“Harusnya aku tidak menerima perjodohan ini jika akhirnya begini. Aku hanya menjadi orang ketiga di hubungan mereka.” Widuri Yasmin terpaksa menikah dengan Emran Hafiz atas perjanjian kedua orang tua mereka. Namun, baru sebulan menikah, Emran sudah menikah lagi dengan Mawar Rosdiana yang tak lain kekasihnya sendiri tanpa sepengetahuan keluarga. Dalam kehidupan pernikahannya ternyata Emran tidak bisa berlaku adil. Dia lebih sering memperlakukan Widuri dengan buruk. Kehadiran Widuri tidak pernah diharapkan oleh Emran. Dia hanya orang ketiga yang tidak seharusnya ada. Mampukah Widuri bertahan dengan status orang ketiga atau dia memilih menyerah dan pergi meninggalkan pria yang ia cintai?
Lihat lebih banyak“APA!!!” seru Bu Ami.Dandy sontak terkejut. Ia mengangkat kepala dan melihat ibunya sudah sadar tengah menatap ke arahnya dengan bingung. Dandy terdiam beberapa saat. Ia sibuk mengolah udara. Ia pikir ibunya masih terlelap sehingga ia lancar mengungkapkan sebuah kebenaran.Namun, begitu tahu ibunya terjaga Dandy menjadi ragu untuk meneruskan semuanya atau menyangkalnya. Untuk beberapa saat hanya hening yang menjadi teman mereka hingga Bu Ami yang menyentuh tangan Dandy lebih dulu.“Siapa gadis itu, Dandy? Lalu di mana anakmu sekarang? Apa kamu sudah bertemu?”Entah mengapa Bu Ami terlihat bersemangat dan raut wajahnya yang lesu berubah seketika menjadi cerah dan bercahaya. Dandy terdiam dan masih ragu untuk bersuara. Namun, dia sudah terlanjur membuka rahasia ini. Mau tidak mau ibunya harus tahu.“Dia mantan pacarku saat kuliah di luar negeri, Seline namanya. Maafkan aku, Bu. Pergaulanku saat tinggal di sana di luar batas dan aku telah m
“Ada apa, Mas?” tanya Nilam.Ia melihat ketegangan di wajah Dandy dan Nilam yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan keluarga Dandy. Dandy menghela napas beberapa kali sementara Nilam sudah melepas rangkulannya, tapi masih berdiri tegak di depannya.“Ibu ... Ibu kena serangan jantung, Sayang.”Seketika Nilam terkejut mendengar ucapan Dandy. Setahu Nilam, Bu Ami tidak punya riwayat penyakit jantung. Bahkan beliau sangat menjaga pola makan dan termasuk penganut pola hidup sehat. Tentu saja Nilam terkejut mendengar kabar ini.“Kok bisa, Mas. Padahal Ibu selama ini selalu menjaga pola makan dan hidup sehat.”Dandy menghela napas lagi sembari meraup wajahnya dengan kasar.“Aku juga gak tahu, Sayang.” Dandy terlihat gelisah dan Nilam tahu bagaimana perasaan Dandy saat ini. Dua minggu yang lalu dia juga mengalami hal seperti ini saat tahu kabar tentang Bu Tina yang jatuh di kamar mandi.&ldquo
“Sepertinya seharian ini Mas habis bersenang-senang dengan Seline dan David, ya? Pakai peluk-peluk segala,” ucap Nilam.Seketika Dandy terkejut mendengar ucapan Nilam. Ia terdiam sambil menatap Nilam dengan bingung. Seingat Dandy, dia memeluk Seline saat menyebrang di depan perpustakaan tadi. Dari bandara menuju rumahnya memang melewati perpustakaan itu. Apa mungkin Nilam berada di salah satu mobil yang berhenti dan melihat apa yang dilakukannya tadi?Tanpa menunggu jawaban Dandy, Nilam langsung melengos dan gegas masuk ke dalam rumah. Travel bagnya sudah lebih dulu dibawa masuk oleh asisten rumah tangganya.Dandy tersadar dan gegas mengejar langkah Nilam masuk ke dalam rumah. Nilam masuk ke kamar dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dandy hanya berdiri diam sambil menunggunya di depan pintu.Ia menyesal sudah berkata bohong pada Nilam. Sepertinya mulai saat ini dia harus berkata jujur dan tidak akan bohong lagi.Cukup l
“Mas Dandy ... bukannya dia ada undangan penting hari ini. Kenapa bersama Seline dan David?” gumam Nilam.Kini mata Nilam terus tertuju ke arah Dandy hingga Dandy masuk ke dalam mobil bersama Seline dan David. Nilam langsung terdiam dan tidak berkomentar apa-apa. Benaknya sibuk mencerna dan mencari jawaban atas kejadian yang baru dilihatnya.Bukankah Dandy dan Seline teman kerja, bisa jadi mereka baru saja menghadiri acara yang sama. Lalu David diajak karena tidak ada yang menjaga dan tadi terpaksa Dandy yang mengantarnya pulang. Nilam menarik napas panjang sambil mencoba menghalau berbagai perasaan aneh yang membakar cemburunya.“Akh ... sudahlah, aku tanyakan saja nanti sampai di rumah,” batin Nilam.Memang Nilam sudah berpositif thinking hanya saja ada sisi lain hatinya yang sakit tanpa diminta. Wanita mana saja pasti cemburu melihat suaminya berinteraksi mesra dengan wanita lain. Lalu tiba-tiba Nilam bersuara ke sopir taxi di d
“Ya ampun ... tahu gitu aku ambil penerbangan yang siang kalau akhirnya kena delay gini,” gerutu Nilam.Sejak pukul enam pagi, Nilam sudah berada di bandara. Sengaja dia mengambil penerbangan yang paling pagi agar tiba di rumah secepatnya. Namun, ternyata pihak maskapai memberitahu ada keterlambatan penerbangan karena faktor cuaca.Memang sejak tadi malam, kota tempat Nilam tinggal diguyur hujan lebat. Bahkan saat perjalanan menuju ke bandara tadi hujan masih turun dengan derasnya. Namun, karena Nilam ingin segera pulang dan bertemu Dandy. Ia sama sekali tidak mempedulikan hal tersebut.Nilam bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke perwakilan maskapai yang dari tadi menemani beberapa penumpang di ruang tunggu.“Iya, Kak. Ada yang bisa dibantu?” tanya wanita paruh baya tersebut.“Kalau boleh tahu kira-kira jam berapa kami akan take off?”Wanita paruh baya berambut sebahu itu tersenyum dengan ramah samb
“Ada apa, Nilam?” tanya Pak Rudi.Nilam baru saja menerima panggilan dari Dandy dan kali ini dia tidak bisa menutupi rasa kecewanya. Sedikit banyak, Nilam berharap Dandy akan menyusulnya ke sini. Namun, lagi-lagi karena kesibukan suaminya hal itu tidak dapat terwujud.“Gak papa, Yah.”Nilam menjawab dengan lesu dan terlihat menundukkan kepala.“Gak papa, tapi kok cemberut gitu?”Nilam tersenyum meringis sambil mendongakkan kepala melihat ke Pak Rudi. Sejak kecil, Nilam memang lebih dekat dengan ayahnya ketimbang Bu Tina. Apalagi Pak Rudi selalu memanjakan Nilam dan berusaha memenuhi keinginan putrinya. Kebahagiaan putrinya adalah yang paling utama.Sayangnya saat kejadian Bu Ami yang meminta Dandy menikah lagi tidak terdengar Pak Rudi dan Nilam juga tidak menceritakannya. Andai saja pria paruh baya itu mendengarnya pasti beliau yang lebih murka.“Mas Dandy kayaknya gak bisa nyusul ke sini akhi
“Beneran kamu gak papa aku gak ikut?” tanya Dandy.Usai menemui Pak Bobby, Dandy memutuskan untuk pulang dan mengantar Nilam ke bandara. Nilam hanya tersenyum sambil mengalungkan tangannya ke bahu Dandy. Dandy sontak merengkuh pinggul Nilam mendekat ke arahnya.“Iya, gak papa, Mas. Aku tahu kamu sibuk.”Dandy menghela napas panjang sambil tersenyum menatap Nilam. Nilam membalas senyumannya dan tidak keberatan saat Dandy mendaratkan kecupan di bibirnya.“Hati-hati ya, Sayang. Telepon aku kalau sudah tiba!!” Nilam mengangguk sambil terus menatap Dandy tanpa kedip.Ini adalah pertama kalinya mereka LDR-an setelah menikah. Memang sebelum menikah mereka juga LDR-an, tapi rasanya sangat beda.“Sebisa mungkin aku susul ke sana dalam satu dua hari ini,” imbuh Dandy.Nilam menggeleng sambil tersenyum. “Gak perlu tergesa, kalau kamu sudah gak sibuk saja kamu nyusul.”Dandy menga
“Apa semuanya baik-baik saja, Dandy?” tanya Emran.Dandy hanya mengangguk menjawab pertanyaan Emran. Ia baru saja masuk ke dalam rumah usai taxi pesanannya datang menjemput Bu Ami dan Bella.Sebenarnya Emran juga bingung harus bersikap apa. Itu sebabnya dia dan Widuri memilih masuk ke dalam kamar saat keadaan menegangkan tadi.“Aku minta maaf, gara-gara ini semua mengganggu waktu istirahat kalian.” Dandy malah berkata seperti itu.Emran tersenyum, menggelengkan kepala sambil berulang menepuk bahu Dandy.“Aku bangga padamu. Kamu lebih tegas dibanding aku saat itu. Rasanya Nilam tidak salah memilihmu, Dandy.”Dandy langsung mencebikkan bibirnya usai mendengar ucapan Emran. Teman sekaligus sahabatnya ini selalu suka menggodanya di setiap waktu.“Aku akan minta Bibi menyiapkan makan malam. Kalian pasti lapar.”Dandy berpamitan kemudian masuk ke dalam kamar. Perlahan Dandy membuka pint
“APA!!!” seru Dandy.Sementara yang lain hanya diam dengan tatapan terkejut. Widuri dan Emran gegas berpamitan lalu membawa Alif masuk ke dalam kamar. Mereka tidak enak kalau berada di situasi seperti ini. Sementara Nilam hanya membeku di tempatnya dengan pandangan berkabut melihat ke arah wanita cantik di depannya.“Iya, Dandy. Bukannya Ibu pernah bilang kapan hari kalau akan mengenalkanmu ke Bella. Kamu masih ingat Bella, kan? Dia teman SMA-mu.”Dandy berdecak mengusap wajahnya dengan kasar sambil berulang menggelengkan kepala. Hanya helaan napas panjang pendek yang keluar masuk dari bibir Dandy. Wajahnya yang manis kini terlihat merah karena sedang menahan amarah.Dandy belum sempat menjawab ucapan ibunya saat Nilam tiba-tiba membalikkan badan dan bersiap masuk kamar. Tentu saja Dandy terkejut dan gegas menarik tangan Nilam.“Kamu mau ke mana?” tanya Dandy dengan lirih.Nilam menelan ludah sambil menund
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.