Merasakan kehadiran seseorang, pelupuk Melanie bergetar. Saat mendapati keberadaan sang putra, ia terkesiap. “Frank ....”
Tanpa terduga, Melanie merangkak lalu berhenti tepat di hadapan sang putra. Tangannya tak segan memegangi lutut Frank. “Di mana Barbara? Bagaimana keadaannya sekarang?”
Frank bergeming memperhatikan wajah sang ibu. Kernyitan di dahinya tampak jujur.
“Dia masih di rumah sakit, baru selesai menjalani operasi.”
Melanie mendesah cepat. Ia bergeser lebih dekat. “Bagaimana keadaannya? Dia sudah sadar?”
Raut Frank tetap datar. “Operasinya berjalan lancar. Tapi dia akan kesulitan menggerakkan lengan kanannya untuk sementara.”
Melanie menurunkan pandangan. Matanya berkedip-kedip dan mulutnya membulat. Belum sempat ia mengucapkan syukur, Frank menyela, “Kenapa? Mama kecewa karena serangan Mama gagal membunuh seseorang?”
Melanie kembali tercengang. Getaran pada bola matanya mulai kentara. “Apa maksudmu, Frank? Kau kira Mama tega membunuh putri Mama sendiri?”
Frank bung