Hari kepulangan Calla dari rumah sakit tiba. Udara di luar terasa hangat, matahari bersinar lembut di antara awan tipis. Namun, langkah Calla terasa berat.
Elric memayungi Calla saat mereka keluar dari pintu utama rumah sakit. Ia sudah menyiapkan mobil dan memastikan semua perlengkapan Calla dimasukkan. Calla sempat ragu ketika melihat ke jalan, seolah membayangkan Vincent muncul dari sudut manapun, tapi Elric berdiri kokoh di sampingnya.
“Semuanya aman, Calla,” bisiknya, menatap lembut. “Ayo pulang.”
Pulang. Kata itu terasa asing.
Tapi begitu sampai di apartemen Elric, Calla cukup terkejut. Bukan karena mewahnya tempat itu, melainkan karena semua sudah dipersiapkan dengan sangat hati-hati. Sebuah kamar tamu disulap menjadi ruang yang nyaman, hangat, dengan aroma lavender yang lembut dan sprei warna biru muda.
“Aku coba bikin kamarnya mirip seperti yang kamu ceritain waktu itu,” ucap Elric canggung. “Yang katanya suka tempat adem, nggak terlalu terang, dan harus ada tanaman