Papa benar-benar datang, setelah istirahat jam makan siang.
Dengan deg-degan, aku mengajak Papa ke ruanganku. Agar kami bisa mengobrol berdua saja.
Setelah kami duduk, Papa menarik nafas panjang dan memulai percakapan.
"Kamu, jatuh cinta pada Senja? Jawab saja Bang, ini pembicaraan sesama laki-laki."
Aku yang masih bingung dengan perasaanku, hanya bisa terdiam.
"Senja cantik, sangat cantik malah. Itu juga salah satu kelebihan Senja, yang membuat Mama kamu memilihnya menjadi ajudan. Papa juga menganggap Senja, sama seperti Kak Cepi dan Friska. Seperti putri kandung Papa sendiri, karena dia anak yang baik, bertanggung jawab, dan lemah lembut. Tapi maaf ya Bang, kalau Papa berkata jujur. Papa tidak bisa menyetujui Senja berpacaran dengan playboy seperti kamu!"
"Pa, Abang tidak mengerti dengan perasaan Abang saat ini. Maaf Pa, tapi kejadian malam Abang meninggalkan Senja di tempat sepi ... Karena Abang cemburu sama Papa. Senja selalu terlihat bersemangat, dan matanya berbinar bahagia