"Sekarang,” Philip menelusuri anak rambut Barbara dengan jemarinya, “tunggulah sebentar. Aku harus mengabari perawat kalau kau sudah sadar."
Philip menegakkan badan, hendak menekan tombol intercom. Namun, belum sempat ia bergeser, Barbara menggenggam tangannya erat.
"Tolong ... jangan pergi. Aku takut."
Philip bergeming melihat sorot mata yang tak berdaya itu. Sebagian hatinya pedih, sebagian lagi luluh.
"Aku tidak akan ke mana-mana. Hanya perlu menekan tombol itu."
Namun, Barbara menggeleng samar. "Aku takut. Jangan tinggalkan aku." Tangannya mulai gemetar.
Philip tersenyum sendu. Sambil membungkuk, ia membelai rambut gadis itu. "Baiklah, aku tidak akan ke mana-mana."
"Jangan melepas tanganku."
Philip mengerutkan bibir. Tatapan Barbara telah menawan pikirannya.
"Kamu begitu penakut. Tapi kenapa kamu berani menghentikan ibumu?"
Kedipan mata Barbara melambat. Kerutan alisnya sedikit terurai. "Aku tidak mau ibuku menyakitimu."
Philip mengembuskan napas samar. "Kau seharu