Aku ingin tahu reaksi Rizal, apakah dia akan setuju atau tidak. Tapi, tak ada sahutan.
“Zal, kamu nggak usah khawatir. Aku sudah istikharah,” lanjutku usai terdengar desahan nafasnya yang mengisyaratkan ketidaksukaan. .
Sepertinya dia berat mengijinkanku. Sepertinya dia masih menyimpan kekhawatirannya padaku. Dia khawatir kalau aku termakan ucapan Desti karena mantan istrinya itu bisa saja memanfaatkan putri mereka sebagai alasan, agar aku iba.
“Tih, tak semua sebaik kamu. Ada orang-orang yang punya rencana lain dibalik sikapnya yang manis,”tutur Rizal kemudian.
Sebaik aku? Tubuhku seolah terbang melayang mendengar ucapan Rizal. Senyumku tak henti mengembang.
Rizal bilang aku baik? Aku segera menekan-nekan telingaku untuk menyadarkan kalau aku tidak salah dengar. Lalu aku menata hati untuk kembali melanjutkan percakapan, agar Rizal tidak curiga bahwa aku sukses dibuatnya salah tingkah.
“Kita tak boleh berburuk sangka, Zal,” tukasku, terdengar normatif.
Terdengar dari balik