Sesampainya di rumah, Philip dan si Kembar langsung mengiringi Barbara menuju kamarnya. Mereka tampak sangat mengkhawatirkan sang gadis. Menyaksikan hal itu, Frank menarik napas berat.
"Frank, kamu baik-baik saja?" Kara mengelus lengan suaminya.
Frank mengerjap. Mendapati tatapan lembut dari Kara, ia menaikkan sudut bibirnya. "Tentu." Ia lupa, masih ada satu orang yang memperhatikannya.
"Kamu tahu kalau kamu bisa menceritakan apa saja kepadaku, kan? Termasuk beban hatimu?"
Bibir Frank kembali mendatar. Lama-kelamaan, lengkungnya malah berbalik arah.
"Ada apa?" bisik Kara, lebih pelan.
Frank mendesah samar dan tertunduk. Ia sadar, tidak ada gunanya menyembunyikan kerisauan dari istrinya. "Aku sudah berusaha untuk tidak memikirkannya. Tapi ternyata ...."
"Itu mengganggumu?"
Frank mengangguk. "Aku tidak habis pikir. Mengapa Mama begitu membenciku? Kamu lihat tadi? Dalam kondisi seperti itu saja, dia masih mengingat Barbara. Sedangkan aku—"
Napas Frank tersekat. "Dia bahkan