Hendro telah memilih Hana.
Saat itu terdengar suara keras. Pintu apartemen terbuka dan Wenny muncul di ambang pintu.
Keributan yang dibuat Hendro dan Hana di lorong sudah cukup keras, sampai-sampai Wenny mendengarnya dari dalam. Dia pun membuka pintu apartemennya untuk melihat apa yang sedang terjadi. Saat itu juga, dia melihat Hendro sedang memeluk Hana erat-erat.
Wenny terdiam sejenak.
Hendro yang juga mendengar suara pintu segera melepaskan pelukannya pada Hana dan menoleh ke arah Wenny.
Tatapan mereka bertemu.
Entah kenapa, saat ini melepaskan Wenny justru membuat hati Hendro terasa nyeri.
Hana melengkungkan bibirnya dengan penuh kemenangan, lalu mengeluh, "Aduh."
Hendro langsung menoleh ke arah Hana. "Kamu kenapa?"
Hana menatapnya dengan ekspresi lemah tak berdaya, "Hendro, kakiku sedikit kesemutan. Aku nggak bisa jalan."
Sambil berkata begitu, Hana mengulurkan tangannya. "Hendro, gendong aku ya?"
Hendro tentu saja tidak menolak. Dia langsung mengangkat Hana dalam gendongan menyam