Kehidupan Venina Anastasya berubah selamanya ketika dia melakukan kesalahan satu malam dengan atasannya, Erlangga Krisdiantoro. Sejak malam itu, Venina terjebak dalam pesona atasannya hingga sulit baginya untuk melepaskan diri. Gairah yang bergejolak dalam dirinya membuat Venina lupa perbedaan di antara mereka. Hasrat terlarang itu seolah mengaburkan fakta jika Erlangga telah menjadi milik wanita lain. Venina tidak menyadari jika hubungannya dengan pria itu berisiko menimbulkan skandal terbesar dalam hidupnya. Tetapi semuanya sudah terjadi, dia telah terjebak dalam jaring yang dirancang oleh kesalahannya sendiri. Dan sekarang, dia harus menghadapi konsekuensinya. Sementara itu, Erlangga menghadapi dilema. Di mana dia harus memilih Venina atau wanitanya yang akhirnya kembali setelah meninggalkannya. Apakah benar selama ini Venina hanyalah objek pelariannya saja? Benarkah tidak ada cinta di hati Erlangga untuk wanita itu?
View More“Aku tidak bisa, Rio,” gumam Venina dengan lirih sambil menghela napas berat. "Kamu terlalu baik untukku, Rio. Aku tidak layak mendapatkan cinta dan pengertianmu."Rio menarik Venina ke dalam pelukannya, membiarkannya menangis sepuasnya. "Aku mencintaimu, Nina. Dan cinta itu tidak akan berubah, apa pun yang terjadi. Aku akan selalu berada di sampingmu, menjalani semua ini bersama-sama," bisiknya dengan lembut."Tolong, jangan siksa aku dengan perasaan bersalah ini, Rio," ucap Venina sambil menjauhkan dirinya. Matanya yang sembab menatap penuh harap pada pria di hadapannya. Saat itu, dia merasa sangat rapuh dan tidak berdaya.Rio menatap Venina dengan hati yang berat. Dia tahu, saat Venina mengatakan hal tersebut, harapannya telah pupus. Wanita yang dicintainya
Hening melingkupi ruangan, hanya suara gemuruh getaran mesin pendingin yang terdengar redup. Venina berdiri di hadapan Rio dengan pandangan yang berkaca-kaca, bibirnya bergetar menahan gelombang emosi yang menghantamnya."A-aku hamil, Rio," kata Venina dengan suara bergetar, menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis yang sudah menggenang di sudut matanya. Kalimat itu terasa seperti bom waktu yang akhirnya meledak, mengguncang perasaannya seketika.Rio, seperti biasa, tetap tenang dan penuh pengertian. Wajahnya tidak menunjukkan kemarahan, hanya kesedihan mendalam yang melumuri matanya. Dia menahan napas sejenak, mencerna informasi yang baru saja disampaikan oleh wanita yang dicintainya."Kenapa tidak mengatakannya lebih awal, Nina?" tanya Rio dengan lembut sambil menatap wajah Venina dengan penuh per
Sepanjang malam itu, Venina didera oleh gelombang perasaan cemas dan gelisah. Kata-kata Erlangga terus terngiang di dalam benaknya, bergema seperti sebuah mantra yang tak kunjung berhenti."Kita akan menikah, Nina. Anak itu akan menjadi anak kita yang sah. Kita bisa memperbaiki semuanya, Nina. Demi anak kita."Rasa takut tiba-tiba menerjang hatinya dengan membabi buta, menghancurkan segala ketenangan yang pernah dia miliki. Seketika Venina merasa kehilangan arah dan tumpuannya, seperti layangan yang terlepas dari benangnya.Mungkin, jika Erlangga benar-benar ingin menikahinya, dia tidak perlu melenyapkan anaknya sendiri. Mereka bisa menjadi keluarga bahagia yang saling mencintai, membangun kembali apa yang telah hilang.
Venina membuka pintu rumahnya dengan wajah yang pucat pasi. Malam yang seharusnya tenang berubah menjadi penuh ketegangan saat matanya bertemu dengan sosok yang tidak asing di depannya. "Mas Angga? Apa yang Mas lakukan di sini?" tanyanya dengan suara yang hampir berbisik.Erlangga berdiri tegap, dengan mata penuh tekad yang menyala-nyala. “Ada yang perlu kita bicarakan, Nina,” suaranya terdengar tegas namun ada kelembutan yang tersirat di sana.Venina menggelengkan kepala dengan cepat, mencoba menutup pintu kenyataan yang kini berdiri di hadapannya. "Saya tidak bisa. Saya tidak mau membahas apa pun di luar jam kerja."Namun, Erlangga tidak mundur. Dia menatap Venina dengan mata yang penuh keteguhan. "Tidak masalah. Saya akan menunggu di sini sampai kamu mau bicara dengan saya," ujarnya tanpa ragu.
