Lorong utama kantor pusat itu lengang. Hanya suara hak sepatu Shofia yang terdengar memantul sepanjang dinding bata abu yang dingin. Jam sudah menunjukkan lewat satu jam dari waktu yang dijadwalkan. Perwakilan dari jaringan Timur sudah pulang, dan meja rapat hanya menyisakan sisa kopi yang tak tersentuh serta dokumen yang belum sempat dibuka.
Dengan langkah tetap anggun namun penuh tekanan, Shofia mendorong pintu ruang kerja Luca tanpa mengetuk.Luca tengah berdiri membelakangi pintu, menatap ke luar jendela yang setengah terbuka. Udara dari luar membawa aroma musim gugur yang tajam, bercampur dengan samar bau kayu manis yang entah dari mana datangnya. Di mejanya tergeletak selembar foto lama—empat pria muda dengan ekspresi yang sulit diterka. Shofia sempat melihat foto itu kemarin. Dan hari ini, foto itu masih di sana."Anda melewatkan pertemuan, Tuan," ucapnya, tanpa berusaha menyamarkan ketegangan di balik suaranya.Luca tidak menoleh. "Aku tah