Saat orang terkaya di Kota Livia, Hendro Jamil dalam kondisi vegetatif, istrinya Wenny Cladia telah merawatnya selama tiga tahun. Namun, setelah dia bangun, Wenny menemukan pesan teks yang ambigu di ponselnya, cinta pertamanya telah pulang. Teman-temannya yang meremehkan Wenny bercanda, "Sang putri telah kembali, saatnya mengusir si wanita jelek." Baru pada saat itulah Wenny sadar kalau Hendro tidak pernah mencintainya dan dirinya hanyalah bahan tertawaan yang menyedihkan. Suatu malam, Hendro menerima surat cerai dari istrinya dengan alasan pihak pria mengalami impoten. Hendro pun datang dengan wajah muram dan mendapati kalau Nyonya Jamil yang dulunya jelek, sekarang telah berubah menjadi ahli medis dan berdiri anggun di bawah lampu yang terang. Melihat kedatangannya, Nyonya Jamil tersenyum dan berkata, "Pak Hendro, apakah kamu mencari dokter andrologi?"
View MoreHendro menatap langit-langit di atasnya. Ternyata, semua itu hanya mimpi.Hendro bermimpi tentang Wenny.Tadi malam, Wenny hadir dalam mimpinya.Tenggorokannya terasa kering dan tegang. Otot-otot di tubuhnya juga ikut mengencang satu per satu. Sebagai pria muda yang penuh gairah, tubuhnya sangat sensitif di pagi hari.Hendro perlahan menyelipkan tangannya ke dalam selimut, lalu memejamkan sepasang matanya dalam rasa lelah dan dorongan yang tak tertahan ........Salju turun semalaman. Hari ini, semua orang sudah sepakat untuk pergi bermain ski.Mereka semua sudah berkumpul, hanya Hendro saja yang belum muncul."Kenapa Kak Hendro belum datang juga?""Aku ke kamarnya dulu buat panggil dia."Namun saat mereka hendak menjemput, pintu kamar terbuka dan Hendro pun keluar."Pagi, Kak Hendro!"Wajah tampan Hendro tidak menunjukkan emosi apa pun, tetapi hawa dingin dari tubuhnya terasa jelas. Auranya begitu kuat dan membuat orang tak berani mendekat. Dia hanya mengangguk sedikit. "Pagi.""Karen
"Hendro, lepaskan aku!"Wenny mendorongnya dengan sekuat tenaga.Sudut mata Hendro yang panjang sudah dipenuhi hasrat. Dia masih ingin menunduk dan mencium Wenny lagi."Hendro, kita ini sudah bercerai! Ingat sama Hana!"Nama "Hana" seperti seember air dingin yang langsung disiram dari atas kepala Hendro. Tubuhnya menegang seketika.Wenny pun memanfaatkan kesempatan itu untuk mendorongnya sekuat tenaga. Dia langsung berbalik dan berlari menjauh.Hendro hanya bisa berdiri kaku di tempat. Bahkan, dia sendiri tidak tahu apa yang tadi sudah dia lakukan. Hana adalah gadis kecilnya. Dia tahu, dia harus bertanggung jawab terhadapnya.Namun entah kenapa, Hendro terus saja tertarik pada Wenny. Dia tidak bisa mengendalikan diri, seolah-olah ada semacam kutukan.....Setelah makan hotpot, semua orang kembali ke resor.Hendro berjalan bersama dua kakak kelas lainnya, sementara di depan mereka, Wenny berjalan berdua dengan Vigo.Hendro melirik ke arah mereka. Entah apa yang sedang dibicarakan Vigo,
Saat itu, dagu mungil Wenny terasa nyeri. Hendro tiba-tiba mengeratkan jari-jarinya dan mencengkeramnya dengan kuat.Wenny langsung mengernyit. "Kamu bikin aku kesakitan."Hendro menatap ke arahnya. Bibirnya melengkung dan membentuk senyum tipis yang mengandung ejekan. "Nggak disangka pesonamu sebesar itu."Hendro sudah cukup sering melihat banyak pria menyukai Wenny. Vigo termasuk yang paling menonjol di antara para adik kelas. Dia saja tak luput dari Wenny, bahkan sampai tidak peduli meskipun dia sudah pernah menikah.Wenny memanfaatkan momen itu untuk langsung merebut kembali ponselnya. "Sebesar apa pun pesonaku, tetap saja nggak bisa menaklukkan Pak Hendro, 'kan?"Wenny berbalik dan hendak pergi.Namun tiba-tiba, lengan kokoh yang kuat melingkari pinggang rampingnya. Hendro langsung menariknya masuk ke dalam pelukannya.Tubuh yang lembut bersentuhan erat dengan tubuh yang keras, hanya dipisahkan oleh pakaian tipis yang mereka kenakan.Wenny langsung memberontak, "Pak Hendro, apa ya
