Bermula dari kehamilan Rigel Seras Meil dengan kekasihnya Harlan Zidane. Rigel seharusnya akan melangsungkan pernikahan dengan Harlan tapi cinta mereka berdua ditolak oleh keluarga dari Zidane. Semua itu karena pada zaman setelah kehancuran ini, dunia yang krisis dan kekacuan yang ada hidup Rigel berbanding terbalik dengan kekasihnya. Rigel tak diterima oleh keluarga Harlan hanya karena dia berasal dari kalangan orang miskin yang berhasil dikenal sebagai pahlawan karena jasa sukarelanya sebagai tim regu penyelamat. Meski percintaannya kandas tapi semua itu berubah sejak bertemu dengan Sang Pangeran Bintang Jatuh. Pria menawan bernama Adriel jadi pencerah hidup gelap dari Rigel, menemaninya selama patah hati. Di saat hubungan keduanya penuh dengan gairah asmara, Sang Mantan. Harlan hendak memberi penebusan atas penyesalannya tapi Rigel sudah menempuh kehidupan baru tapi semua itu tak bertahan lama, Adriel ternyata punya kehidupan dan sisi yang lain. Apakah Rigel tetap mencintai Adriel usai tahu rahasianya
Lihat lebih banyak“Gadis itu jelas-jelas datang dari keluarga yang miskin dan tidak jelas asal usulnya, Harlan!” bentak Wanita Tua itu pada seorang Pria yang berdiri mematung menatapnya. Kedua matanya melotot sembari menunjukkan secarik undangan di tangannya. “Kau malah berani-beraninya mau menikahi Perempuan itu!” murka Sang Wanita Tua.
“Ibu, Rigel wanita yang cerdas dan luar biasa, Ibu percayalah padaku jika dia wanita yang tepat untuk kunikahi,” ucap Pria itu memelas. “Siapa yang tak kenal dia? Rigel Seras Meil, dua kali menjadi ketua tim regu penyelamat ekspedisi dan aku salah satu orang yang ditolong olehnya.” Pria itu berucap kemudian menghela napas cukup panjang.
“Percuma kami menyekolahkanmu sampai jadi petinggi militer tapi jika kau masih bersikap bodoh dengan menikahi orang karena balas budi,” celetuk Sang Ibu. “Tinggalkan wanita itu dan jangan buat malu, kami sudah dari dulu menjodohkanmu dengan Julia, anak pewaris Violens Corporation.” Sang Ibu berucap sambil beranjak pergi.
Sebuah pintu tidak tertutup rapat. Pintu menyisakan sedikit celah untuk seseorang yang sedari tadi menguping pembicaraan itu. Seorang gadis muda berambut hitam panjang bergelombang hanya bisa tertunduk lemah. Setelah tahu kenyataan pahit itu. Dia segera beranjak pergi dengan isak tangisan.
Gadis itu terus berlari melintasi koridor hingga ia keluar dari sebuah gedung yang terletak di pusat kota. Gedung megah milik lembaga pemerintah yang bergerak di bidang hubungan antariksa. Gadis itu dengan tak sengaja menabrak seorang wanita. “Maaf, maaf, aku tidak melihatmu,” ucap Gadis itu.
“Apa kau tahu baru menabrak siapa?” tanya Wanita itu dengan angkuh.
Sang Gadis beralih menatap Wanita itu. Kedua matanya memandangi Wanita itu dengan pedih. “Tentu aku tahu Anda, Nona Violens,” ucap Gadis itu sambil mengangguk. Perasaannya masih sakit saat tahu kebenaran jika pernikahannya bisa saja kandas, kini Wanita lain yang akan menggantikan posisinya malah muncul di hadapan dirinya.
“Kau Gadis Meil itu bukan?” tanya Si Wanita sembari memandangi Gadis berambut hitam panjang bergelombang ini. Tatapannya berubah jadi remeh. “Jelek, udik, dan miskin, jika bukan modal otak Tikus Got seperti kau pasti modal beruntung saja karena pakai oleh orang pemerintahan,” cibir Si Wanita.
Sang Gadis mengepalkan kedua tangannya. Selalu saja seperti ini, orang-orang sejak dulu selalu merudungku, batinnya. Dia jadi murka namun segera meredam amarahnya sendiri dengan cara memilih untuk pergi. “Kalau begitu aku permisi,” ucap Si Gadis hendak beranjak pergi tapi dia langsung dihadang oleh Wanita itu.
