Bagaimana Ending Cerita Siti Nurbaya Versi Asli?

2025-12-06 02:04:18 165

4 Jawaban

Bennett
Bennett
2025-12-08 09:57:03
Kalau ada yang nanya tentang novel indonesia paling heartbreaking, 'Siti Nurbaya' pasti masuk top list. Endingnya itu lho—Siti yang terpaksa nikah sama orang yang dibenci, hidup menderita, lalu mati dalam kesepian. Samsulbahri yang udah berubah jadi orang sukses malah telat nyamperin. Yang menarik, konfliknya bukan cuma soal cinta segitiga biasa, tapi lebih ke benturan antara tradisi dan kemauan individu. Aku suka bagaimana Marah Rusli menggambarkan penderitaan Siti tanpa melodrama berlebihan. Tokohnya realistis banget, nggak ada superhero yang bisa nyelamatin keadaan. Justru ending tanpa sugarcoating inilah yang bikin ceritanya terasa 'hidup' dan relevan sampe sekarang.
Uma
Uma
2025-12-10 13:29:08
Pernah ngebaca 'Siti Nurbaya' pas masih SMP dan endingnya nempel banget di kepala sampai sekarang. Siti yang cantik dan cerdas itu akhirnya dikorbankan untuk 'kebaikan keluarga'—nikahin Datuk Maringgi yang tua dan nggak dicintai. Samsulbahri pulang dengan segudang harapan, eh taunya doi udah mati muda. Yang bikin ngenes, Siti mati bukan karena penyakit atau kecelakaan, tapi karena patah hati dan tekanan sosial yang nggak ada habisnya. Aku sebel sama orang tua Siti yang lebih milihin gengsi daripada kebahagiaan anak sendiri. Tapi justru karena ending tragis gini, novel ini jadi masterpiece sastra Indonesia yang nggak bisa dilupain.
Mia
Mia
2025-12-10 21:20:56
Gue baru aja re-read 'Siti Nurbaya' minggu lalu dan tetap aja sebel sama endingnya. Siti—wanita kuat yang akhirnya dikalahkan sistem. Dia nggak mati muda karena sakit atau perang, tapi karena sistem feodal yang nggak kasih ruang buat perempuan milih jalan hidup. Samsulbahri pulang dengan segala perubahan positif, tapi terlambat. Endingnya ironis banget: perubahan dan pendidikan nggak bisa menang melawan kekuatan adat yang udah berakar. Yang bikin ngeri, cerita kayak gini masih terjadi di banyak tempat sampe sekarang. Marah Rusli emang jenius bisa bikin kritik sosial pakai alur romance yang sederhana.
Faith
Faith
2025-12-12 08:32:04
Membicarakan ending 'Siti Nurbaya' selalu bikin hati berdegup kencang. Di versi aslinya, Siti akhirnya menikah dengan Datuk Maringgi karena dipaksa keluarga, tapi dia nggak pernah bisa mencintainya. Tragisnya, setelah bertahun-tahun menderita dalam pernikahan tanpa cinta, Siti meninggal dalam kesendirian. Samsulbahri, cinta sejatinya, baru pulang dari Belanda setelah Siti tiada dan menemukan kekasihnya sudah jadi nama di nisan. Ending ini bikin sebel karena menggambarkan betapa adat kolot dan feodalisme bisa menghancurkan cinta sejati.

Yang bikin gregetan, Marah Rusli nggak ngasih happy ending ala sinetron. Justru ending pahit ini yang bikin ceritanya timeless—seperti tamparan keras tentang realita masyarakat Minang zaman dulu. Aku sering mikir, andai Siti punya keberanian lebih buat melawan, mungkin endingnya beda. Tapi ya, konflik batin antara duty vs love emang selalu jadi tema yang menyakitkan sekaligus memikat.
Lihat Semua Jawaban
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Buku Terkait

