Sejak awal, pernikahanku dan Ardi Wijaya memang dirahasiakan. Tiga tahun kami menikah secara diam-diam, aku bagaikan istri gelapnya saja. Di mata orang lain, dia itu dokter bedah terbaik di Mogowa. Dia dihormati dan disanjung banyak orang. Dia cuek dan sombong, juga tidak memedulikan orang lain. Sedangkan aku ini hanyalah seorang dokter magang anestesi biasa yang tidak berarti apa-apa baginya. Setiap malam, aku berdiri di balkon yang dingin sendirian menunggu dia pulang. Aku mengira kalau aku berusaha lebih keras dan belajar bersikap lebih lembut, suatu saat nanti dia akan tergugah melihatnya. Akan tetapi, kenyataan yang aku terima, bagaikan sebuah tamparan keras bagiku. Aku bertanya padanya dengan suara memeras sambil memohon dan menarik ujung bajunya, "Bisakah kamu tidak pergi mencari wanita itu lagi?" Dia tertawa ringan dan mencerca, "Ini hanya kawin kontrak saja. Apa kamu ketagihan berakting jadi Nyonya Wijaya?" ... Hari demi hari, aku menyaksikan bagaimana dia memperlakukan wanita itu dengan lembut. Aku tidak ingin bertengkar dengannya, juga tidak ingin mempermasalahkan apa pun yang dia lakukan. Aku meninggalkan selembar surat perceraian dan pergi. Hari itu, Kota Nowa diguyur hujan lebat. Di tengah hujan, Ardi sang dokter bedah yang tersohor itu berlutut. Dengan mata merah sembap, dia memohon untuk rujuk, "Istriku, kita tak usah bercerai, ya?" Bagiku, tetesan air matanya sudah tidak berarti sama sekali. Aku tersenyum tipis, "Jangan-jangan Dokter Ardi juga berwatak dramatis? Maaf, aku tak ada waktu buat menemanimu bermain sandiwara. Masa berlaku kontrak kita sudah habis. Kalau ingin mengejarku, silakan antre dulu."
Lihat lebih banyakDi kursi penumpang memang tergeletak tas kanvasku.Aku langsung mengangkatnya, hendak berbalik pergi.Namun, tepat saat aku bersiap menutup pintu mobil, suara Ardi kembali terdengar di telingaku, dengan nada rendah yang sepertinya tidak peduli, "Sepertinya aku belum menjawab pertanyaanmu semalam dengan lengkap."Gerakanku menutup pintu mobil langsung terhenti. Aku mendongak dengan cepat, pandanganku terpaku pada wajahnya.Wajah Ardi ini benar-benar diberkahi, bagaikan buatan tangan dewa edisi terbatas yang super detail. Suhu di dalam mobil tinggi, jadi pria itu sudah melepas jaket besarnya, hanya mengenakan kemeja hitam dengan kerah yang terbuka, memperlihatkan sebagian tulang selangka yang putih dan dalam.Beberapa kancing di bawahnya memang dikancingkan dengan rapat. Hanya saja, kemeja hitam itu cukup ketat, menampilkan kontur otot tubuhnya yang penuh vitalitas. Dipadukan dengan wajahnya yang tenang, semuanya terlihat begitu kontras dan menggoda dengan cara yang tidak biasa.Ardi men
Semua yang terjadi di depan mataku sekali lagi membuatku terharu. Betapa hebatnya masa muda.Cinta di masa muda itu memang indah.Felix jelas-jelas adalah pria yang terlihat sopan dan lembut. Namun, saat ini gerakannya yang tiba-tiba menggendong Devi, lalu memasukkannya ke dalam mobil sangat ganas, tegas, serta mendominasi.Devi jelas-jelas terkejut. Meskipun dia melakukan gerakan untuk melawan, orang yang jeli bisa melihat bahwa Devi hanya melawan setengah hati."Felix, dasar kamu bajingan! Keluarkan aku!" Devi sudah dimasukkan ke dalam mobil, tetapi dia masih memaki Felix. "Kak Raisa, tolong aku! Panggil polisi, tangkap bajingan yang menculik gadis di jalanan ini. Bawa dia ke kantor polisi!"Aku yang mendengarnya tidak bisa menahan tawa. "Sudahlah, jangan melawan lagi. Anggap saja ini memberinya kesempatan untuk mengantarmu pergi kerja.""Dokter Raisa, kamu ...." Felix memasukkan Devi ke dalam mobil, memasangkan sabuk pengaman, menutup pintu, lalu langsung mengunci mobil. Kemudian, F