Kecurigaan dalam diri Erlangga terhadap Venina tumbuh semakin besar, seperti serangkaian kabut tebal yang menyelimuti pikirannya. Setiap gerak dan tingkah lakunya Venina menjadi bahan pertimbangan yang membuatnya semakin gelisah.Duduk di ruang kerjanya yang megah, Erlangga mendengarkan laporan dari Regi, orang yang dipekerjakannya untuk mengawasi Venina. Suara telepon yang bergema di ruangan itu memecah keheningan yang tegang."Sejauh ini tidak ada yang beliau lakukan setelah pulang bekerja, Pak," kata Regi dengan nada yang serius. "Beliau jarang sekali pergi keluar."Erlangga menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sejenak sebelum mengambil keputusan selanjutnya. "Terus awasi dia dan juga pria itu," perintah Erlangga dengan tegas sebelum menutup sambungan teleponnya.
Venina melangkah masuk ke ruang kerja Erlangga dengan langkah yang tergesa-gesa. Matanya berusaha menyembunyikan kecemasan yang menghantui pikirannya. Tapi, begitu dia berdiri di depan meja Erlangga, tatapan dinginnya langsung melesat ke arahnya."Terlambat lagi?" Erlangga menyampaikan kalimatnya dengan nada yang menusuk."Maaf, Pak, saya...." Venina mencoba untuk meminta maaf, tetapi ucapannya terpotong ketika Erlangga menyela dengan cepat, tanpa memberikannya kesempatan untuk menjelaskan."Saya ada pertemuan sebentar lagi. Lebih baik kamu bersiap-siap," potong Erlangga tanpa menoleh lagi. Nada suaranya dingin dan tanpa kompromi, menambah beban yang sudah menekan bahu Venina.Venina hanya bisa mengangguk pasrah, berbalik untuk keluar dari ruangan. Namun, seruan Erlangga yang tiba-tiba membuatnya terhenti di tempatnya."Jangan pikir karena semua yang terjadi di antara kita... Kamu jadi bisa terus bertingkah seenaknya seperti ini, Nina!" serunya den
Setelah mendengar ketulusan dari kata-kata Rio, akhirnya Venina tidak dapat menahan kegelisahannya lagi. Perasaan yang bercampur aduk di hatinya mendorongnya untuk mengunjungi seorang dokter kandungan.Ketika pintu ruang konsultasi terbuka, Venina disambut oleh sorot tajam dari Dokter Prapti. Wajahnya yang serius dan tatapannya yang tajam seolah memperlihatkan bahwa dia tahu apa yang terjadi sebelum Venina bahkan mengucapkannya."Kenapa?" tanya Dokter Prapti, suaranya terdengar tegas, membuat Venina bergidik. "Belum siap punya anak?"Venina tergagap, mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawab. "Saya... Saya belum menikah, Dok," jawabnya gemetar.Dokter Prapti mengangkat alisnya, tatapannya menyelidiki. "Ayah dari bayi ini tidak mau bertanggung jawab?" Su
Venina menunggu hasil tes kehamilan dengan perasaan campur aduk. Jantungnya berdegup kencang, seolah-olah ingin melompat keluar dari dadanya. "Negatif... Negatif... Negatif!" harap Venina dalam hatinya, nyaris seperti mantra yang dia ulangi tanpa henti. Namun, ketakutan yang mengintai di sudut hatinya terus membayangi."Nggak mungkin... Ini nggak mungkin!" gumamnya sambil menggelengkan kepalanya dengan kuat seolah ingin menepis kenyataan yang ada di depannya. Matanya tak lepas dari beberapa alat tes kehamilan yang kini menampilkan hasil yang sama—positif. Garis-garis itu menghantui pikirannya, mengunci setiap harapan yang tersisa.Venina merasa dunianya runtuh. Dia tahu siapa ayah dari janin yang kini tumbuh dalam rahimnya. Anak itu pasti anak Erlangga. Karena dia belum pernah berhubungan dengan pria lain sel
Selama beberapa minggu, Venina terus memikirkan lamaran Rio. Setiap malam, dia merenung tentang pilihan yang harus diambil.Dan Rio benar-benar tidak mendesaknya. Dia memberikan ruang dan waktu untuk Venina memutuskan tanpa tekanan.Pengertian dan kesabaran pria itulah yang menggugah hati Venina. Dan perlahan, dia merasa semakin yakin dengan keputusan yang harus diambil.Suatu malam, Venina menghubungi Rio. "Bawa aku ke pantai, Rio," katanya singkat namun penuh makna.Rio tidak membuatnya menunggu lama. Keesokan harinya, dia sudah berdiri di depan rumah Venina dengan senyum hangat di wajahnya. "Sudah siap pergi bersamaku, Nina?" tanyanya dengan penuh perhatian, menyiratkan kesediaannya untuk mengikuti langkah Venina, apapun itu.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.