Pertanyaan Ardi ini membuatku tertegun.
Kalau aku tidak salah ingat, ini sepertinya pertama kalinya dia mempertanyakan lokasiku selama pernikahan kami.
Apalagi di waktu seperti ini.
Di saat aku harus bersembunyi.
"Nggak dengar?"
Suara yang berat itu menarikku kembali ke kenyataan, aku pun berkata jujur, "Aku nggak di rumah."
Setelah itu, aku menambahkan, "Beberapa hari ini aku nggak pulang."
"Nggak pulang?"
"Ya, situasi sekarang nggak terkendali. Kalau sampai ada wartawan yang mengikutiku, bakal repot." Aku teringat peringatan ibu mertuaku, jadi aku berkata lebih dulu, "Aku nggak akan menyusahkan Keluarga Wijaya, juga sebisa mungkin nggak melibatkan Dokter Ardi."
Begitu aku selesai bicara, aku mendengar Ardi mencibir, "Jadi aku seharusnya berterima kasih pada Dokter Raisa?"
Meski bisa mendengar sindiran dari Ardi, aku tidak marah, aku hanya menjawab dengan datar, "Dokter Ardi nggak usah sungkan."
Orang di seberang langsung terdiam.
Aku mengira Ardi sudah mengakhiri panggilan. Aku melir