Untuk meredakan emosi dan menenangkan Luna, Sadam mengajak pulang saat jam kerja selesai. Bahkan langsung mengantar ke kosan memastikan wanita itu aman dan tidak menyusul Sherin ke rumah.
Ada rasa bahagia luar biasa karena Sadam akhirnya yakin dengan Luna yang memiliki perasaan sama dengannya. Saat mobil berhenti karena lampu lalu lintas, Sadam meraih tangan Luna yang sejak tadi menatap ke arah luar dan refleks langsung menoleh.
“Pak Sadam,” panggil Luna karena Sadam mencium punggung tangannya.
“Hm. Jangan melamun terus. Kurang bagus apa wajahku sampai kamu abaikan begini.”
“Ck, nggak usah gombal pak. Nggak pantes.”
“Hah.” Sadam menoleh sambil terkekeh. “Masa sih, padahal cuma kamu yang aku gombalin loh.”
Mobil perlahan kembali melaju. Sempat menanyakan apakah Luna ingin membeli sesuatu dan hanya dijawab dengan gelengan. Sampai di kosan Sadam masih diperbolehkan bertamu. Keluar dari mobil ia menghampiri Luna, kembali meraih tangan dan menggenggamnya.
“Masalah tadi jangan dipikirkan. A