“Daripada kamu membaca novel seperti ini mending kamu pelajari lagi kitab ini. Di sini dibahas semua masalah rumah tangga, termasuk tentang hubungan suami istri. Kitab ini juga menjelaskan amalan apa saja yang harus dilakukan suami istri pada malam pertama,” ucapnya sambil menyodorkan kitab bertuliskan Uqudullujain.
Bulan puasa kemarin aku sudah hatam kitab itu. Kitab Uqudullujain sengaja diajarkan kepada santri dan santriwati tingkat akhir sebagai pedoman jika sudah lulus dari pondok pesantren. Mereka semua pasti akan menjalani kehidupan berumahtangga kelak.
Ucapan Gus Azam membuatku menunduk. Aku sangat malu, benar-benar malu karena telah melakukan kebodohan ini.
Ingin rasanya aku menangis. Aku seperti maling yang ketahuan mencuri dan sedang disidang. Beginikah rasanya jika dimarahi seorang suami?
“Maaf.” Hanya satu kata yang keluar dari mulutku. Aku tidak mampu berkata-kata lagi.
“Maaf untuk?”
“Maaf karena aku membaca hal yang tidak-tidak.” Air mataku sudah tidak bisa dibendung