Naik Ranjang

Naik Ranjang

By:  Sity Mariah  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.8
27 ratings
263Chapters
384.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Tradisi yang menyatukan dua insan tanpa cinta di hati masing-masing. Mungkinkah cinta bisa tumbuh di hati keduanya? Ataukah perpisahan menjadi jalan terbaiknya?

View More
Naik Ranjang Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Hariz Mikaiel
best baca buku ni berpuas hati
2024-08-13 20:04:01
0
default avatar
Tiopanta Sihotang Panta
sangat kren dan mantap
2024-06-30 01:28:10
0
user avatar
Maryam
updetany lama ya
2024-02-12 22:06:40
0
user avatar
Naily Mahmuda
double up dong... ceritanya makin penasaranan
2024-02-12 06:33:59
0
default avatar
FaradisaUm28941
memangnya 1 Minggu berapa kali update ya ? penasaran sekali sama kelanjutan ceritanya
2024-01-21 23:49:23
3
user avatar
Nesvi Putry Vhye
ceritanya seru,keren pokoknya aku suka cuma nunggu update nya agak lama padahal penasaran banget sama hubungan Senopati dan istrinya ......️
2024-01-21 20:08:27
0
user avatar
Tuti Khoiriah Hasibuan
ceritanya bagus tapi sayangnya ditengah2 cerita terlalu banyak cerita yg tidak seharusnya ditulis padahal banyak hikmah yang bisa diambil kesetiaan, kerja keras, keikhlasan dan banyak lagi pesan moralnya author law nulis adegan dikamar layagnya tidak harus sedetail itu juga,
2024-01-06 07:10:38
0
user avatar
Siti Jaenab
menarik, enak bacanya
2023-12-20 12:40:22
1
user avatar
Mas Daryanto
ceritanya bagus dan terinspirasi
2023-11-03 23:47:16
2
user avatar
Sri Chan
ceritanya bagus kadang bikin senyum senyum sendiri, suka buat baper nih hehehehe isi cerita per bab nya diperpanjang doang kk semakin jauh bab nya isi nya semakin singkat
2023-09-07 21:49:11
0
user avatar
Barra
menarik ceritanya
2023-08-16 18:47:12
0
default avatar
Dedi bajui
cerita bagus mudah dipahami
2023-08-04 06:19:16
0
user avatar
Roihatul
seru banget ceritanya
2023-07-12 20:04:38
1
user avatar
siti yulianti
semangat thor semoga sukses ceritanya
2023-07-01 21:16:09
1
user avatar
Paggus nirwana
seru... kapan dilanjutkan lagi...
2023-05-19 12:08:28
2
  • 1
  • 2
263 Chapters

Ch.1

***"Jangan sok peduli! Jangan berlagak layaknya seorang istri shalehah! Apa pun yang kamu lakukan, tidak akan pernah membuatku jatuh cinta sedikitpun terhadapmu!" desis laki-laki bermanik hazel yang kini tengah menggulung lengan kemejanya di hadapanku.Tanganku yang semula cekatan menyiapkan makan malam serta air minumnya berhenti seketika. Setelah kata-kata tajam yang dilayangkan pria di hadapanku itu terasa menusuk hati. Lagi dan lagi.Aku berdehem pelan kemudian menegakan tubuh yang terduduk di kursi makan saat ini."Lalu kamu pikir, aku akan mengemis cintamu? Aku akan menghamba untuk bisa mendapatkan cinta yang kamu miliki?" tanyaku pada laki-laki yang menjadi lawan bicaraku saat ini.Laki-laki itu mendecih. Laki-laki bermanik hazel dengan garis wajah tegas dan rahang yang kokoh. Tatapannya tajam bak elang yang siap menerkam mangsa.Apalagi saat berbicara denganku. Selalu ketus dan kata-katanya selalu tajam bak belati. Seakan aku ini adalah kelinci kecil yang rapuh dan begitu mem
Read more

Ch. 2

**Meninggalkan ruang makan, kini aku sudah masuk ke kamar. Di mana si kembar tertidur dengan pulas di dalam box kayu yang sama.Kututup pintu yang sejak tadi dibiarkan terbuka. Aku menempelkan punggung di balik daun pintu. Memejamkan netraku demi menguatkan hati.Jika bukan karena si kembar. Aku tidak akan kuat sampai detik ini. Si kembar lah, obat yang menetralisir racun dari ucapan menusuk di relung hati ini setiap harinya.Saat membuka mata, aku melihat kartu undangan tergeletak di atas meja penyimpanan samping lemari.Aku menjauh dari daun pintu. Lalu mengambil kartu undangan tersebut, dan mulai membacanya.Ternyata undangan acara family gathering di perusahaan tempat Yuda bekerja. Acara diadakan di ballroom hotel mewah di pusat kota ini.Di situ tertulis, jika undangan ditujukan pada kepala divisi keuangan dan juga istri. Artinya, undangan untuk Yuda dan tentunya aku.Karena kantor tempat Yuda bekerja sudah mengetahui kabar kematian Khanza, dan pernikahan Yuda denganku yang dige
Read more

