BRUK! Keisha tersandung karpet dan terjatuh. Namun ketika ingin bangun, ia malah merasakan tangannya menyentuh sesuatu. Itu seperti benda yang empuk sekaligus keras. Dan karena rasa penasarannya ingin meremas benda itu, Keisha sekarang malah ditawarkan kontrak menikah dengan Kenzie, dosennya yang dingin sekaligus teman kakak pertamanya. Sial! Kehidupan damai Keisha bisa terancam kalau skandal ini pecah!
View More[Selamat siang, Keisha. Ini Wisnu, papanya Kenzie]Berawal dari sebuah chat itu, Keisha sekarang mempunyai beban pikiran sendiri. Entah dari mana papanya Kenzie mendapatkan nomor teleponnya, dan Keisha tidak punya pilihan lain selain membalas pesan-pesan itu.Semua tampak normal pada awalnya. Wisnu hanya bertanya kabar Kenzie, kapan mereka menikah, dan di mana mereka tinggal. Sampai akhirnya, sebuah permintaan muncul.[Keisha, apa kamu bisa ajak Kenzie bertemu saya?]Keisha menggigit bibir, ragu sambil melirik Kenzie yang sedang fokus dengan laptopnya. Pesan itu ia dapatkan tiga hari yang lalu, tapi belum ia balas sampai sekarang. Ia bahkan sengaja tidak membuka pesan itu dan hanya membacanya dari notifikasi.“Kenapa jadi gue yang repot, sih?” gumam Keisha sambil mengelap piring yang sudah bersih. Ia kembali melihat Kenzie yang tampak santai-santai saja seolah tidak punya beban hidup. Ia tahu Kenzie benci dengan papanya. Namun, Keisha juga tidak bisa menyalahkan Wisnu sepenuhnya. Pa
Keisha dan ibunya saling berpandangan.“Kei, Kenzie kenapa tuh?” tanya ibunya dengan wajah bingung bercampur panik.Keisha hanya menggeleng cepat, tapi matanya masih mengarah ke pintu menuju halaman belakang. Sosok Kenzie tidak terlihat, tapi Keisha sangat khawatir.Lalu, tanpa disuruh lebih dulu, Keisha tanpa sadar beranjak dari sofa. Ia mendekati Kenzie yang ada di taman belakang. Namun, ia hanya mengintip dari balik pintu, tidak berani mendekat. Wajah Kenzie terlihat tegang dengan mata yang seolah memancarkan amarah. Ini pertama kalinya Keisha melihat ekspresi Kenzie yang seperti itu. “Jangan hubungi saya lagi untuk omongan tidak penting ini!” itu adalah kalimat terakhir yang Kenzie ucapkan dengan dingin, sebelum mengakhiri panggilannya.Keisha buru-buru lari dan duduk di sofa lagi saat Kenzie selesai menelepon. Ia berakting seolah tidak mendengar apa-apa. Lalu, Kenzie kembali ke sofa sambil menghela napas berat. Ia meletakkan ponselnya ke meja, di sebelah ponsel Keisha.Pria it
Ekspresi puas tergambar jelas di wajah Kenzie sambil menatap ponselnya. Lalu, seolah baru tersadar dengan posisi mereka sekarang, Keisha pun langsung mendorong kepala Kenzie agar bangun dari bahunya.“Mesum!” pekik Keisha.Kenzie tetap tersenyum, walaupun Keisha mendorongnya cukup keras tadi. “Bukannya kamu bilang, salah satu kewajiban istri itu melayani suami?”“Hah?”“Manjain suami kan sama aja melayani.”“Ndasmu!” Keisha melempar bantal sofa ke wajah Kenzie, tetapi pria itu dengan sigap menangkapnya sambil terkekeh.Gadis itu pun beranjak dari sofa dengan jengkel. Namun, baru beberapa langkah, ia kembali ke tempat itu. Ia baru ingat sesuatu.“Bang, aku mau ngomong sesuatu… boleh?” tanya Keisha dengan kedua tangan di depan, seperti murid yang meminta izin kepada gurunya.“Apa?” Keisha menunduk, menghindari tatapan Kenzie. “Mau pulang ke rumah…,” bisiknya pelan.“Ini kan kamu lagi di rumah,” jawab Kenzie santai.Keisha bengong sebentar, berusaha memahami ucapan Kenzie. Matanya menat
“B-Bang—maksudnya, Pak Kenzie serius kasih saya nilai ini?” tangan Keisha bergetar melihat nilai yang baru diberikan Kenzie.“Kenapa? Mau dikurangi?”Lantas, Keisha buru-buru menarik kertas itu. “Nggak, Pak! Ini aja.”Kenzie tidak menanggapi lagi, dan berpindah ke mahasiswa lainnya. Keisha seketika dikepung teman-teman sekelasnya.“Demi apa?! 70?!” pekik salah satu temannya.Semua mahasiswa yang pernah mengikuti kelasnya, sangat tahu kalau Kenzie hampir tidak pernah memberikan nilai lebih dari 68 pada tugas maupun ujian lainnya. Ia memang terkenal pelit dan ketat dalam penilaian.Makanya, nilai 70 itu sudah seperti mukjizat Tuhan.“Keren, Kei!”“Wih, dapet model dari mana kamu, Kei?”“Kei, kerjain tugas aku dong!”Mereka langsung memberondong Keisha dengan segala pujian. Sepertinya sosok Kenzie yang masih memberikan penilaian itu tidak lagi menjadi perhatian. Di tengah-tengah itu, mata Keisha bertabrakan dengan mata Kenzie yang sudah kembali duduk di tempatnya. Keisha tenggelam dalam
“Iya, saya minta kompensasi.”Bibir Keisha bergetar, berusaha mengucapkan sesuatu yang sudah ada di kepalanya, “B-Bang Kenzie… jangan gini….”Napas Kenzie semakin jelas menyapu pipi tembam Keisha. Ronanya semakin memerah, mungkin lebih merah daripada lipstik Olive, dosen Seni Tari itu.‘Gimana nih?! Kalau aku dorong Bang Kenzie, nanti dia nyangka aku nggak suka diginiin. Bang Kenzie bilang kan nggak mau lakuin hal yang nggak aku suka. Tapi jantung aku juga nggak bisa diginiin!’Keisha dilema sendiri. Ia suka, sekaligus gugup.“Dua ratus ribu,” bisik Kenzie selanjutnya, membuat Keisha refleks membuka mata.“Hah?!”Kenzie tersenyum miring di depan wajah Keisha. “Bayaran saya jadi model kamu. Kamu lupa?”Keisha mengerjap, tapi masih belum bergerak dari posisinya sekarang meskipun Kenzie sudah menjauhkan tubuhnya. Kepalanya masih berusaha mencerna situasi saat ini.“O-oh… oh iya… dua ratus ribu… iya, ya?” Keisha seperti orang linglung.“Ayo, sarapan.” Kenzie yang sudah ada di dalam kamar
Kenzie mengambil kursi dan memposisikannya di dekat jendela balkon. Ia duduk bersandar, dengan kedua kaki terbuka. Kalau ada yang melihat, pasti tidak ada yang menyangka kalau Kenzie adalah dosen paling dingin di kampus. Ia lebih cocok menjadi model, atau playboy kelas kakap.Keisha berusaha untuk tetap fokus menyiapkan alat gambarnya secara cepat, tapi matanya selalu melirik ke arah paha Kenzie. Bagaimana rasanya duduk di pangkuan pria itu? Apakah dada Kenzie masih seempuk waktu itu? Atau lebih keras sekarang?‘Ah, gila kamu, Kei!’ Keisha menampar pipinya sendiri karena pemikiran kotor itu.“Kei?” panggil Kenzie, membuat Keisha tersadar. “Kamu kenapa?”“Nggak apa-apa!” Keisha menjawab dengan lantang saking gugupnya. Ia pun berdeham, dan mengganti topik. “Posisinya kemarin nggak gitu, Bang!” komentar Keisha, sambil berusaha menutupi rasa gugupnya karena melihat dada dan otot perut Kenzie. “Gini?” Kenzie mengubah posisinya menghadap samping kanan. “Bukan! Agak miring ke kiri sedikit
