Firman segera melangkah masuk ke mobil. Dia sudah tak tahan lagi untuk tidak menyeka air matanya yang luruh. Rasa bersalah kepada anak-anak menyelimuti pikirannya.
Segera Firman mengemudikan mobil menuju apartemen. Apartemen yang sepi tiada celoteh anak-anaknya. Apartemen yang terpaksa menjadi pelabuhan akibat kesalahan fatalnya.
Hanya Rani yang ada disana, dan entah bagaimana dia akan menjelaskan semua ini kepada Rani. Firman berusaha keras memutar otaknya.
Firman melangkah tanpa semangat ke unit apartemennya. Berjuta penyesalan seolah tak berguna lagi. Haruskah dia menjalani takdir, atau memperbaiki semuanya?
“Rani! Rani?” dipanggilnya istri mudanya itu berulang kali.
Tak biasanya apartemen itu sepi. Sejak ada Rani, wanita itu selalu menyambut hangat kedatangannya, meski dia sudah tak sehangat sebelumnya.
Sepi.
Firman memindai pandangannya ke seluruh sudut apartemen. Keningnya berkerut. Kenapa benda-benda milik Rani tidak ada?
Firman segera membuka lemari pakainnya. Kos