Ch. 3

***Pintu ballroom tempat berlangsungnya acara terbuka lebar.Akan tetapi Yuda tak membawaku masuk. Tangannya masih melingkari pinggangku. Dia membawaku, setengah menyeret lebih tepatnya, ke arah teras samping hotel yang sepi, menghadap ke arah luar.Dia menghempas pegangan tangannya di pinggangku. Berganti merangkul pundakku cukup keras"Jaga sikap! Di sini, kamu dipandang sebagai istriku. Istri seorang kepala divisi! Sekali pun aku memang tidak mencintai kamu. Tapi semua tahu kamu istriku sekarang. Bersikaplah seakan hubungan kita baik-baik saja!" desisnya tepat di telingaku.Aku menyentak pundak yang dirangkulnya, tetapi Yuda menahannya kuat. Aku menatapnya sengit. Yuda pun tak kalah tajam menatapku."Egois!" tukasku dengan nada menekan."Aku tidak perduli. Aku hanya menjaga nama baik. Cukup dengan mendiang Khanza, aku sering melihatnya begitu akrab dengan lawan jenis, dan itu membuat hatiku teriris. Sekarang kamu berbalik! Pegang tanganku dan bersikap seperti istri sesungguhnya!"
Read more

Ch.4

NAIK RANJANG (4)***"Hil, Yuda masih tidur?" tanya Ibuku.Aku mengangguk mengiyakan pertanyaannya. Pagi ini, Ibu diantar taksi online berkunjung ke rumah. Biasanya akan datang bersama Bapak, tetapi sepertinya Bapak sibuk di toko kain miliknya. Sehingga Ibu datang sendiri pagi ini.Aku hanya dua bersaudara.Aku dan Khanza. Dua anak perempuan Ibu serta Bapak.Setelah Khanza tutup usia, hanya aku anak mereka satu-satunya.Kepergian Khanza membuat Ibu dirundung kesedihan begitu hebat.Bahkan sebelum tujuh hari kematian si bungsu. Ibu hanya tergolek dan bersedih di ranjangnya.Sama sepertiku, si kembar lah penguat dan pelipur lara hati Ibu. Perlahan Ibu mulai bangkit dan mencoba menerima kenyataan.Ibu begitu menyayangi si kembar. Ibu tidak mau jauh dan terpisah lagi dengan cucu pertamanya. Bahkan awalnya, dia meminta Yuda untuk tinggal di rumah kami. Sehingga Ibu bisa merawat cucunya dua puluh empat jam.Orang tua Yuda tentunya tidak setuju. Karena si kembar bukan hanya cucu Ibu dan Bapa
Read more

Ch.5

Naik Ranjang (5)-POV Yuda-Aku hanya bisa menatap nanar punggung Hilma yang semakin jauh di depan sana. Perempuan dengan gamis merah marun itu melangkah begitu cepatnya. Meninggalkanku yang mematung di samping motor matic ini.Motor yang sengaja kukendarai untuk menyusulnya. Tapi setidaknya, dengan Hilma pulang ke rumah, aku sudah berhasil menjauhkannya dari laki-laki yang ternyata bernama Azmi itu.Melihat Hilma bersama dengan Azmi. Entah kenapa hati ini terasa meradang. Aku sendiri pun tidak tahu, sejak kapan tepatnya Hilma telah mengusik tempat yang hanya kusediakan untuk Khanza.Aku menggeleng cepat. Beranjak dari kebekuan yang mendera dan kembali duduk di jok motor. Lalu mengecek beberapa kantong kresek yang tadi dibawa Hilma.Isinya ternyata bahan masakan mentah. Mulai dari bumbu dapur hingga sayur dan daging. Lengkap meski hanya dalam porsi sedikit sedikit.Kuhela napas kasar.Hilma dan Khanza memang dua bersaudara. Mereka kakak adik. Tetapi mereka sangat sangat berbeda.Dua t
Read more

Ch.6

Sore hari ibu mertua baru pulang dari rumah ini. Aku mengantarnya dan kini sudah kembali ke rumah. Sama seperti Ibu dan Bapakku, jika datang ke mari pasti akan berlama-lama karena ingin menghabiskan waktu bersama si kembar.Masuk ke dalam rumah, nampak Hilma tengah menyuapi kedua putraku bergantian. Mereka memang sudah memasuki usia enam bulan. Sehingga sudah harus diberi makanan pendamping dari sufornnya.Hilma terlihat begitu telaten. Dia memang begitu menyayangi si kembar. Dua keponakan yang sudah seperti anaknya sendiri.Kesehariannya di rumah ini. Pengabdiannya merawat si kembar sepenuh hati. Perlahan mengikis benteng kebencian yang kubangun tinggi.Aku tidak ingin menganggu waktunya menyuapi si kembar. Hingga makanan si kembar telah habis dan Hilma masuk ke dapur. Barulah aku duduk di depan bouncer berisi si kembar.Arkana dan Arsaka. Si kembar identik yang tumbuh sehat dan tampan dalam asuhan Hilma.Pipi mereka gembul dan mereka nampak begitu riang. Kualihkan pandangan ke arah
Read more