Wenny merasa seperti sedang dipanggang di atas bara api. Apa sebenarnya yang sedang dilakukan Hendro? Apakah dia benar-benar ingin mendengar dirinya memanggilnya "Kak Hendro"?Hendro pasti sedang menggodanya lagi.Wenny pun menatapnya dengan tajam dan kesal.Hendro yang ditatap seperti itu justru tersenyum tipis. Dia terlihat dalam suasana hati yang sangat baik.Saat itu, terdengar nada dering ponsel yang lembut dan jernih. Itu adalah telepon masuk untuk Wenny.Telepon ini bagaikan penyelamat. Wenny segera berdiri sambil berujar, "Kalian makan dulu ya. Aku keluar sebentar untuk angkat telepon."....Wenny keluar ke lorong untuk menerima telepon. Ternyata, itu dari kakak seperguruan ketiganya, Eddy."Wenny, aku sudah sampai di Kota Livia. Kamu ke mana?""Kak Eddy, aku lagi di Kota Walles. Beberapa hari lagi, aku baru pulang.""Oke, aku akan menunggumu."Setelah menutup telepon, Wenny berbalik badan dan langsung menabrak dada bidang yang hangat dan kokoh."Aaaargh!"Ponsel Wenny terlepas
Tangan kecil Wenny yang memegang sumpit terhenti sejenak, lalu dia menjawab dengan jujur, "Aku sudah menikah.""Apa?"Semua orang terlihat kaget.Vigo menatap Wenny dengan ekspresi tidak percaya. "Wenny, kamu sudah menikah?"Wenny langsung menyadari tatapan Hendro yang mengarah padanya. Tatapan pria itu selalu membawa tekanan. Dia berusaha untuk mengabaikannya, lalu membalas sambil tersenyum, "Ya, jadi beberapa tahun terakhir aku nggak terlalu sibuk. Aku cuma sibuk ... mengurus suami dan menjadi ibu rumah tangga."Wenny memang mengatakan hal yang sebenarnya. Sudah lebih dari tiga tahun sejak dia "menghilang dari dunia luar" dan selama itu pula hidupnya berpusat pada Hendro.Para kakak kelas wanita terkejut. "Wenny, kamu bisa-bisanya jadi ibu rumah tangga di usia yang begitu produktif?"Wenny menambahkan, "Belum lama ini, kami baru saja bercerai."Kali ini, semua orang makin kaget."Pasti pria itu sangat luar biasa sampai-sampai Wenny rela menjadi ibu rumah tangga.""Wenny, suamimu ...
Wenny dengan cepat menarik tangan kecilnya yang baru saja bermain salju ke dalam lengan bajunya."Wenny, aku ...."Pada saat itu Vigo kembali. Di tangannya, ada sepasang sarung tangan berbulu.Tadi Vigo khawatir tangan Wenny akan kedinginan, jadi dia kembali ke resor untuk membeli sarung tangan. Namun saat kembali, dia malah melihat Hendro.Hendro sudah lebih dulu datang ke sisi Wenny. Keduanya sedang berdiri bersama di bawah satu payung hitam.Mata Vigo terlihat sedikit kecewa. Sepertinya, sarung tangan yang dia bawa ini sudah terlambat dan tidak berguna lagi.Vigo melangkah mendekat sambil bertanya, "Kak Hendro, kenapa kamu bisa datang ke sini?"Vigo juga lulusan Harvard. Hanya saja dibandingkan dengan Hendro yang benar-benar seorang genius dan pria idaman, dia tetap terlihat kurang mencolok.Tak lama kemudian, para kakak kelas juga berkumpul di sekitar mereka. "Kak Hendro, bukannya katanya kamu nggak ikut? Kenapa tiba-tiba datang juga?"Semua orang terlihat sangat penasaran dengan k
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments