"Tuan Morris?" desah Barbara lirih.
Morris mengangguk. "Selamat siang, Nona Harris. Anda tampaknya sudah sehat."
Saat itu pula, Philip muncul di pintu yang sama. Melihatnya, Morris tersenyum simpul. "Oh, maaf menginterupsi kalian."
Rona di pipi Barbara semakin kentara. "Itu tidak seperti yang Anda bayangkan, Tuan Morris. Dia hanya membantu saya memasang resleting." Ia mengangguk-angguk meyakinkan.
Perawat di situ spontan menutupi tawa. Morris pun terkekeh. "Seperti yang saya bayangkan juga tidak apa-apa. Kalian pasangan serasi. Philip ternyata memang penuh kejutan."
Bibir Barbara mengerucut. Ia melirik Philip sinis. Namun, pria itu melangkah maju tanpa beban.
"Silakan duduk, Tuan Morris. Anda pasti punya hal penting yang harus dibicarakan."
Sementara sang perawat izin meninggalkan ruangan, Morris menempati sofa yang ditunjuk Philip.
"Terima kasih. Saya memang perlu menyampaikan hal terkait wasiat kepada Nona Harris."
Alis Barbara berkerut. "Saya?"
Morris mengembangkan se