Ch.7

Naik Ranjang (7)***POV Yuda***"Sayang … bagaimana kalau aku mencintai Kakakmu? Apa itu tidak akan menyakiti kamu, Sayang?" tanyaku seorang diri yang masih berjongkok di samping pusara Khanza.Awalnya, aku memang membenci Hilma. Tidak akan ada tempat di hatiku untuknya. Tidak akan pernah kuberikan.Namun, tiga bulan tinggal bersama. Aku nyaris tidak menemukan cela dalam diri perempuan yang usianya dua tahun lebih tua dariku itu.Dia … nyaris sempurna.Awalnya hatiku tertutup rapat entah untuk siapa pun itu. Akan tetapi, Hilma yang bertahan dalam pernikahan ini membuat dinding hatiku melunak.Padahal, tidak ada yang Hilma lakukan untuk meluluhkannya. Malah sebaliknya, aku yang sering mencoba menghancurkan benteng pertahanannya dalam membina pernikahan ini.Namun keadaan seakan berbalik. Kebencian yang aku tanam sejak awal pernikahan dengannya. Nestapa yang kujanjikan saat hubungan ini sah terikat. Menguap begitu saja karena Hilma tak gentar menghadapiku.Aku mendesah pelan.Hakikatnya
Read more

Ch.8

Naik Ranjang (8)POV Hilma–"Nak Hilma, kamu kenapa, Nak? Kamu lagi sakit? Kurang tidur?"Pagi ini, Ibu Mertuaku kembali datang. Namun hanya Ibu saja tanpa Pak Candra. Ibu datan ke mari diantarkan sopir pribadi keluarganya.Kami tengah sarapan di ruang bermain seperti biasanya. Namun, tiba-tiba saja Bu Aida bertanya seperti barusan."Aku sehat kok, Bu. Tidur cukup juga semalam," jawabku apa adanya.Bu Aida nampak memindai wajahku. Membuatku kembali menundukkan kepala dan melanjutkan sarapan dengan nasi uduk yang katanya beliau buat sendiri"Bener? Mata kamu sembab, Nak. Merah juga. Kamu menangis semalaman?"Aku lantas mempercepat makanku hingga akhirnya habis. Sehingga aku bisa mengobrol dengan Ibu mertuaku ini. Kemudian aku menuntaskan dengan meneguk segelas air.Apa mungkin mataku berjejak? Semalam, sehabis shalat tahajud, aku meninggalkan mushola lalu masuk ke kamar kedua.Mengurung diri di dalamnya dan menangis sendirian hingga waktu Subuh tiba.Aku merasa sudah sangat lelah deng
Read more

Ch.9

–Yuda masih meniup bergantian kedua mataku. Dapat kurasakan terpaan lembut napasnya mengenai kedua netra ini.Apa yang sebenarnya dia lakukan? Apa dia ingin mengobati mataku yang memerah? Aku masih membeku dengan perlakuannya pagi ini.Kami bertukar tatap.Manik hazelnya akhirnya membuatku tersadar. Cepat-cepat aku menunduk dan menepis jemari Yuda yang masih menyentuh pipiku, saat ia telah berhenti meniup kedua netraku.Aku memalingkan wajah darinya dan kembali memandangi si kembar. Lalu mengusap netraku dengan punggung tangan."Ehhh si Yuda, disuruh beli tetes mata malah ditiup-tiup gitu matanya Hilma. Nanti atuh ah mau tiup meniup mah kalau malam. Ini masih pagi, Yud!" Bu Aida terkekeh."Apa sih, Bu. Kan kata Ibu matanya Hilma merah. Aku refleks aja kok niupin. Udah Bu, aku berangkat kerja dulu." Yuda meraih tangan Bu Aida lalu menciumnya.Aku kembali memandangi si kembar. Terutama Arsa yang kini ada dalam bouncer di hadapanku.Yuda berpamitan pada kedua putra kembarnya. Si kembar
Read more

Ch.10

Siang hari tadi Ibu mertuaku pulang lebih awal. Karena ada jadwal pengajian di komplek perumahannya. Sehingga sore ini, ia sudah tidak ada lagi di rumah ini. Membuatku hanya berdua bersama si kembar. Yuda biasanya akan pulang saat menjelang magrib nanti.Sore ini aku membawa stroller yang diisi Arka. Sementara Arsa, ada dalam gendongan. Jika di rumah tidak ada lagi orang, maka aku biasanya membawa si kembar jalan-jalan sore. Meski hanya jalan kaki.Sebenarnya cukup repot, tapi aku menikmatinya. Menikmati peran yang seharusnya dijalankan oleh Khanza. Bukan aku.Aku membawa si kembar sekedar berkeliling komplek. Sampai di gapura dan melewatinya. Berjalan di pinggiran jalan raya lalu berbelok ke arah komplek perumahan sebelah.Di komplek perumahan sebelah ini, ada satu taman umum serta lapangan. Jika sore hari biasanya ramai oleh anak-anak yang bermain. Ada juga penjual jajanan makanan. Berbeda dengan taman serta lapangan di komplek tempatku tinggal yang tidak begitu ramai dan nyaris sep
Read more
DMCA.com Protection Status