"Terus saja omong kosong," celetuk Rigel.
"Hal seperti itu tidak bisa kau dapatkan di bumi, semuanya sudah rusak, aku memahami cintamu pada tanah kelahiranmu tapi bisakah kau memikirkan masa depan Cassiel?" tanya Adriel yang membuat Rigel tertohok.
"Apa ... apa yang sedang kau coba katakan?" tanya Rigel menatap langsung wajah Adriel yang ada disebelahnya. Rigel tertegun, biasanya Adriel hanya menatap dingi atau biasa saja. Jarang sekali wajah rupawan itu memasang ekspresi emosionalnya.
Berbanding terbalik dengan Adriel yang menatap Rigel. "Aku berusaha memikirkan anak kita sebagai orang tua," ucap Adriel lagi.
"Kau coba mengatakan jika, lebih baik aku meninggalkan bumi dan membiarkan bumi semakin hancur?" tanya Rigel.
Adriel tak bergeming. Percuma menyembunyikan niatan aslinya karena memang itulah kehendak Adriel. Ia mau anak dan istrinya bersamanya. "Benar, itulah yang aku mau." Adriel menjawab dengan tegas. Ia tak perduli jika harus bertikai lagi dengan Rigel.
"Beri aku waktu," p