Dari luar terdengar suara deru mobil yang tidak asing bagiku. Kupikir bude yang datang karena aku sudah menghubunginya, tetapi ternyata yang datang adalah Pak Rozaq.
Kulempar asal kain pel yang sedang kubawa. Aku segera menutup semua pintu supaya dia tidak bisa masuk. Aku berlari menyusul nenek yang sedang memasak di dapur.
“Nek, ada Pak Rozaq di luar. Fia takut!”
“Apa?” Nenek menjatuhkan pancinya tepat si kakiku.
“Aw! Sakit, Nek! Bagaimana ini? Kakek belum pulang, tidak ada laki-laki yang bisa membantu kita di sini.”
Kami memikirkan bagaimana caranya supaya laki-laki tua bangka itu pergi. Kakek belum pulang. Kami tidak bisa berbuat apa-apa.
“Shafia, buka pintunya!”
Terdengar suara teriakan Pak Rozaq dari luar. Dia mencoba masuk rumahku.
“Keluar atau kudobrak pintunya!” teriaknya lebih keras lagi.
Aku dan nenek saling berpelukan. Kami bersembunyi di kamar dan menutup pintu rapat-rapat. Aku harus menghubungi Pak RT secepatnya.
Kuambil ponsel yang tergeletak di kasur, hanya nom