Suara lantunan ayat suci dari masjid menggema di seluruh penjuru pesantren. Mataku mulai mengerjap saat kurasakan ada sesuatu yang berbeda. Aku tidur seranjang dengan suamiku dalam satu selimut yang sama.
Sebuah dekapan hangat terasa di tubuh ini. Dari dekat dapat kupandangi wajah suamiku yang masih terlelap. Tangannya masih dia letakkan di pinggangku. Hal yang baru kuketahui ternyata suamiku posesif.
Kusibak selimut yang menutup tubuh, pakaianku masih utuh. Berarti tadi malam tidak terjadi apa-apa. Pikiranku terlalu negatif. Aku tersenyum membayangkan apa yang telah kami lakukan tadi malam.
Kuberanikan diri membelai wajah suamiku, tetapi betapa terkejutnya ketika dia membuka mata.
“Kamu sudah bangun?” tanyanya dan kujawab dengan anggukan.
Saat aku hendak menarik tanganku, Gus Azam malah memegangnya. “Rasanya aku ingin menjadikan malam lebih lama lagi.”
“Kita salat dulu, Mas.”
“Sebentar lagi, belum azan.” Gus Azam merapatkan tubuhnya kembali.
Aku menenggelamkan wajahku ke dadanya