"Selamat pagi, Mama," sapa si Kembar ketika memasuki dapur.
Kara menoleh. Melihat dua balita berpiama yang bergandengan tangan, bibirnya melengkung indah. "Halo, Malaikat Kecil. Bagaimana tidur kalian?"
"Aku tidur nyenyak. Mungkin karena kelelahan. Tidak biasanya aku menangis seperti kemarin. Mataku sampai perih." Louis menggosok mata.
"Kalau aku, tidurku tidak nyenyak, Mama. Aku bermimpi buruk."
"Oh ya?" Kara mematikan kompor lalu mengecup satu per satu anaknya.
"Kamu mimpi apa?" Ia membelai pipi Emily yang gembul.
"Aku bermimpi ada nenek sihir menyerang istana kita. Dia naik sapu terbang sambil mengayunkan tongkatnya ke mana-mana."
Mata Louis membulat. Ia sudah lupa dengan kantuknya. "Lalu apa yang terjadi? Apakah kita berhasil mengalahkannya?"
"Untung Papa dan Louis punya perisai penangkal sihir. Mantranya berbalik menyerangnya. Tapi kasihan Nenek Diana. Dia terluka karena berusaha kabur lewat tangga."
"Ada Nenek Diana di istana kita?"
Emily mengangguk lucu. Tampang