"Papa, terima kasih telah menerima Philip," desah Barbara, penuh haru.
Paul tersenyum kecil. Dengan hati-hati, ia memeluk putrinya. "Apa pun akan Papa lakukan demi kebahagiaanmu, Sayang."
Sembari terpejam, Barbara meresapi kehangatan. Dalam hati, ia bersyukur ayahnya berbeda dengan sang ibu. "Maaf aku sudah membuat Papa khawatir," bisiknya.
"Ini bukan salahmu, Sayang. Mama-mu yang keterlaluan. Pantas saja Frank mengirimnya ke pusat rehabilitasi. Dia memang butuh penyembuhan mental."
Senyum Barbara seketika lenyap. Bola matanya bergetar menanti penjelasan. "Pusat rehabilitasi?"
Sementara Philip mendesah berat, Paul mematung. Ia baru sadar dirinya telah membongkar rahasia.
"Kakakmu belum menceritakannya?" Sambil menautkan alis, Paul membelai rambut putrinya. "Mungkin Frank tidak mau membuatmu terbebani. Dia terpaksa mengirim Mama ke sana. Tindakan Mama sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Dia bisa saja mence