tak tau malu. Raihan gelagapan, dia membuka dan menutup mulutnya kembali. Mencoba menggapai gadis itu tapi kembali di urungkannya.

"Anda jahat," desis Via. Dia terlihat putus asa. Beberapa detik kemudian bunyi bantingan pintu kamar menyadarkan Raihan.

"He ... Hei, Nona. Aku akan keluar, akan pergi. Tapi kunci pintunya. Nanti ada maling yang masuk." Suara Raihan agak keras.

Pintu kembali terbuka, gadis itu mendongak dan menatap Raihan tajam dengan mata basahnya.

"Anda malingnya. Pergi!"

"Oke, oke. Aku akan pergi. Tapi besok aku akan mengantarmu."

Bukan mendapat jawaban, Raihan malah di hadiahi pintu yang dibanting di depan wajahnya.

"Anda tidak sopan, Buk guru."

Raihan akhirnya keluar juga. Menyalakan motornya dan melaju membelah malam. Sepeninggal Raihan, Via langsung meneguk segelas besar air putih. Bahkan dia tak sempat minum saat makan di depan pria itu barusan. Dia dipaksa menghabiskan sepiring nasi yang di isi sendiri oleh pria itu.

"Pria psikopat," gumam Via sambil bergidik ngeri. " Apa yang harus aku lakukan? Jika terus di sini, pria itu pasti akan datang kembali dan memaksaku untuk diantar olehnya." Via bicara sendiri.

Lama berfikir, akhirnya Via memutuskan untuk tinggal di asrama saja. Menjadi pembina asrama juga tidak buruk. Setidaknya kemampuan bahasa Arabnya kembali terasah dengan baik.

Sebuah senyum kemenangan terbit di bibir Via. Jika dia tinggal di asrama, laki-laki itu takkan bisa menemuinya lagi.

Via merebahkan dirinya dengan nyaman setelah memastikan pintu dan jendela sudah terkunci. Ternyata, laki-laki itu luluh juga dengan air mata. Kalau tau begini, seharusnya dari beberapa jam yang lalu Via menangis menghiba.

"Ah! Pasti sangat memalukan." Dia tak setuju dengan pemikirannya sendiri.

*****

Via mempercepat laju langkahnya. Dia sengaja berangkat jam enam pagi, bahkan masih gelap. Tujuannya agar tak bertemu pria gila itu.

Batu saja Via bernafas lega saat berhasil melewati pagarnya. Sebuah sapaan yang dihindari malah didengarnya.

"Ayo, buk guru! Saya malah tak tidur suapaya bisa mengantar buk guru. Takutnya ketiduran atau buk guru kabur duluan."

Tak ada kesan menggoda. Semua ucapan itu dibawakan dengan wajah yang serius. Kalau boleh memilih, Via memilih berjalan kaki atau merangkak dari pada diantar pria aneh itu.

"Naik sendiri atau saya bantu gendong, Buk guru? Hari ini bayarannya diskon limu puluh persen."

"Tidak lucu." Via menyipitkan matanya.

"Saya tidak melawak, Buk guru."

Via akhirnya tak punya pilihan. Dia membatin dalam hati." Bersabarlah Via. Biarkan dia menikmati rasa senangnya. Karena setelah ini kau akan terkurung di asrama."

Via tersenyum optimis.

"Ganti parfum, Buk guru?" tanya Raihan melirik lewat spionnya. Via sengaja meletakkan ransel besar berisi tumpukan lembaran jawaban sebagai pembatas dirinya dengan Raihan.

"Bukan urusan anda."

"Wangi yang kemaren lebih enak."

Via bergidik ngeri. Sampai wangi parfum pun diketahui pria itu. Tidak diragukan lagi, dia pasti psikopat. Begitu pikir Via.

"Kamu lebih manis memakai warna yang agak cerah karena kulitmu yang putih. Warna putih malah membuatku terlihat pucat."

Komentar Raihan sudah menghilangkan kesan resmi tanpa embel embel buk guru.

"Apa anda begini kepada setiap penumpang?"

"Tidak. Karena penumpang satu satunya hanya kamu."

"Apa?" Via setengah memekik.

"Tidak ada apa-apa." Balasnya cuek."kau harus terbiasa. Sebentar lagi aku akan jadi suamimu."

Via hanya berdoa semoga perjalanan ini cepat sampai ke tujuan. Tapi apa apaan pria ini, kecepatan sepuluh kilometer meter perjam. Laki laki ini memang ujian terberat baginya

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status