Bukan Siti Nurbaya
Bukan Siti Nurbaya
Bukan kisah Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih. Melainkan kisah dua insan manusia yang dicap sebagai musuh bebuyutan. Disatukan dalam ikatan pernikahan karena surat wasiat dari Kakek Wijaya. Akankah Adinda dan Sena berdamai, lalu membina bahtera rumah tangga layaknya pasangan suami istri atau malah menjadikan pernikahan ini sebagai ajang saling menyakiti? Yuk ikuti terus jalan ceritanya!
10
101 Bab
Bukan Siti Nurbaya
Bukan Siti Nurbaya
Kenyataannya, jodoh itu misterius. Secantik apapun dirancang. Sekuat apapun dipaksakan. Tapi apa mau dikata, jika Tuhan tak mengijabahnya. Yang dipikir pasti, pergi. Yang dikejar, semakin lari. Yang tak pernah disangka malah menjadi nyata.
Belum ada penilaian
77 Bab
Bagaimana Mungkin?
Bagaimana Mungkin?
Shayra Anindya terpaksa harus menikah dengan Adien Raffasyah Aldebaran, demi menyelamatkan perusahaan peninggalan almarhum ayahnya yang hampir bangkrut. "Bagaimana mungkin, Mama melamar seorang pria untukku, untuk anak gadismu sendiri, Ma? Dimana-mana keluarga prialah yang melamar anak gadis bukan malah sebaliknya ...," protes Shayra tak percaya dengan keputusan ibunya. "Lalu kamu bisa menolaknya lagi dan pria itu akan makin menghancurkan perusahaan peninggalan almarhum papamu! Atau mungkin dia akan berbuat lebih dan menghancurkan yang lainnya. Tidak!! Mama takakan membiarkan hal itu terjadi. Kamu menikahlah dengannya supaya masalah selesai." Ibunya Karina melipat tangannya tegas dengan keputusan yang tak dapat digugat. "Aku sudah bilang, Aku nggak mau jadi isterinya Ma! Asal Mama tahu saja, Adien itu setengah mati membenciku! Lalu sebentar lagi aku akan menjadi isterinya, yang benar saja. Ckck, yang ada bukannya hidup bahagia malah jalan hidupku hancur ditangan suamiku sendiri ..." Shayra meringis ngeri membayangkan perkataannya sendiri Mamanya Karina menghela nafasnya kasar. "Dimana-mana tidak ada suami yang tega menghancurkan isterinya sendiri, sebab hal itu sama saja dengan menghancurkan dirinya sendiri. Yahhh! Terkecuali itu sinetron ajab, kalo itu sih, beda lagi ceritanya. Sudah-sudahlah, keputusan Mama sudah bulat! Kamu tetap harus menikah dangannya, titik enggak ada komanya lagi apalagi kata, 'tapi-tapi.' Paham?!!" Mamanya bersikeras dengan pendiriannya. "Tapi Ma, Adien membenc-" "Tidak ada tapi-tapian, Shayra! Mama gak mau tahu, pokoknya bagaimana pun caranya kamu harus tetap menikah dengan Adien!" Tegas Karina tak ingin dibantah segera memotong kalimat Shayra yang belum selesai. Copyright 2020 Written by Saiyaarasaiyaara
10
51 Bab
Bagaimana Denganku
Bagaimana Denganku
Firli menangis saat melihat perempuan yang berada di dalam pelukan suaminya adalah perempuan yang sama dengan tamu yang mendatanginya beberapa hari yang lalu untuk memberikannya dua pilihan yaitu cerai atau menerima perempuan itu sebagai istri kedua dari suaminya, Varel Memilih menepi setelah kejadian itu Firli pergi dengan membawa bayi dalam kandungannya yang baru berusia delapan Minggu Dan benar saja setelah kepergian Firli hidup Varel mulai limbung tekanan dari kedua orang tuanya dan ipar tak sanggup Varel tangani apalagi saat tahu istrinya pergi dengan bayi yang selama 2 tahun ini selalu menjadi doa utamanya Bagaimana Denganku?!
10
81 Bab
Wajah Asli Istriku
Wajah Asli Istriku
Arfan baru mengetahui wajah asli istrinya setelah tujuh bulan menikah. Selama ini ia mengira, istrinya Nuri sangat menghormati dan menyayangi mertuanya. Ternyata tidak. Di depannya Nuri layaknya seorang menantu yang baik, tapi di belakangnya Nuri berubah menjadi iblis. Memperlakukan ibunya dengan sangat tidak kejam. Ia tak menyangka, wanita yang sangat dicintai itu ternyata wanita pendendam. Sebagai seorang anak, Arfan tidak terima perlakuan Nuri pada ibunya. Apa 6ang dilakuan Arfan setelah mengetahui sepak terjang istrinya. Melanjutkan pernikahan atau malah menceraikan Nuri. Yuk!!! dukung karyaku dengan cara like, komen dan vote ya teman.
Belum ada penilaian
21 Bab
Wajah Asli Adikku
Wajah Asli Adikku
Terkadang orang terdekatlah yang paling berpotensi menyakiti." Maysarah tidak menyangka kegagalannya ingin menikah karena ada campur tangan orang terdekat. Berusaha ikhlas menerima hingga dilamar orang tak dikenal. Bagaimanakah nasib Maysarah ke depannya dan akankah bahagia mampir menyapanya?
9.8
67 Bab

Pertanyaan Terkait

Pembaca Menemukan Pesan Moral Apa Dalam Cerita Siti Nurbaya?

2 Jawaban2025-10-28 02:58:01
Ada sesuatu tentang 'Siti Nurbaya' yang bikin aku terus memikirkan hubungan antara cinta, kehormatan, dan rasa keadilan di masyarakat. Novel ini menonjolkan pesan moral bahwa hak memilih pasangan adalah sesuatu yang fundamental. Aku terenyuh melihat bagaimana tekanan adat dan kepentingan keluarga bisa mencabut kebebasan individu, terutama perempuan. Lewat nasib Siti dan Samsulbahri, terasa jelas bahwa paksaan menikah demi status atau balas dendam bukan hanya merusak kebahagiaan personal, tetapi juga menghancurkan jaringan sosial yang lebih luas. Cerita ini mengingatkan bahwa tradisi yang kaku, bila tidak dibarengi empati dan kebijaksanaan, malah melahirkan tragedi. Selain itu, ada kritik halus terhadap hierarki sosial dan praktek-praktek yang menempatkan kekuasaan keluarga atau bangsawan di atas martabat manusia. Novel ini menyentil soal tanggung jawab orang tua yang salah arah: ketika cinta anak diabaikan demi reputasi, siapa yang menanggung akibatnya? Aku melihat pesan moral tambahan tentang pentingnya pendidikan dan pemikiran modern—yang memberi ruang untuk menilai adat bukan sekadar menerima begitu saja. Perdebatan antara keberlangsungan tradisi dan kebutuhan perubahan menjadi benang merah yang relevan sampai sekarang. Di samping itu, cerita memberi pelajaran soal konsekuensi dari dendam dan kebencian. Kekerasan emosional dan balas jasa biasanya memicu siklus penderitaan yang tak habis-habisnya. Bukan hanya tokoh-tokoh tertentu yang dirugikan, tapi generasi berikutnya juga ikut menanggung efeknya. Aku pulang dari bacaan ini dengan perasaan campur aduk—sedih karena tragedi yang dialami tokoh, tapi juga termotivasi untuk menghargai kebebasan memilih dan mendorong sikap saling menghargai dalam keluarga. Itu pelajaran yang menurutku masih penting di kehidupan sehari-hari.

Latar Budaya Bagaimana Memengaruhi Konflik Dalam Cerita Siti Nurbaya?

2 Jawaban2025-10-28 17:12:02
Membaca 'Siti Nurbaya' buatku ibarat melihat cermin budaya yang retak—di satu sisi indah dengan tradisi, di sisi lain tajam karena aturan yang mengekang kebebasan manusia. Novel itu menunjukkan betapa kuatnya pengaruh latar budaya: norma keluarga, kewajiban sosial, dan struktur kekuasaan adat bukan sekadar latar, melainkan motor utama yang mendorong konflik. Ketika dua orang muda saling mencintai, konflik sebenarnya bukan hanya soal dua hati, melainkan soal utang budi, kehormatan keluarga, dan tekanan komunitas yang memaksa pilihan berbeda. Dalam bacaan saya, konsep utang budi dan hormat kepada orang tua atau pemimpin adat menjadi alat naratif yang menyudutkan tokoh-tokoh, membuat mereka memilih jalan yang merugikan diri sendiri demi menjaga nama baik atau mempertahankan posisi sosio-ekonomi keluarga. Yang paling menarik adalah bagaimana budaya lokal berinteraksi dengan modernitas—pendidikan Barat, gagasan kebebasan individu, serta kritik terhadap praktik adat yang korup atau feodal. Benturan ini bukan hanya polarisasi, melainkan sumber tragedi: tokoh yang terbuka oleh pendidikan modern mencoba menolak struktur lama, tapi sistem sosial dan tekanan komunitas sering kali lebih kuat. Di sana terlihat bagaimana gender dan peran tradisional ikut memperparah konflik; perempuan ditempatkan pada posisi rentan karena norma pernikahan dan harapan sosial, sehingga pilihan mereka sering dibatasi oleh keputusan orang lain. Secara naratif, latar budaya memperkaya konflik dengan lapisan moral dan emosional. Adegan-adegan tertentu terasa intens bukan karena aksi fisik, melainkan karena beban nilai-nilai yang tak terlihat—perkataan yang menyakitkan, bisik-bisik masyarakat, atau ritual yang menegaskan hierarki. Bagi saya, itulah kekuatan 'Siti Nurbaya': ia bukan hanya cerita cinta gagal, melainkan kritik sosial yang memaksa pembaca menimbang ulang mana yang pantas dipertahankan dari tradisi dan mana yang harus diubah demi keadilan. Membaca ulang sekarang, saya sering terbayang betapa relevannya konflik itu: tekanan budaya masih bisa merusak kebahagiaan manusia jika kita tidak berani menantang aturan yang merugikan. Akhirnya, novel ini menyisakan rasa getir tapi juga seruan halus untuk empati dan reformasi budaya.

Tokoh Antagonis Siapa Yang Memicu Tragedi Dalam Cerita Siti Nurbaya?

2 Jawaban2025-10-28 18:12:43
Nama itu selalu terselip tiap kali aku ngobrol soal novel klasik—Datuk Maringgih adalah aktor utama yang memicu rentetan malapetaka dalam 'Siti Nurbaya'. Dari sudut pandang pembaca yang suka mengulik motivasi tokoh, Maringgih bukan sekadar orang jahat tipikal; dia simbol kebengisan kekuasaan lokal yang memanfaatkan tradisi dan kelemahan orang lain untuk keuntungan sendiri. Aku masih ingat betapa kesalnya aku saat pertama kali menyadari bagaimana intriknya menjalankan roda cerita: Maringgih menekan keluarga Siti lewat tipu daya, hutang, dan tekanan sosial sehingga pilihan hati Siti terenggut. Tindakan-tindakannya memaksa Siti menempuh jalan yang bukan pilihannya, dan akibatnya bukan cuma patah hati dua insan yang saling cinta, tapi juga runtuhnya kehormatan, harapan, dan nyaris tak ada jalan kembali bagi mereka yang jadi korban. Di banyak bagian, Maringgih terasa seperti perwujudan sistem lama yang memprioritaskan kekayaan dan status di atas kebahagiaan manusia biasa. Dari sisi sastra, yang paling menarik adalah bagaimana Marah Rusli menulis Maringgih supaya pembaca tak hanya membenci satu orang—pembaca juga diajak melihat jaringan tekanan sosial dan adat yang jadi ladang subur bagi sifat rakus seperti Maringgih. Sebagai pembaca yang tumbuh menikmati cerita-cerita semacam ini, aku sering merasa ngeri sekaligus sedih: ngeri karena kekuatan destruktif satu orang, sedih karena korban-korbannya sering kali adalah pihak yang paling tak berdaya. Itu yang bikin tragedi 'Siti Nurbaya' bertahan sebagai kisah yang masih relevan—bukan hanya karena romansa yang kandas, tapi juga karena kritik tajam terhadap penyalahgunaan kuasa dan tradisi yang menindas. Intinya, kalau ditanya siapa penyulut malapetaka itu, jawabnya jelas: Datuk Maringgih, beserta sistem yang dia manfaatkan. Aku keluar dari bacaan itu dengan perasaan getir, tapi juga terpacu untuk merenungkan bagaimana cerita lama ini masih memantul di masalah zaman sekarang.

Apa Moral Cerita Dari Novel Siti Nurbaya?

4 Jawaban2025-12-06 01:43:34
Novel 'Siti Nurbaya' itu seperti tamparan keras tentang bagaimana sistem feodal dan adat kolot bisa menghancurkan cinta sejati. Aku selalu gregetan setiap kali ingat bagaimana Samsulbahri dan Siti Nurbaya dipisahkan hanya karena status sosial. Yang bikin lebih tragis, pernikahan paksa Siti dengan Datuk Maringgih itu ibarat simbol bagaimana perempuan sering jadi korban dalam permainan kekuasaan. Aku sering mikir, seandainya masyarakat waktu itu lebih terbuka, mungkin endingnya beda. Tapi justru di situlah Marah Rusli mau menunjukkan bahwa cinta sering kalah oleh struktur sosial yang tak manusiawi.

Di Mana Bisa Membaca Novel Siti Nurbaya Secara Online?

4 Jawaban2025-12-06 01:29:27
Kebetulan banget, aku baru-baru ini nemu situs yang menyediakan 'Siti Nurbaya' lengkap. Coba cek di Perpusnas Digital atau Wikisource Indonesia. Dua platform itu biasanya punya koleksi klasik Indonesia yang terjamin legalitasnya. Aku sendiri lebih suka Wikisource karena tampilannya bersih dan enak dibaca di HP. Oh iya, kalau mau versi e-book, kadang Gramedia Digital juga ada promo novel-novel lama. Tapi harus dicek lagi stoknya karena kan ini termasuk buku langka. Terakhir aku baca, ada juga komunitas pecinta sastra di Facebook yang suka share file PDF-nya—tapi ini agak abu-abu sih secara hak cipta.

Bagaimana Kisah Siti Nurbaya Menggambarkan Tradisi Minangkabau?

3 Jawaban2025-10-31 09:40:21
Di halaman-halaman 'Siti Nurbaya' adat Minangkabau terasa hidup, seperti sedang diperdengarkan melalui percakapan di ruang tamu rumah gadang. Aku sekarang berumur tiga puluhan dan sering pulang kampung, jadi gambaran tentang rumah, aturan kekerabatan, dan tradisi turun-temurun itu mudah membangkitkan memori. Novel ini menampilkan sistem matrilineal — harta, garis keturunan, dan tempat tinggal cenderung mengikuti garis perempuan — tapi juga memperlihatkan ketegangan antara warisan budaya dan tuntutan laki-laki yang harus merantau mencari nafkah. Itu salah satu kontradiksi paling menarik: perempuan pegang harta, laki-laki jadi perantau dan pengambil keputusan publik. Selain struktur keluarga, Marah Rusli menulis tentang peranan adat dan kepala adat yang punya pengaruh besar dalam hukum adat dan urusan pernikahan. Di sana terlihat bagaimana norma-norma kolektif sering menimpa pilihan pribadi; cinta dan kehendak individu bisa tertindas oleh kehendak keluarga besar atau tekanan sosial. Kekerasan simbolis adat—bukan selalu fisik, namun berupa tekanan moral dan kewajiban—membuat konflik cerita terasa tragis dan relevan. Lebih dari sekadar penggambaran etnografis, aku merasa novel ini juga mengkritik kekakuan adat yang mengekang kebebasan anak muda. Tapi Marah Rusli tidak menggambarkan adat sebagai jahat sepenuhnya; ada sisi pelindung, kohesi sosial, dan estetika budaya yang kuat. Aku pulang dari bacaan itu dengan rasa campur aduk: kagum pada kekayaan tradisi, tapi juga sedih melihat bagaimana tradisi kadang jadi batu sandungan bagi cinta dan kehidupan pribadi.

