Seorang wanita cantik dengan bentuk tubuh yang di idam-idamkan oleh banyak wanita, terlihat sedang mencari-cari suatu benda yang merupakan salah satu keperluannya sehari-hari yaitu Smartphone.
Wanita cantik tersebut bernama Zeline Ayunindya, atau yang lebih sering disapa Zeline, gadis cantik yang baru saja menginjak usia 22 tahun.Zeline tumbuh menjadi gadis yang bisa dikatakan sangat cantik. Hidung yang mancung, bibir ranum yang selalu menambah daya tariknya, serta kulit putih yang membuatnya semakin terlihat sempurna. Belum lagi, Zeline mempunyai lekuk tubuh yang juga sangat indah. Dimana kebanyakan wanita akan berlomba-lomba merombak tubuh mereka agar terlihat indah, namun tidak dengan Zeline yang memilikinya secara alami tanpa perlu campur tangan manusia.Zeline merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, yang terlahir dari pasangan Arya Gunawan dan Arini Gunawan."Dimana phonselku? Perasaan tadi aku meletakannya diatas kasur," gumam Zeline, masih terus mencari phonselnya.Setelah beberapa menit mencari, namun tak kunjung menemukan phonselnya. Zeline memutuskan keluar dari kamar untuk mencarinya."Mah. Ada lihat Handphone aku?" tanya Zeline. Menghampiri Arini Mamanya, yang sedang menonton TV di ruang keluarga. "Tadi mama Lihat dibawa sama si kembar," jawab Arini santai tanpa menatap Zeline, sebab matanya fokus menonton Drama yang sedang ditayangkan di TV. Zeline menganggukan kepalanya mengerti, sembari melangkah pergi dari sana. Ia kembali menaiki anak tangga menuju kamar kembar yang dimaksud oleh Mamanya. Kembar yang dimaksud oleh Mamanya adalah kedua adiknya perempuannya yang bernama Fara Ayunindya dan Fera Ayundyia. Pintu kamar yang sedikit terbuka itu membut Zeline bisa melihat jika benar Phonselnya berada ditangan adik kembarnya. Zeline yang awalnya berniat akan menegur adiknya, merasa terenyuh hatinya saat melihat kedua adiknya terus saja berulang kali memutar video kebersamaan mereka dengan Laki-laki yang sangat mereka cintai. Sosok laki-laki yang sudah pergi meninggalkan mereka satu tahun yang lalu. Arya Gunawan. Suami dari Arini Gunawan dan Papa dari ketiga bersaudara itu, telah pergi terlebih dahulu kembali pada sang pencipta. Arya meninggal satu tahun yang lalu, tepatnya saat Zeline baru saja menyelesaikan studinya diluar Negeri. Arya pergi meninggalakan istri dan ketiga putrinya disaat ketiganga masih sangat-sangat membutuhkan figur seorang ayah. Zeline menatap iba pada kedua adiknya, masa dimana harusnya mereka lagi senang-senangnya bermanja dengan kedua orang tua yang lengkap. Namun tidak dapat dirasakan lagi oleh kedua adik kembarnya yang baru berusia 12 tahun itu. Selisih usia Zeline dan kedua adiknya memang terlampau jauh. Zeline berusia 22 tahun sedangkan kedua adiknya berusia 12 tahun. Kehidupan mereka yang awalnya bisa dikatakan selalu berkecukupan bahkan lebih dari cukup itu, sekarang tidak lagi sama sejak kepergian Arya. Sebelum meninggal, Arya bekerja sebagai Manager disebuah perusahaan terbesar di kota tempat mereka tinggal. Gaji yang besar hingga bisa memenuhi semua kebutuhan keluarga, dan mampu membiayai pendidikan putrinya Zeline di luar Negeri. Bisa dikatakan Zeline hidup dengan berkecukupan selama ini, namun tidak dengan kedua adiknya yang harus merasa kekurangan setelah kepergian Papa mereka. Gadis seusia Zeline yang biasanya sedang asik dengan dunianya, dengan kisah cinta dan sebagainya tentang kehidupan pribadinya. Tapi itu semua tidak berlaku pada Zeline yang hanya memusatkan perhatiannya pada keluarga, dan selalu tentang keluarganya. Zeline akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarganya, Zeline tidak akan membiarkan keluarganya merasa kekurangan. Dan itulah tujuan hidup Zeline saat ini. Membahagiakan dan memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Zeline mengusap air matanya yang dengan lancang menetes keluar dari sudut matanya. Mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya, setelah itu menghampiri kedua adiknya yang masih menangis menonton video yang ada di phonselnya. "Sayangnya Kakak lagi apa? Kenapa nangis?" tanya Zeline lembut, melipat kedua kakinya duduk dilantai menghadap pada kedua adiknya yang duduk menangis diatas tempat tidur. "Kak, kami kangen sama Papa! Sangat merindukan Papa!" ucap si Kembar, terdengar begitu menyayat hati Zeline yang mendengaranya. Ia sangat hapal dengan tingkah kedua adiknya, jika keduanya bersedih seperti ini pasti keduanya sedang menyimpan sesuatu. Zeline tersenyum menatap adiknya sembari mengusap sisa air mata diwajah kedua adiknya, lalu duduk ditengah-tangah mereka. "Meskipun kita tidak dapat melihat kehadiran papa, tapi percayalah jika papa selalu ada bersama kita. Papa selalu memperhatikan dan menjaga kita dari sana," ucap Zeline pada adiknya. "Kenapa Papa pergi meninggalkan kita kak? Kenapa harus secepat ini? Kami masih sangat membutuhkan papa, andai papa ada disini bersama kita," ucap Fara masih terus menangis. "Fara, Fera. Dengarkan Kakak! Yang namanya maut sudah ada yang mengaturnya, semua orang yang bernyawa pada akhirnya pasti akan kembali pada sang pencipta. Begitupun kita semua, Kakak ataupun kalian juga pasti akan bertemu dengan yang namanya maut. Tidak ada yang tahu kapan pastinya hal itu akan menghampiri kita, maka dari itu selagi masih diberi kesempatan untuk hidup. Maka lakukanlah yang terbaik untuk bekal kita nanti sebelum kembali pulang kesisinya." "Ada apa? Ceritakan pada Kakak?" tanya Zeline lembut, merangkul bahu kedua adiknya. "Ayo katakan, kalian tidak bisa menyembunyikan dari Kakak. Kakak tahu pasti ada yang mengusik pikiran kalian, coba ceritakan pada Kakak!" ucap Zeline lagi menatap kedua adiknya. "Kak, kami sangat ingin melanjutkan sekolah di Sekolahnya, Rina!" jawab Fera pelan. Rina yang dimaksud si kembar adalah sepupu mereka, Rina bersekolah di sekolah elit yang terkenal dengan murid-murid terbaik dan juga dari keluarga kaya. "Lalu apa masalahnya?" tanya Zeline tersenyum, membuat kedua adiknya menatap bingung padanya. "kalian mau sekolah disana, maka kalian pasti akan bersekolah disana!" sambung Zeline mengecup sayang kening kedua adiknya. "Maksud kakak?" tanya Fara. "Ada kakak bersama kalian, jadi tidak ada yang perlu kalian khawatirkan," jawab Zeline, membuat Fera dan Fara langsung memeluk dan menangis dipelukan Zeline. Tanpa ketiganya sadari. Arini yang berdiri dipintu kamar kembar, berusaha menahan tangisnya mendengar dan melihat apa yang dibicarakan ketiga Putrinya. 'Mas. Lihatlah putri-putri kita. Mereka anak-anak yang baik, mereka sangat merindukanmu, sama seperti aku yang juga selalu merindukanmu. Ucap Arini dalam hati. Arini yang tak dapat menahan tangisnya lekas pergi dari sana, sebelum ketiga putrinya melihat ia menangis. Arini tidak ingin Putri-putrinya menyadari jika dirinya sendiri masih diselimuti kesedihan. "Besok kalian mulai Ujian, bukan? Berikan kakak hasil yang baik jika kalian ingin bersekolah ditempat Rina. Kalian bisa?" tanya Zeline, melepaskan pelukan adiknya. "Bisa Kak, kami janji akan memberikan hasil yang baik. Kami tidak akan mengecewakan Kakak, Mama dan Papa," jawab Fara dan Fera, membuat senyum mengembang diwajah cantik Zeline yang mendengarnya. "Baiklah, kembalikan Handphone kakak! Persiapkan diri kalian untuk besok!" ucap Zeline meminta kembali Phonselnya, sebelum keluar dari kamar adik kembarnya. **** Hai semuanya, salam kenal aku Nona Fi. Aku penulis baru disini. Maaf jika masih banyak kesalahan dalam penulisan, dan mohon dukungannya ya.🙏🥰Seperti biasanya, hari dimana Zeline tidak bekerja maka Zeline akan membantu pekerjaan di Toko Roti milik Mamanya yang berada tak jauh dari rumah mereka.Zeline menatap senang pada pengunjung yang bisa dikatakan cukup ramai, meskipun A3 Bakery tidak sebesar dan terkenal seperti toko roti lainnya, namun penghasilan dari toko A3 bakery mampu untuk memenuhi kebutuhan makan mereka sehari-hari.Zeline melambaikan tangannya pada Nena dan Diya sahabatnya, yang datang berkunjung.Ketiganya berpelukan seolah-olah sudah lama tidak bertemu padahal baru saja dua hari yang lalu mereka jalan bersama."Bagaimana? Apa sudah ada panggilan?" tanya Nena setelah ketiganya duduk dikursi yang ada disana."Belum," jawab Zeline lemas.Wajah cantik dengan bentuk tubuh yang bagus tentu saja menjadi keinginan setiap wanita, tentu saja semua orang juga ak
Beberapa hari kemudian.Zeline menatap kagum pada gedung yang menjulang tinggi dihadapannya bertuliskan Dastan Group.Dengan penampilan layaknya wanita kantoran, Zelin terlihat lebih cantik dengan kesan rapi yang ditampilkannya.Tatapan kagum dari setiap orang yang menatapnya sudah menjadi hal biasa bagi seorang Zeline. Setiap orang yang menyapanya akan Zeline balas dengan senyuman."Ze .... " suara teriakan seseorang yang sangat Zeline kenal suaranya terdengar sangat kencang, membuat fokus semua orang yang berada disana menatap kearah mereka."Kenapa harus teriak, Di? Lihat semua orang menatap kita!" ucap Zeline memukul lengan Diya sahabatnya, saat Diya sudah berada didepannya."Keceplosan Ze," jawab Diya terkekeh."Semoga berhasil ya,Aku percaya kamu pasti bisa!" ucap Diya."Aamiin, semoga saja," jawab Zeline."Bagaimana penampilanku? Sudah ok belum?" tanya Zeline.Diya yang mendengar pertanyaan Zeline tersenyum
Seperti yang diminta Zayn pada Arya. Saat ini Zeline dan Arya sudah berada disebuah Cafe yang berada tak jauh dari Dastan Group.Zeline masih menatap tajam pada Arya yang saat ini duduk diam dihadapannya."Sekali lagi saya katakan jika saya tidak bisa mengikuti keinginan atasan anda. Dia bisa mencari wanita lain yang mau ikut dalam rencana gilanya!" seru Zeline, pada Arya."Dengarkan dulu penjelasan saya, Nona Zeline. Mungkin benar kedengarannya seperti sebuah penghinaan untuk sebuah pernikahan, tapi disini antara kalian berdua tidak akan ada yang dirugikan. Anda bisa menghidupi keluarga anda dengan kehidupan yang mewah serta berkecukupan, dan tuan Zayn juga diuntungkan atas pernikahan ini. Tuan Zayn sama sekali tidak akan mengambil apapun dari anda, dia hanya butuh status perkawjnan dan status anda sebagai istrinya," ucap Arya mencoba menjelaskan."Tidak ada wanita yang ingin menikah dengan cara seperti ini tuan! mungkin saya memang membutuhkan uang, tapi sa
Zeline menatap pantulan dirinya yang ada dicermin. Menilai sendiri betapa beruntungnya Tuhan memberikan rupa dan bentuk tubuhnya. Dalam hal kecantikan Zeline bisa dikatakan sangat beruntung, namun keberuntungannya tersebut tidak ikut serta dalam keberuntungannya dalam hal keuangan."Kamu cantik. Kamu beruntung sebagai seorang perempuan, namun tetap saja semua tidak akan sempurna jika pada akhirnya kamu tetap saja pengangguran!" ucap Zeline pada dirinya sendiri.Dering phonsel yang terdengar memenuhi kamarnya, membuat Zeline teralihkan dari cermin. Ia melangkah menuju ranjang, mengambil phonselnya yang tergeletak diatas tempat tidur masih saja berdering dengan nama Diya yang tertera disana."Pasti Diya akan bertanya ini dan itu," gumam Zeline, sebelum menjawab telepon dari sahabatnya"Halo, Ze. Bagaimana hasilnya? kenapa kamu belum mengabariku? Kenapa kemarin kamu pulang tidak mengabariku?" ucap Diya langsung melontarkan berbagai pertanyaan setelah
Zeline tersenyum menyambut kedatangan kedua sahabatnya, seperti biasa mereka akan berpelukan lama seolah-olah mereka sudah lama tidak bertemu."Kenapa kamu bisa ditolak Ze?" tanya Diya langsung setelah mereka duduk dikursi yang ada disana.Zeline mengedarkan pandangannya kesetiap sudut toko memastikan jika mamanya tidak akan mendengarkan apa yang akan mereka bicarakan. Setelah dirasa aman, barulah Zeline kembali menatap kedua sahabatnya."Atasanmu yang menyebalkan itu memintaku untuk menjadi istrinya!""Apa?" pekik Diya terkejut dengan ucapan Zeline.Zeline menarik tangan Diya untuk kembali duduk sembari berkata, "Bisa kecilkan suaramu! Bagaimana kalau mama mendengarnya?" kesal Zeline."Kamu bercanda Ze? Dia melamarmu? Pak Zayn benar-benar melamarmu?" tanya Diya antusias."Benar-benar kecantikanmu membawa keberuntungan Ze, baru bertemu sudah dilamar oleh pria tampan idaman para wanita, ya meskipun terkenal arogant!" ujar Nena.
Keesokan harinya. Setelah semalaman berpikir, Zeline akhirnya memutuskan akan menemui sekretaris Zayn yang bernama Arya. Karena hanya kontak Arya yang ia miliki lewat kartu nama yang sebelumnya Arya berikan.Sebelum memutuskan, Zeline juga sudah berusaha menemui pemelik toko berharap sang pemilik tempat dimana mamanya membuka usaha mau berbaik hati membiarkan A3 bakeri tetap berdiri disana, namun tetap saja pemilik toko tersebut mengatakan jika tempat tersebut sudah dibeli oleh orang lain dengan harga tinggi yang Zeline sangat yakini adalah Zayn Dastan. Zeline berjanji pada dirinya sendiri jika nanti saat ia resmi menikah dengan Zayn, ia pastikan toko tersebut akan berlih nama menjadi nama Mamanya."Jika benar ini bisa saling menguntungkan, ayo kita lakukan!" gumam Zeline keluar dari kamarnya."Ze, kamu mau kemana?" tanya mama Zeline saat melihat Zeline menuruni anak tangga dengan penampilannya yang sangat rapi dan tentunya juga sangat cantik."Mau bertemu se
"Baiklah, aku setuju!" ucap Zeline membuat Arya menghela nafas legah, sekalipun merasa iba dihatinya saat wanita cantik dan baik seperti Zeline akan terjebak hidup bersama Zayn. Seorang pria yang tidak lagi percaya cinta bahkan tidak mempercayai wanita. 'Semoga saja Zayn benar-benar menepati janjinya untuk tidak menyakitimu,' ucap Arya dalam hati. "Kamu sudah memikirkan dengan matang?" tanya Arya coba memastikan. "Aku sudah cukup berpikir, jika seperti yang kamu katakan pernikahan ini akan saling menguntungkan dan tidak ada yang dirugikan, aku tentu saja setuju! Aki tidak ingin menyangkal jika aku membutuhkan semua keuntungan yang kalian janjikan," ujar Zeline mantap dengan keputusannya. "Baiklah, sebelumnya ada beberapa poin dan syarat yang harus kamu pahami disini," tutur Arya yang ditanggapi serius oleh Zeline. "katakan! aku pendengar yang baik dan akan coba mengerti semuanya. Selagi tidak merugikan aku, aku akan menerimanya." "Tida
Tiga puluh menit kemudian, Zeline dan kedua sahabatnya sudah berkumpul di tempat mereka janjian. Zeline yang datang kesana diantar oleh Vero, tentu saja akan diburu pertanyaan oleh kedua sahabatnya yang dapat melihat sosok tampan bersama Zeline."Kak, kenalkan ini Diya dan ini Nena, sahabatku!" ucap Zeline memperkenalkan kedua sahabatnya pada Vero.Vero tersenyum ramah pada Nena dan Diya, bergantian menyambut uluran tangan kedua gadis cantik tersebut."Aku Vero!" ucap Vero dengan suara lembutnya membuat Nena dan Diya semakin mengaguminya."Aku langsung pamit ya, soalnya masih ada pekerjaan diluar. Senang berkenalan dengan kalian," ucap Vero lagi, pada kedua sahabat Zeline lalu beralih menatap Zeline."kakak sungguh tidak ingin makan siang bersama kami?" tanya Zeline."kapan-kapan saja Ze, aku sungguh masih ada pekerjaan!" jawab Vero lembut mengusal rambut Zeline."Hemm, baiklah kalau begitu. Terima kasih ya sudah mengantarku," jawab Ze