“Jawab, Ma. Apakah karena emas itu adalah bayarannya? Mama rela menukar putra Mama dengan warisan yang entah kapan bisa Mama terima?” desak Frank, dengan napas yang mulai bergemuruh.
“Mama melakukan itu demi kebaikanmu, Frank.”
Frank menggeleng. “Mama melakukan itu demi kebahagiaan Mama. Mama tidak sanggup hidup dalam tekanan Kakek dan bayang-bayang Papa. Mama takut dihantui oleh penyesalan dan rasa bersalah.”
Tiba-tiba, Melanie menutup kedua kupingnya. “Cukup, Frank.”
Namun, Frank belum mau berhenti. “Dan setelah semua itu, Mama belum belajar juga? Mama masih saja egois. Mama tidak pernah memikirkan orang lain. Mama rela mengorbankan keluarga demi kepentingan Mama sendiri. Dan karena terbawa emosi, Mama bahkan melukai putri Mama sendiri.”
“Tidak, Frank. Mama tidak sengaja. Barbara terluka karena kecelakaan.”
“Mama pikir aku menerima Mama di rumah ini karena tidak tahu?” Sambil mengeratkan bibir, Frank menggeleng. “Justru akulah yang paling tahu. Mama adalah ancaman dan bahaya b