Di Mana Latar Belakang Cerita Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai?

4 Jawaban2025-11-25 01:25:54
Membaca 'Sitti Nurbaya' selalu mengingatkanku pada atmosfer kolonial yang begitu kental. Novel ini berlatar di Padang, Sumatera Barat, pada awal abad ke-20 ketika Belanda masih berkuasa. Aku terhanyut bagaimana Marah Rusli menggambarkan konflik antara adat Minangkabau yang kaku dengan tekanan politik penjajah. Setting kota Padang dengan pelabuhannya yang sibuk dan rumah-rumah beratap gonjong menciptakan kontras yang memukau antara tradisi dan modernitas. Yang paling menarik adalah bagaimana latar ini bukan sekadar panggung, tapi menjadi antagonis tersendiri yang memisahkan Samsulbahri dan Sitti Nurbaya. Nuansa kolonial benar-benar terasa di setiap bab - dari sekolah berbahasa Belanda yang dihadiri Samsul, sampai kebijakan tanam paksa yang memiskinkan keluarga Nurbaya. Aku sering membayangkan jalan-jalan di Padang zaman dulu, di mana percintaan mereka harus bersaing dengan derap sepatu tentara kolonial dan bisik-bisik tetua adat. Latar ini membuat kisah cinta mereka terasa lebih tragis, karena bukan hanya soal penolakan keluarga, tapi juga zaman yang memang kejam.

Lokasi Asli Mana Yang Disebut Dalam Cerita Siti Nurbaya Sekarang?

2 Jawaban2025-10-28 07:02:02
Ada sesuatu yang selalu membuatku senyum kalau ingat 'Siti Nurbaya': latar yang dipakai Marah Rusli jelas berakar di Sumatera Barat, dan kota yang paling sering disebut dalam novel itu adalah Padang—ibu kota provinsi. Dalam ceritanya, kehidupan adat Minangkabau, suasana kota pesisir, serta konflik keluarga dan adat tersaji dengan nuansa Padang dan sekitarnya. Aku suka membayangkan jalanan berdebu zaman kolonial, rumah gadang, dan dermaga kecil yang pernah jadi latar perjumpaan tokoh-tokohnya. Selain Padang, ada juga rujukan ke benteng dan dataran tinggi yang menandai wilayah Minangkabau. Satu titik yang sering muncul di pembicaraan para pembaca adalah ‘Fort de Kock’, nama era kolonial yang dalam konteks masa kini lebih dikenal sebagai Bukittinggi. Jadi kalau dibilang lokasi asli yang disebut dalam cerita itu sekarang apa, jawabannya: beberapa lokasi tetap memakai nama lama di naskah, tapi secara administratif dan peta modern, Fort de Kock itu adalah Bukittinggi, sementara adegan-adegan pesisir dan urban yang jelas disebut merujuk ke Padang. Menariknya, jejak novel ini juga terlihat di kota nyata—di Padang ada Jembatan Siti Nurbaya yang jadi ikon kota; itu bukti bagaimana fiksi dan geografi nyata saling terkait. Aku pernah jalan-jalan ke Bukittinggi dan Padang, dan rasanya aneh sekaligus hangat melihat tempat-tempat yang mungkin menginspirasi latar cerita lama itu. Nama berubah, bangunan berganti, tapi nuansa cerita—konflik adat, tekanan sosial, dan kecantikan lanskap Minang—masih terasa hidup kalau kamu tahu sudut mana yang mau dicari. Jadi intinya: lokasi asli yang disebut dalam 'Siti Nurbaya' merujuk pada Padang dan daerah sekitarnya, dan kalau yang dimaksud nama kolonial Fort de Kock, kini itu adalah Bukittinggi. Aku suka membayangkan tokoh-tokohnya berjalan di jalan yang sekarang ramai oleh pasar dan wisatawan, masih menyimpan bisik-bisik cerita lama itu di antara gunung dan laut.
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status