“Urgh…! S–sadarlah Bara! Jangan sampai lengah seperti dahulu engkau mencintai Alya! Aku menikahi wanita cantik itu hanya untuk melampiaskan kesendirianku dan bukan untuk kepentingan suami istri dalam jangka waktu yang lama!” batin Bara langsung mengingatkan dirinya sendiri untuk lebih skeptis.
Dia melihat ke arah punggung Hana yang saat ini tengah pergi menjauh dengan tatapan yang mengerutkan alisnya dengan serius seolah-olah tidak ingin terlena lagi seperti sediakala.
Hana yang melangkah terlalu jauh pun tersadar kalau Bara tidak berada di dekatnya. Alhasil, dia menoleh ke arah belakang dan melihat sosok calon suaminya itu yang sedang terdiam menatapnya dari balik kacamata hitam miliknya itu.
“Hmm…? Mengapa dia berdiam di tempat seperti itu? Apakah ada masalah lagi antara kita?” batin Hana mulai bingung memikirkan kemungkinan adanya kesalahpahaman lainnya yang telah terjadi.
Meski sebenarnya tidak ada masalah lagi, Hana tetap berhati-hati dengan sikapnya terhadap calon suaminya yang