“Kau merebut tunanganku dasar wanita murahan!” bentak Julia Violens. Tangannya segera melayang pada pipi Si Gadis untuk memberinya tamparan yang pedas. Semua orang yang sedang berlalu lalang memandangi keributan itu tapi Julia semakin tersenyum senang karena berhasil mempermalukan Sang Gadis.
"Kau bebas mengataiku, semua orang selalu seperti itu padaku tapi aku punya nama." Gadis itu menyahut. Kedua matanya menyalang marah. Sudah dipermalukan didepan umum sekaligus dihina oleh Wanita itu. “Namaku Rigel Seras Meil, aku punya nama, bukan julukan seperti itu,” ucap Sang Gadis sambil menyentuh pipinya yang memerah itu. Dia sadar jika mencintai Pria seperti Harlan maka cintanya hanya akan memiliki penghadang sebesar ini.
“Rigel!” teriak Harlan yang baru saja tiba. Pria itu segera menegahi kedua Wanita itu. “Rigel, kau tidak apa-apa?” tanya Harlan sambil memandangi pipi merah Rigel. Ketika mau menyentuh Sang Gadis, tangan Harlan langsung ditepis oleh Rigel.
Rigel segera menghindar meski tatapannya tak sanggup jika memandangi Pria itu. Dia tak bisa berbohong jika perasaannya masih sama. “Aku baik-baik saja Kapten Zidane, sebaiknya aku juga akan pergi,” ucap Rigel sembari beranjak pergi. Beranjak pergi dari kehidupan sekarang dan cinta lamanya.
“Rigel tunggu!” teriak Harlan.
Rigel menghentikan langkahnya. Dia menoleh untuk menatap mantan kekasihnya itu dengan kedua mata berbinar akibat ulah dari air mata yang hendak mengalir derasnya itu. "Aku sudah tahu semuanya, tentang dirimu, dan tembok tinggi diantara kita berdua," ucap Rigel.
Harlan membelalakkan kedua matanya. Dia menggeleng sambil hendak menggapai Sang Kekasih namun langkah Pria itu terhenti akibat tangan dari Julia Violens yang meraih lengannya itu. "Julia, hentikan semua sikapmu ini," ucap Harlan dengan tegas.
"Oh benarkah? coba saja hentikan aku jika kau berani." Julia berbisik pada Harlan sambil menyeringai tipis. "Satu langkahmu sama dengan ancaman pada keluarga Zidane, ingatlah Harlan ... kedua orang tuamu berhutang banyak pada keluargaku," ancam Julia. Ia memandang sinis Harlan yang masih memandangi Rigel yang mau beranjak itu. Kecemburuan dan kedengkiannya menjadi-jadi. Wanita itu diam-diam juga sudah mengepalkan kedua tangannya.
Rigel tersenyum nanar. Pada akhirnya dia harus melepaskan Harlan meski sebenarnya berat bagi Rigel untuk melakukannya. “Selamat tinggal, Kak Harlan,” ucap Rigel yang beranjak pergi usai menatap Harlan yang mematung itu.
Memang benar adanya jika pernikahan tidak hanya mempersatukan dua insan tapi juga kedua keluarga. Rigel menyadari tembok penghadang itu. Ia pun bergegas pulang kala langit sepia mulai menemani rasa sesak didadanya saat ini. “Hanya penduduk biasa, aku ini hanya rakyat jelata biasa yang tak punya kuasa dan uang pada zaman ini,” ucap Rigel berbincang sendiri.
Tit ... Tit ...
Bunyi klakson mobil yang saling bersahut-sahutan di jalan raya. Jalan jadi macet karena Demonstran yang memaksa masuk ke dalam gedung Tyre. Gedung yang jadi saksi bisu hubungan asmaranya selama ini dengan Harlan. Padahal nyaris menikah tapi ternyata jadi kandas.
“Tyre lembaga pengkhianat rakyat!” teriak Para Demonstran saling bersahutan. Sayangnya aksi seperti ini sudah bertahun-tahun terjadi karena bumi tempat kita tinggal tak lagi damai dan tua.
Rigel Seras Meil memandangi dalam diam aksi Para Demonstran yang mulai dihadang oleh pasukan keamanan. “Lebih baik aku bergegas pulang,” ucap Rigel sembari berlari menjauh dari Gedung itu.
Ketika Rigel sampai di rumah saat senja nyaris tenggelam oleh malam. Ia membuka pintu kemudian berjalan memasuki kamarnya tapi Rigel malah berpas-pasan dengan Sang Ibu yang memandanginya dengan sedih.
“Ibu tahu berita dari TV soal pernikahanmu dan Harlan yang gagal, dia sudah dijodohkan dengan Nona Violens,” beritahu Ibu. “Maafkan Ibu, Nak,” ucap Ibu bernada lesu.
“Cukup!” bentak Rigel. “Aku tidak menyesal hidup miskin seperti ini, aku berusaha Bu, aku berusaha!” teriak Rigel diiringi oleh isak tangisnya. “Memangnya apa alasanku sampai berani ambil resiko untuk ikut dalam misi sukarela penyelamatan itu?” tanya Rigel. Ia terbayang akan resiko pekerjaannya selama ini.
“Ibu bangga padamu, Kamu jadi pahlawan karena hal itu.” Sang Ibu menjawab.
“Tapi itu semua tak cukup Bu, Rigel tetap dianggap sebelah mata,” sahut Rigel sambil membalikkan tubuhnya. “Semuanya telah usai, Rigel tak akan bisa menikah dengan Kak Harlan,” ucap Rigel sembari beranjak pergi.
Rigel masuk ke dalam kamarnya. Ia duduk di pinggir ranjang kasurnya sembari memeluk perutnya sendiri. “Tidak ada alasan lagi, maafkan aku,” ucap Rigel terisak sendiri. Inilah alasan mereka hendak melangsungkan pernikahan karena Rigel telah hamil tapi tampaknya ia tak bisa mendambakan dongeng seperti itu.
Rigel menciumi Cassiel yang sudah mandi dan wangi. Rigel gemas menatap anaknya itu. Ia menciuminya lagi sebelum memberikan Cassiel ke ibunya. "Sebenarnya Mama juga tidak mau meninggalkanmu," ucap Rigel sambil memandangi Cassiel. Kedua mata biru anaknya itu berbinar cerah seperti ayahnya. Rigel menghela napas setelah itu memberikan Cassiel pada ibunya. "Aku bisa pulang terlambat, tidak apa kan?" tanya Rigel pada ibunya. "Tidak apa Permaisuri," sahut Kaelar yang baru tiba.Rigel menatap heran dan kesal. "Kau ini bukannya ikut bersama Adriel?" tanya Rigel ketus. "Ah itu, Yang Mulia memintaku menjaga Pangeran," jawab Kaelar. Rigel menghela napas. Ia beranjak keluar dari Rumah. "Ayo Anak-anak hari ini kita menerima perkerjaan perdana," ucap Rigel sambil meraih tas ransel hitamnya kemudian berjalan keluar rumah. Rigel terdiam sejenak saat duduk di kursi kemudi. "Apa kau memperbolehkanku menyetir?" tanya Aki menawarkan diri.Rigel memandangi Pemuda itu. "Usiamu berapa? kau belum punya s
Hari sudah menjelang petang saat huru-hara di kediaman kecil ini mulai selesai. Harlan sudah pamit kembali ke barak sejak tiga jam lalu. Begitu juga dengan Alex, Corrie dan Nico yang hendak pamitan kembali ke markas masing-masing. Sejenak Corrie memerhatikan ketiga Anak itu. Corrie menghela napas cukup panjang karena sampai mereka mau beranjak pergi, keberadaan Rigel belum muncul. Ia masih mengurung diri di kamar bersama bayinya. "Yang Mulia, kami lebih tahu kondisi mental Rigel daripada siapapun, meski kebetulan kau mendapatkan anak-anak muda ini sebagai pengganti kami tapi tetap saja Rigel butuh hadirnya Anda," ucap Corrie memperingati. Adriel mengangguk. "Aku akan berusaha," sahut Adriel. Padahal malam ini saja ia menunggu kedatangan Pasukan yang akan menjemputnya kembali ke New Neoma karena tetap saja sebagai pemimpin Kerajaan, ia harus membereskan beberapa hal. Alex menepuk pundak Adriel. "Perkara Harlan, aku pun tak menduganya, kenyataan jika ia masih terobsesi pada istrimu i
