"Gadis kecil, jangan gegabah dan jangan lupakan aturan."Tepat saat Karina hendak menyerang tanpa memedulikan akibatnya, sebuah suara terdengar dalam benaknya.Entah mengapa suara ini seolah memiliki kekuatan ajaib yang membuatnya tenang seketika."Kamu akan merasakan akibatnya."Karina kembali ke sisi Fandy setelah mengatakan itu.Tentu saja Karina tahu aturannya dan karena berani ikut dalam Kompetisi Bela Diri, dia tentu saja tidak peduli dengan nyawanya. Yang benar-benar membuat Karina marah adalah Alham telah menunjukkan aura Alam Pemurnian Tulang.Apa maksudnya itu? Romli berada di puncak Alam Pemisah Darah Tahap Sempurna. Meskipun mengaktifkan peningkatan kekuatan tempur tiga kali lipat, dia tidak akan pernah bisa menjadi lawan Alham yang dua alam lebih tinggi darinya. Alham bisa menang dengan mudah, tetapi malah langsung membunuhnya. Inilah yang membuatnya marah."Memang layak menjadi genius hebat yang jarang muncul di Keluarga Ilyas. Dia sudah mencapai Alam Pemurnian Tulang di
Sementara itu, Jenderal Perang Joseph juga tersenyum."Apa ini dianggap takdir? Kebetulan sekali keturunan Narapati dipertemukan dengan Fandy."Mery yang ada di sebelah juga tidak bisa menahan tawa."Mungkin, pokoknya adikku sangat terkenal di kalangan wanita."Kalau Guru tahu kali ini adik seperguruan akan bertarung melawan keturunan Narapati, entah seberapa luar biasa ekspresinya.Akhirnya, Alham dan Romli berdiri di gelanggang. Romli pun memasang tatapan tajam."Tunjukkan kemampuanmu yang sebenarnya!"Setelah kejadian di pesta bir, mana mungkin Romli tidak tahu dendam antara Alham dan Fandy? Karena sekarang akan menghadapinya, dia tentu saja akan berusaha sekuat tenaga. Meskipun tidak bisa mengalahkannya, setidaknya Romli akan membuat pria itu terluka."Terserah kamu."Alham bersikap sangat tenang seolah kemenangan sudah pasti akan menjadi miliknya.Saat pertempuran dimulai, tubuh Romli menggigil dan bisa dilihat darah mulai mengalir di atas kulitnya. Tidak ada seorang pun yang tahu
Yang membuat Fandy terkejut adalah ternyata Romli-lah pemenang gelanggang nomor tiga. Sepertinya orang itu memang sangat kuat.Setelah keempatnya menyatakan tidak perlu beristirahat terlalu lama, final dipastikan digelar satu jam lagi dan kali ini kedua pihak akan saling beradu lewat pengundian.Fandy yang duduk sendirian di tempat istirahat beristirahat dengan mata terpejam. Selama ini para kontestan tidak diizinkan untuk mengobrol."Fandy, kamu masih ingin terus lanjut?"Tiba-tiba terdengar suara dan Fitri masuk."Iya, sekarang sudah sampai sejauh ini, apa ada alasan untuk nggak dilanjutkan?"Sekelebat kekhawatiran melintas di mata Fitri. Dia tidak ingin datang, tetapi tidak bisa mengendalikan emosinya."Ketiga orang itu bukan orang biasa! Aku nggak bisa bilang apa-apa lagi, lebih baik kamu pikirkan sendiri."Fandy tersenyum dan berkata."Tenang saja, aku juga bukan orang biasa, 'kan?"Fitri menatap Fandy dengan serius tanpa berkata apa-apa lagi dan berbalik untuk pergi.Sekitar sete
Terlihat tangan Fandy yang satunya, entah sejak kapan, sudah terulur dan mengepal, bertabrakan langsung dengan tinju Sinako.Meski perbedaan ukuran sangat jauh, tetapi di balik kepalan tangan Fandy tampaknya tersembunyi kekuatan yang sangat mengerikan, membuat lawannya tak bisa maju sejengkal pun.Wajah Alham tampak masam. Benturan kekuatan dari adu tinju barusan menciptakan gelombang energi yang setidaknya setara dengan Alam Pemisah Darah Tahap Sempurna. Jelas, saat pertarungan melawan ahli Alam Darah Sejati yang dikirim ke Negara Gestin waktu itu, kekalahan pihak mereka besar kemungkinan bukan karena ada yang melindungi Fandy, melainkan karena Fandy sendiri memang mampu mengatasinya."Kamu memang payah, tapi rupanya masih cukup untuk jadi lawanku."Sampai di sini, semua orang hanya bisa menghela napas dengan takjub. Pertarungan kekuatan murni seperti ini, meski tidak indah dilihat, tetapi dari segi rasa, benar-benar memuaskan."Aku menyerah."Tepat saat semua orang mengira pertempura
Fandy juga menangkupkan tangan untuk membalas salam. Pria ini membuatnya teringat pada Romli, sama-sama membawa aura polos dan belum banyak memiliki pengalaman hidup.Segera setelah itu, pertarungan pun dimulai. Sinako menjadi yang pertama melancarkan serangan, berdiri tegak tanpa bergerak, lalu menepukkan satu telapak tangan ke arah Fandy dari kejauhan.Gerakan menangkupkan tangan sebelumnya saja sudah bisa menimbulkan embusan angin sehebat itu, apalagi sekarang dia menyerang secara langsung.Terdengar suara rentetan keras seperti benda meledak, udara seakan-akan pecah di saat itu juga. Bisa dibayangkan, betapa mengerikannya kekuatan di balik satu jurus yang tampak sederhana ini.Fandy menghilang dari tempatnya, lalu muncul di sisi Sinako, langsung mengirimkan tendangan cambuk. Akan tetapi, lawannya tidak menghindar sama sekali, malah menahan serangan itu dengan tubuhnya.Melihat tangan raksasa menyerang balik, Fandy segera mundur beberapa meter.Tendangannya barusan seperti menghanta
Fandy yang kembali ke area istirahat. Tak lama kemudian, terdengar staf kembali memanggil peserta, lalu tiba-tiba terlihat sebuah dinding bergerak.Bukan hanya dia, semua petarung yang ada di tempat itu ikut terkejut.Tebing di sisi selatan terlihat seperti bergetar, dan barulah mereka sadar ternyata ada seseorang yang berada di sana. Sebelumnya tidak ada satu pun yang menyadari kehadirannya, bahkan aura orang itu pun tidak terasa.Dia ternyata hanya duduk bersila di sana dengan kepala menunduk. Namun, bisa menyatu dengan tebing, jelas dirinya bukan orang sembarangan."Arena Tiga, Sinako? Menarik juga."Fandy tertawa pelan. Kemampuan orang ini dalam menyembunyikan aura benar-benar luar biasa, bahkan dirinya pun tak merasakannya. Kemungkinan besar dia adalah seorang petarung hebat."A-aku ... aku menyerah!"Lawan yang akan bertarung dengan Sinako, padahal baru saja memindahkan batu besar untuk masuk ke arena, tetapi begitu menoleh dan melihat lawannya, langsung kabur begitu saja.Sinako