Devi masih terus bertanya, "Apa kalian benar-benar tidak berpacaran? Lalu, kenapa tadi Pak Ardi mengatakan rumah kalian? Kak Raisa, apa semalam kamu bersama Pak Ardi? Jangan-jangan semalam aku sudah mengganggu kencan kalian?"Devi menoleh untuk melihat Ardi, merasa agak khawatir. "Kak Raisa, bukankah sikapmu yang seperti ini tidak baik? Pak Ardi hanya berdiri diam di sana. Dia terlihat sangat kecewa.""Aku tegaskan sekali lagi, kami tidak berpacaran, juga tidak tinggal bersama. Jangan salah paham." Aku menarik Devi agar mengalihkan pandangannya, lalu sekali lagi menegaskan dengan suara keras, "Kamu juga tidak boleh bergosip. Benar-benar tidak ada apa-apa di antara kami.""Lalu, kenapa Pak Ardi mengatakan kalau semalam tasmu tertinggal di rumah kalian?" Devi mengedipkan sepasang mata besarnya yang cerah, lalu menatapku dengan rasa ingin tahu yang kuat.Aku langsung tidak bisa menjawab. Menatap sepasang mata yang penuh keraguan dan harapan itu, pipiku mulai memanas. "Dia hanya bicara sem
Keterkejutanku tidak kalah dari Devi.Aku juga tidak menyangka Ardi akan muncul di depan pintu rumahku.Selain itu, Devi juga melihat semuanya.Ditatap dengan pandangan seperti itu oleh Devi, aku bahkan merasa tidak bisa membela diri. Karena bahkan aku sendiri tidak menyangka Ardi akan datang membawakan sarapan untukku.Apa yang ingin Ardi lakukan?Apa belum cukup pria ini menghadang di koridor sebelumnya? Sekarang dia masih harus menghadang sampai ke depan pintu rumahku?Aku merasa tidak puas dengan sikap Ardi. Namun, saat menghadapi pandangan Devi yang terkejut dan penuh keingintahuan, aku merasa canggung dan panik. "Bukan, Pak Ardi pasti bukan datang mengantarkan sarapan untukku. Dia hanya mencariku karena ada urusan saja."Meskipun aku tidak tahu kenapa Ardi sama sekali tidak panik setelah bertemu Devi, aku tetap berusaha menutupi tindakannya. Aku berupaya keras mengembalikan hubungan kami menjadi hubungan rekan kerja biasa.Setelah menjelaskan pada Devi, aku juga diam-diam memberi
"Devi ada di tempatku. Tenang saja, dia sangat aman. Hanya saja suasana hatinya masih sangat buruk. Aku khawatir untuk sementara ini aku tidak bisa membiarkan kalian berbicara." Aku dengan cepat memahami maksud Felix, langsung berinisiatif menjelaskan.Di ujung lain telepon, Felix jelas-jelas terdengar lega. "Tidak apa-apa, aku hanya mengkhawatirkan keselamatannya. Dia waktu itu terlalu emosional, langsung membuka pintu untuk kabur. Dia bahkan lupa membawa tasnya. Dia tidak punya rumah di kota ini. Aku takut terjadi sesuatu padanya ...."Kesan yang diberikan Felix padaku juga tidak seburuk yang digambarkan Devi. Pria ini jelas-jelas sangat mengkhawatirkan Devi. Untuk memastikan keselamatan Devi, dia sampai berusaha keras mencari cara menghubungiku. Nada penuh kepedulian di dalam suaranya tidak terdengar palsu.Mungkin di antara mereka berdua hanya terjadi kesalahpahaman. Jika mereka berdua berpisah karena kesalahpahaman, itu adalah hal yang menyedihkan.Malam itu, aku tidak tidur denga
Ya, tadi aku memang melamun.Aku memikirkan Ardi.Penjelasan Devi tentang perilaku Felix malam ini, hampir sama persis dengan yang dilakukan Ardi padaku malam ini. Sangat sulit untuk aku tidak memikirkannya.Bukankah Ardi malam ini juga memelukku dan tidak melepaskanku, mengatakan dia merencanakan masa depan kami dengan suara penuh isakan, serta memohon agar aku memberinya satu kesempatan?Saat mengucapkan kata-kata itu, Ardi bahkan sama sekali tidak menyebutkan Zelda, wanita yang bersamanya belum lama ini.Perilaku ini bahkan lebih bajingan daripada Felix.Devi mengatakan bahwa air mata pria tidak bisa dipercaya, serta mulut mereka paling pintar menipu wanita. Aku rasa itu benar. Aku hampir tertipu oleh kata-kata Ardi, tetapi aku tidak seharusnya memercayainya.Benar, aku tidak seharusnya memercayainya.Namun, detik berikutnya aku justru memikirkan kalimat Ardi lainnya.Pria itu bertanya apakah aku ingin balas dendam.Dia juga mengatakan akan membantuku.Pria itu mengakui bahwa masala
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen