"Ini barang milikmu."
Melihat Casella mengeluarkan sebuah kotak, Fandy tampak bingung.
"Dari siapa?"
"Alham."
Alham? Fandy makin tak mengerti.
"Dia kasih aku barang apa?"
Casella menggeleng pelan, lalu menjawabnya ....
"Aku juga kurang tahu, tapi Alham bilang dengan jelas, barang ini kalau kamu terima, maka utang budi karena menyelamatkan nyawanya sudah dianggap lunas. Mulai sekarang, nggak ada kaitan lagi. Orang itu meski sombong dan tinggi hati, kadang masih bisa dibilang seorang pria sejati."
Kotak ini bisa sebagai balasan nyawa? Bukankah itu berarti lupa diri?
Namun, Fandy sama sekali tidak peduli. Kalau saja di halaman itu hanya ada dirinya dan Alham, tentu saja Fandy tak akan menolongnya. Dendam sudah nyata di depan mata, masa orang bodoh mau menyelamatkan musuhnya sendiri.
Namun, keadaan kemarin tak bisa dihindari. Terlalu banyak orang, bahkan markas besar pun sampai turun tangan. Masa cuma Alham yang tidak dikasihnya pil penawar? Itu jelas tak masuk akal.
Jadi, urusan Alham mem