Share

4. Asumsi Warga Desa

Berderet pertanyaan yang diberikan Wati. Hasnah terdiam. Dahinya berkerut dalam. Dia bingung dengan pertanyaan itu, khususnya pertanyaan paling ujung.

"Emak ke sini malah hendak mencari Menur, Nak. Mana dia? Masih tidur kah di kamarmu?"

Gantian kini Wati yang kebingungan.

"Kami sama-sama pulang jam sepuluh tadi, Mak. Tapi Menur memilih jalan setapak di dekat kebun karet sana. Supaya cepat tiba di rumah katanya."

Keterangan Wati barusan membikin hati Hasnah kembali tak tenang. Kepalanya pusing seketika. Jantungnya dirasa tak aman, degupnya semakin tak karuan.

"Bagaimana ini, Wati? Emak mesti mencari Menur ke mana?" Tangan Hasnah memilin-milin ujung sweter dengan kegundahan teramat sangat.

Wati pun terbungkam. Dia tahu Menur tidak dekat dengan siapa pun kecuali dirinya.

"Begini saja, Mak. Wati temani Emak mencari Menur. Kalau Menur tidak juga ketemu, kita laporkan pada kepala kampung."

Hasnah mengangguk pasrah. Di saat kebingungan, otaknya dirasa buntu untuk mencari jalan keluar. Dia ikuti saja saran dari Wati. Gadis itu kini terburu-buru ke kamar mandi, berlari ke dalam rumah, lalu keluar lagi dengan jaket tebal yang menutupi tubuhnya yang kurus semampai.

~AA~

Pagi hari Desa Kumpeh geger. Salah seorang warganya dinyatakan hilang sedari tadi malam. Banyak asumsi-asumsi tak jelas yang beredar: Menur melarikan diri bersama kekasihnya, Menur pergi sebab tak tahan lagi hidup menderita, atau Menur diculik hantu kopek penunggu pohon beringin di jalan setapak dekat kebun karet sana.

Untuk opsi yang pertama, jelas-jelas terbantahkan. Selama ini warga desa tidak pernah melihat Menur bersama laki-laki mana pun. Untuk opsi kedua, fakta yang tergambar malah Menur tidak pernah sedikit pun mengeluh akan kehidupannya yang susah.

Akan tetapi, warga desa lebih banyak mempercayai asumsi ketiga, yakni Menur diculik hantu kopek meski ada sebagian warga menyangkalnya sebab mereka tahu bahwa hantu kopek hanya tertarik pada anak-anak saja, bukan gadis dewasa seperti Menur.

Warga berkumpul karena bunyi kentungan dari poskamling di lapangan desa yang tak biasa. Mereka berdesak-desakan menanti kepala kampung buka suara.

"Bapak-Bapak, Ibu-Ibu. Terima kasih sudah sudi berkumpul di sini. Saya hendak menyampaikan berita penting sepagi ini." Sanusi, si kepala kampung, terdiam sejenak. "Tadi, Bu Hasnah mendatangi saya, membawa kabar yang tidak enak bahwa putrinya, Menur, belum juga pulang ke rumah sedari malam hari."

Bisik-bisik dan gumaman terdengar di sana-sini. Ada yang cemas, ada yang mengerutkan dahi, ada yang biasa-biasa saja.

"Maka dari itu, mari kita bersama-sama membantu mencari keberadaan Menur. Saya berharap Menur lekas kembali sebelum tengah hari."

Para warga mengangguk-angguk setuju. Pencarian pun dimulai. Mereka berpencar, mencari hingga ke sudut-sudut desa. Ada yang membawa parang, bambu, dan tampah beserta pemukulnya.

Konon katanya hantu kopek takut mendengar suara gaduh tampah yang dipukul-pukul. Sehingga mau tidak mau hantu itu akan melepaskan orang yang disembunyikannya.

~AA~

*Hantu kopek ialah hantu bertubuh tinggi. Puncak kepalanya bisa setinggi pohon durian. Kepalanya besar dengan rambut yang hampir menyentuh tanah begitu pula payudaranya. Mitosnya hantu kopek suka menculik anak-anak, menyimpan mereka di balik payudara atau ketiak. Bagi yang bisa pulang, biasanya dalam keadaan linglung, lupa diri. Hantu kopek juga memberi makan korbannya berupa cacing-cacing tanah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status