Share

5

Penulis: Gleoriud
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-12 11:32:29

Via kehabisan akal membujuk Raihan untuk keluar dari kos-kosannya. Setelah aksi menampar tadi, laki-laki yang ditampar memasang raut datar tanpa merasa bersalah sedikitpun. Yang membuat Via jengkel, bagaimana bisa si mas tukang ojek itu mengeluh lapar setelah kena tampar.

Pada akhirnya Via tak punya pilihan lain selain mengambilkan sepiring nasi beserta lauk apa adanya untuk pria itu. Via memandang kesal wajah tak bersalah laki-laki yang tengah lahap menghabiskan hidangan yang disajikan tak ikhlas di depannya.

Via masih berdiri sambil bersidekap dan memasang raut permusuhan, menunggu pria itu untuk keluar dari rumah kos miliknya, namun lima menit setelah menghabiskan sepiring nasi, tak ada niat laki-laki itu beranjak menuju pintu keluar.

"Mas, ini tidak lucu."

"Aku tidak tertawa."Raihan pura-pura bodoh. Melihat itu, Via semakin meradang.

"Mas, keluar!" Via menunjuk pintu keluar disertai suara meninggi. Raihan bangkit berjalan mendekat, Via langsung mundur mempersiapkan diri untuk melawan.

"Jangan keras keras, Nona! Kalau warga tau, kita bisa dinikahkan malam ini juga. Dan itu akan menguntungkanku." Ada kesan mengejek dari kalimat yang di lontarkan Raihan. Via menutup mulutnya. Kemudian memijit keningnya lelah, bahkan dia sangat mengantuk saat ini.

"Saya mohon, Mas! Jangan seperti ini, apa yang mas lakukan sangat berbahaya bagi saya." Via memelas.

"Seperti apa? Aku cuma bertamu, tak ada apa pun yang terjadi."

"Ya Allah," keluh Via." Sekarang terserah mas, pilih saja! Dari pada saya mendapatkan fitnah, lebih baik saya menginap di rumah sebelah. Tempat pemilik kos."

Raihan tersenyum sekilas dengan kepanikan wanita itu. Panik saja dia cantik, apa lagi kalau tersenyum. Melihat wajah cemas itu menjadi hiburan tersendiri bagi Raihan.

"Berapa umurmu?"

"Saya sedang tak berniat untuk berkenalan, Mas," ketusnya.

"Biar ku tebak, melihat tubuhmu yang kecil, kau masih berusia dua puluh tahun."

"Saya tidak sekecil itu." Via tak terima dikatakan masih dua puluh tahun. Bahkan dia genap dua puluh delapan bulan depan.

"Hmmm ... berarti dua puluh satu."

"Dua tahun lagi saya tiga puluh, asal mas tau saja."

Raihan bersorak dalam hati, gadis ini tak sadar perhatiannya sedang di alihkan.

"Kamu lebih cocok berusia dua puluh satu."

"Terserah mas saja. Sekarang keluar mas!" Via membuka pintu lebar-lebar. Dia sudah putus asa menghadapi laki- laki di depannya.

"Kamu sudah punya pacar?"

"Maaf?"

"Jika kau menjawab aku akan pergi."

Via membuang nafas menetralkan emosi yang kembali naik.

"Pacaran hukumnya haram. Jadi tak ada istilah pacaran dalam hidup saya."

"Artinya kau belum ada yang punya?" Raihan semakin bersemangat. Dia menatap lekat wajah cantik itu yang di balas dengan pandangan sinis.

"Saya kepunyaan jodoh saya."

"Jodohmu itu aku," jawab Raihan penuh tekad.

"Keluaaar!" Via mengamuk sambil berkacak pinggang.

"Berjanjilah besok kamu akan menunggu di pangkalan, mulai besok aku yang akan mengantarmu pulang pergi mengajar."

"Apa?" Mata Via membulat. "Mas sudah gila? Kurang waras? Atau mas ini seorang kriminal? Memaksa orang sesuka hati mas adalah Perbutan tak menyenangkan."

"Aku gila karenamu." Raihan mendekat. Sedangkan Via meraih sapu di dekatnya. Mengacungkan tangkai sapu ke wajah Raihan. Raihan malah tertawa dan merasa terhibur, dia gemas sendiri dengan tingkah Via. Andaikan saja wanita itu tidak sesuci itu, dia akan menggendongnya dan mencubit pipinya sampai puas. Tapi dia hanya perlu bersabar, karena dia sudah bertekad, akan menjadikan Via istrinya secara suka rela atau secara paksa.

"Keluar! Apa mas tak mengerti bahasa manusia?" Via semakin marah.

