Hana tetap tenang mengamati gerak-gerik Bara terutama pada bagian wajah pria itu. Dia masih mencoba untuk kembali memastikan kalau pilihannya tidak salah sama sekali dengan begitu telitinya mengamati seluruh seluk beluk wajah jeleknya Bara.
Di sisi lain, Bara tetap saja termenung tak memberikan respon yang lain. Dia hanya menunggu jawaban dari Hana yang saat tengah memandang ke arahnya dengan memicingkan matanya.
“Hmm…? M–mengapa wanita ini malah melihatku seperti itu? A–apakah jangan-jangan sedang memastikan kualitas wajahku yang sudah jelek ini? Urgh…! Semua wanita pada akhirnya sama saja! Hanya ketampanan yang selalu menjadi tolak ukur dalam menentukan calon suaminya!” batin Bara benar-benar mulai geram di hatinya.
Padahal Bara tidak sadar kalau yang sedang diamati Hana adalah keseriusannya Bara yang terlukiskan di raut wajahnya yang babak belur itu. Ketidakpuasan Bara semakin memuncak ketika Hana terus saja memandangi wajahnya.
“Hei! Sudah cukuplah Anda memandangi wajah saya ini!