Bintang masuk ke kamar, mendapati Sinar tengah bermain dengan Asa di atas tempat tidur. Wajah istrinya tampak cerah, meski sorot matanya mengandung tanya.
“Katanya nggak lama di Network.” Sinar mencibir, menatap tajam pada Bintang.
Mencoba menyembunyikan resahnya dalam-dalam dan berusaha menghilangkan rasa curiga yang terus menghantui. Ada trauma yang ternyata masih saja melekat dan tidak bisa lenyap begitu saja.
“Kalau cepat, ditanya kok cepat? Kalau lama, ditanya juga kok lama?” ujar Bintang berdiri di sisi tempat tidur. “Bunda ini maunya apa coba?”
“Maunya sih … jujur,” sahut Sinar datar, kemudian bangkit dan menggendong Asa.
“Aku kurang jujur apa lagi?” Bintang mengikuti Sinar yang berjalan menuju balkon. “Aku sudah bilang, kan? Kamu bisa hubungi aku setiap saat. Andai nggak bisa, hubungi Ryu. Atau, kamu juga bisa ikut aku kerja, gantiin Ryu.”
Sinar mendesah pelan. “Entar Mas Bin bosen, lihat aku terus tiap hari.”
“Daripada lihat Ryu terus?” Bintang berdiri di belakang Sinar. Meng