"Aku hanya mengerti bahasa cinta." Raihan semakin mengerjai gadis itu.  Via kehabisan akal, ini bahkan jam dua dini hari. Dia belum tidur sepicing pun. Bahkan saat ini penglihatannya mulai tidak fokus, perut yang belum terisi, tidur yang belum terlaksana ditambah lagi kehabisan energi menghadapi laki- laki aneh di depannya.

Pegangan pada sapu melemah dan detik berikutnya Via kembali merosot dan jatuh pingsan kembali. Untung saja Raihan menangkap dengan tangkas.

"Via, hari ini aku mendapat rejeki dua kali." Raihan menggeleng dan menggendong wanita itu menuju ke kamarnya. Andai saja wanita itu sadar, mungkin dia akan kembali mendapat ucapan terimakasih berupa tamparan. Raihan heran, tangan kecil itu memiliki kekuatan yang luar biasa. Pipinya sekarang masih kebas.

Raihan tersenyum miris, seperti kata wanita itu. Dia sudah tidak waras, apa yang dilakukannya saat ini bukanlah dirinya, yang benar saja! Mencari wanita itu tengah malam dan bertingkah seperti kekasih sekaligus dokter pribadi wanita itu.

Tapi, ini benar dan salah secara bersamaan. Baru kali ini Raihan merasa kembali bahagia setelah hatinya yang beku selama bertahun tahun. Dia menjadi gila dan mabuk kepayang, kenapa begitu cepat pesona  Via meleburkan hatinya.

Raihan mengamati wajah cantik itu, menumpukan dagunya ke jemarinya dan meletakkan kepala di atas tempat tidur sambil berjongkok.

Dia tak memungkiri, wanita ini sangat cantik. Cahaya wajah yang bersinar, serta mata bening seperti bayi yang tidak berdosa. Bagaimanapun, wanita ini harus menjadi miliknya. Sekali lagi, suka rela atau terpaksa.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Sementara   67. Ending

    Satu bulan kemudianTidak terhitung jam yang telah berlalu, sepanjang satu bulan ini komunikasi Rudolf dan Grace berjalan lancar. Namun satu hal yang belum juga terucap dari mulut pria kaku itu, kata cinta dan kata rindu.Grace bangun memijit kepalanya. Beberapa hari ini dia merasa tidak sehat. Pusing dan mual mendera setiap saat, dia merasa lelah padahal Tidak melakukan apa-apa di rumah maminya.Grace menyeret kakinya ke kamar mandi, memuntahkan cairan dari mulutnya. Sang mami muncul, wanita yang masih cantik itu, sebenarnya sudah menaruh curiga pada kondisi Grace. Sebagai orang tua yang sudah dua kali mengandung, dia yakin anaknya itu sedang hamil muda."Mual lagi?" Mami Grace duduk di atas ranjang, memperhatikan wajah pucat Grace. Beberapa hari ini Grace lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur."Iya, semakin menjadi." Grace mengikat rambutnya asal. Dia meneguk paksa air putih yang terletak di atas nakas."Sudah berapa lama kamu telat, Grace?"Grace terdiam, dia tidak tau p

  • Suami Sementara   66

    "Aku akan pulang saat kau merindukanku dan menyatakan cinta padaku." Kalimat itu terngiang-ngiang di telinga Rudolf bahkan setelah seminggu berlalu. Apa maksud dari perkataan Grace, dia bukan laki-laki yang berpengalaman dalam merayu wanita, apa lagi sampai berbohong supaya tujuannya tercapai.Rudolf kembali membuka pintu kamar utama yang dihuni Grace selama ini, menghirup sisa aroma Grace yang tertinggal. Baju-baju Grace masih terlipat dalam lemari serta beberapa alat-alat pribadinya seperti charger handphone dan alat kosmetik.Jika dilihat dari barangnya yang tertinggal, sepertinya Grace tak berniat pergi lama, dia hanya membawa baju yang melekat di badannya serta tas kecil. Tapi kenapa wanita itu belum juga pulang?Mengatakan cinta dan mengatakan rindu? Rudolf memang senang dengan keberadaan Grace akhir-akhir ini, jika bersama wanita itu, dia lebih bersemangat, lebih betah di rumah. Padahal dulu, jika mendapatkan cuti, dia begitu bersyukur tak bertemu dengan wanita itu.Sekarang a

  • Suami Sementara   65

    Wanita itu, masih secantik yang dia ingat. Entah sudah beberapa tahun berlalu, yang jelas sudah lama sekali. Apakah Grace mendapat pelukan? Ah, tidak. Wanita di depannya persis seperti dirinya, keras dan tak pandai mengekspresikan kasih sayang."Bagaimana kabarmu?" Mami Grace berkata datar. Tapi mata tajamnya mampu membuat detak jantung Grace berdetak cepat. Rasanya sungguh emosional, bagaimanapun hubungan ibu dan anak takkan terlepas dari kasih sayang."Mami pasti tau, apa yang menimpaku akhir-akhir ini.""Ya, semua media, bahkan di negara ini, memberitakan tentangmu.""Apa mami juga malu?" Bibir Grace bergetar."Kalau aku malu, mungkin kau takkan berada di sini saat ini." Datar, tanpa ekspresi, khas mami Grace."Aku tak seburuk itu.""Mami tau. Kau tak perlu menjelaskan. Yang jelas, itulah alasannya kami melarangmu selama ini, bukan karena kami tak menyayangimu, dunia hiburan penuh intrik, sesaat kau merasa beruntung, tapi setelah itu kau akan merasa merugi selamanya."Grace terdiam

  • Suami Sementara   64

    Setelah kemesraan itu, apakah mereka tidur di kamar yang sama? Tidak, mereka tetap tidur di kamar terpisah. Yang membuat Grace sebal, bagaimana bisa Rudolf kembali menjadi biasa saja setelah berulangkali mereka bermesraan. Laki-laki itu tak ada romantisnya sama sekali. Padahal Grace sudah merendahkan harga dirinya sebagai wanita penggoda. Lama-lama dia bisa menjadi wanita penggoda sungguhan.Saat ini, apa yang dilakukannya? Berdiri seperti orang bodoh dengan dua cup mie instan di depan kamar Rudolf yang tertutup. Ini sama sekali bukan dirinya. Tapi bagaimana lagi, sedetik saja tak melihat mantan pengawalnya itu, membaut Grace disiksa rindu berat."Aku memang sudah tidak waras." Grace menggerutu sendiri, tapi tangan mulusnya mengetok pintu kayu di depannya.Pintu perlahan terbuka, cengiran bodoh Grace disambut dengan wajah datar Rudolf.Tak hilang akal, Grace menyodorkan cup mie instan ke arah laki-laki itu."Aku yakin kau belum makan malam." Tanpa menunggu persetujuan, Grace menerobos

  • Suami Sementara   63

    Grace tak kehilangan akal, sambil menyelam minum air, wanita seperti Grace memiliki kemampuan akting yang luar biasa, antara pura-pura dan sebenarnya sulit untuk dibedakan. Padahal tidak sesakit itu, mungkin kakinya hanya keseleo biasa buktinya tak lagi sakit saat dipijakkan, tapi kapan lagi membuat dia bisa menempel dengan suami kakunya itu. Keseleo saja mendapat hadiah digendong. Grace berusaha menahan tawa dalam hati."Ya ampun, itu sakit sekali." Grace pura-pura meringis, saat jari besar Rudolf menyentuh pergelangan kakinya."Tahan sedikit nona." Rudolf menunjukkan wajah prihatin. Dia pun memijat dengan hati-hati, takut menyakiti kaki jenjang itu."Ini sakit sekali." Grace kembali mengeluarkan akting andalannya. Namun dia kurang teliti, yang dipijat Rudolf kaki sebelah kanan, tapi yang diraba Grace malah kaki sebelah kiri. Hampir saja Grace mengumpat dirinya yang hampir ketahuan."Kaki kiri anda terkilir juga nona?" Rudolf menyentuh pergelangan kaki sebelah kiri Grace. Wajahnya s

  • Suami Sementara   62

    Jika cinta yang menyusup tanpa bicara, dan hasrat yang berkobar tak terduga, dua insan yang terlena dan tak tau bagaimana cara berhenti , hanya bisa pasrah menikmati kenikmatan duniawi yang akan merubah kehidupan mereka untuk ke depannya. Grace yang jatuh cinta, Rudolf yang terlena, lalu apalagi alasan untuk menghentikan kemesraan yang dianjurkan bagi pasangan sah seperti mereka.Grace yang tak pernah menyangka akan mendapatkan perlakukan spesial dari sang suami, bersyukur dalam hati, Rudolf tak berniat berhenti. Mereka mengayuh kemesraan bersama, berlomba dengan detak jantung yang serasa ingin meledak di dada.Untuk ke dua kalinya, mereka menyatu, mengesahkan hubungan suami istri, memberi dan menerima. Tak memikirkan waktu, tak memikirkan status sosial, yang ada hanya suara sensual yang menggema di kamar kecil mereka.*****Grace menggeliat tak nyaman, sinar matahari masuk menyilaukan melewati ventilasi udara yang tak tertutup.Sejenak Grace membangun kesadarannya, kemudian dengan pi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status