“Kenapa, Kei?”Pertanyaan Kenzie yang tiba-tiba membuat Keisha terpaksa menghentikan fantasinya bersama pria itu. Keisha buru-buru menggeleng dan berdiri dari kursi.“A-aku ngantuk, Bang!” kemudian, ia pura-pura menguap lebar, tapi matanya tetap melirik ke arah Kenzie. “A-aku tidur duluan, ya!”Keisha berjalan seperti robot, masuk ke kamar, lalu langsung meluncur di kasur. Ia bahkan tidak peduli dengan kelopak mawar atau dua angsa yang sudah terguling itu. Gadis itu segera menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya.Keisha tidur seperti orang mati, tidak tahu dan tidak mau tahu apa yang terjadi setelah ia terbang ke alam mimpi. Yang pasti, ketika ia bangun tidur di pagi hari, kasur di sebelahnya kosong. Begitu juga kamar ini.Entah Kenzie tidak tidur di situ semalam, atau pria itu tidur di sana dan bangun lebih dulu karena takut ketauan Keisha.Langit-langit kamar bercorak khas ukiran Jawa menyambut pagi gadis itu. Tangannya pun berusaha mengambil ponsel yang terletak di nakas,
Keisha langsung membalas pesan Aldi tersebut, tetapi kakak keduanya itu malah menyuruhnya untuk bertanya langsung kepada Kenzie. Bahkan, katanya Aldi juga sudah mengirimkan sebuah video kepada pria itu.“Bang Ke!” Keisha langsung menghampiri Kenzie di balkon. Pria itu tampak menatap ponselnya. “Bang Kenzie dapat chat dari Bang Aldi? Katanya, dia kirim video gaya helikopter. Itu apaan, sih?”Tepat ketika Keisha berdiri di sebelah Kenzie, pria itu malah buru-buru mematikan ponselnya. Ia menoleh ke arah Keisha dengan bola mata bergetar yang aneh.“Kenapa, Kei?” tanya Kenzie, sangat terlihat sedang menyembunyikan sesuatu.“Justru Abang yang kenapa?” Keisha bertanya balik. “Kok, keliatan pucet gitu.”“Nggak,” sahut Kenzie sambil menarik napas, dan kembali melempar pandangan ke arah pantai. “Aldi cuma ngirim video.”“Gaya helikopter itu?” respons Keisha santai.Namun berbeda dengan Kenzie, yang langsung memutar kepalanya kembali dengan mata membulat. “Kamu tau?!”Keisha mengangguk, walaupun
Keisha otomatis ikut mengangkat tangan dan menunjukkan jari manisnya. “KENAPA, SIH?!” tanyanya masih tidak mengerti. Setelah itu, Kenzie tampak berbicara dengan bule-bule itu dan sesekali menganggukkan kepala kepada mereka. Beberapa saat kemudian, Kenzie kembali melangkahkan kakinya ke bibir pantai. Sementara Keisha, seperti orang yang baru kena hipnotis, ia malah linglung sendiri. Berkali-kali ia melihat tangannya sendiri, membolak-balikannya, tapi tidak menemukan jawaban apa pun.Rasa penasaran Keisha semakin besar. Akhirnya, ia meninggalkan payung besar itu, dan menyusul Kenzie yang sudah siap berenang. “Bang Ke!” panggil Keisha, membuat Kenzie menoleh. “Tadi maksudnya kenapa, Bang?”“Katanya panas?” Kenzie malah balik bertanya sambil menyingkirkan anak rambut Keisha yang menghalangi wajahnya karena angin. “Tadi bule-bule itu ngomong apa, Bang?” tanya Keisha lagi.Kenzie melepas kacamata hitamnya, menampilkan mata indah itu yang semakin memukau di pandangan Keisha. “Bukan apa-a
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.