Kendrick dan Anna langsung merunduk. Mereka langsung merasakan seperti hantaman bom dahsyat yang mengenai kerumunan orang-orang terinfeksi itu dan Rigel terdiam melihat kekuatan dari suaminya."Ah aku berlebihan," ucap Adriel sembari menatap Rigel. "Ya kurasa itu cukup untuk menghabiskan sisa-sisa mereka," sahut Rigel karena pada nyatanya semuanya sudah sirna karena bantuan dari kekuatan Adriel. Rigel kini menghela napas. "Kini yang jadi masalah adalah mengapa mereka, bisa memasuki Zona Aman ini?" Rigel pun beranjak berjalan memasuki mobil.Adriel langsung meraih tangan Rigel. " Jadi bagaimana? kau mau kemana?" tanya Adriel."Tyre..." Rigel menjawab singkat sambil beranjak pergi. Adriel itu tahu jika Istri kesayangannya murka. Ia langsung ikut masuk ke dalam mobil. "Rig, aku tahu kau marah karena yang terinfeksi paling parah itu menyerang markas anak-anak tapi kau tidak bisa langsung murka pada mereka," ucap Adriel."Siapa lagi yang patut aku curigai jika bukan Harlan?" ketus Rigel
Rigel menguarkan energinya sendiri. Ia bersinar redam seperti bulan itu sendiri bersamaan dengan itu Pria itu mulai panik. "Tidak jangan lakukan itu!" teriak Si Pria. "Kenapa? Adriel bahkan sudah memberi izin untuk menghancurkan kenangan ini," celetuk Rigel. "Kau gila!" bentak Pria itu."Maafkan aku Ayah tapi ini adalah hidup kami," ucap Rigel dengan sendu senyumannya. Ia melakukan hal itu, dengan sengaja memurnikan kenangan Adriel atau menghapusnya. Saat Rigel membuka kedua matanya. Ia mendapati Adriel tidur diatas pangkuannya bahkan mereka masih didalam mobil. Rigel mengarahkan tangannya untuk membelai rambut pirang Adriel. Kini ia tahu semua masa lalu Adriel. Pria itu terbentuk dingin karena beban dan trauma masa kecilnya. Lamunan Rigel melayang jauh. Hari yang sudah berganti pagi. Berkas sinar mentari menelisik masuk dari jendela kaca. Saat itu Rigel merasakan jika tangannya digenggam oleh Adriel."Kau memiliki kebiasaan baru ya?" Adriel berucap sambil beranjak bangun. Ia memen
"Kau gila!" bentak Rigel sambil menoleh ke arah suaminya itu. "Dia mencuci otakmu dari kecil, Void yang terbentuk itu adalah luka, dan ... wajar saja kau tak bisa mengendalikannya, jika saja kau tidak dicuci otaknya maka ruang hampa yang terus menyedot segala hal itu akan jadi sebaliknya," ucap Rigel menderu."Aku tidak mengerti," sahut Adriel."Kau, bilang pada Adriel jika kaulah orang yang selalu mendukung Adriel untuk membalas perbuatan orang tuanya sendiri," ucap Rigel. Pria itu tertawa cukup keras. Ia bahkan menggelengkan kepalanya. "Kau ... sungguh sesuatu, mengapa kau bisa tahu kejadian masa lalu dari kekasihmu itu, huh?" tawa Pria itu menggelegar.Rigel mengepalkan tangan kanannya. Tatapannya menajam dan murka. Saat tangannya melayang hendak melayangkan sebuah pukulan. Rigel sempat terdiam sejenak. "Sejak awal, kau ... sumber kemalangan dari setiap jiwa yang sudah tiada berkatmu," ucap Rigel.Adriel mendengar semua ucapan Rigel, kini ia sendiri mulai menyadari sesuatu. Adriel
"Dia seperti ayahku sendiri," sahut Adriel singkat. Kini Adriel jadi dingin. Kedua pandang mata biru indahnya juga jadi beku. "Selanjutnya, aku serahkan padamu Rigel, seperti yang pernah kukatakan padamu jika aku akan meninggalkanmu untuk beberapa saat kembali ke New Neoma," ucap Adriel hendak beranjak pergi. Rigel hanya bisa mematung. "Adriel!" pekik Rigel yang hanya bisa terdiam menatap Adriel yang tergesa-gesa langsung beranjak pergi meninggalkan markas. "Maafkan aku Rig, aku bukan mengabaikanmu hanya saja ... kau mengingatkanku dengan Pria itu," ucap Adriel terdiam didalam mobil. Ia meraba dadanya sendiri yang terasa berdenyut akan lonjakan kekuatannya yang mulai tak terkendali. Pemilik energi Void seperti Adriel bergantung pada kondisi mentalnya yang prima. Kini sekelilingnya mulai bergetar dengan guncangannya sendiri bahkan Adriel kini sudah berpeluh dengan keringat. Tak lama terdengar suara ketukan dari kaca jendela mobil. "Adriel, buka pintunya!" teriak Rigel dengan tatapa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen