“Kenapa?” Langkah Elo terhenti ketika Sinar mencekal lengannya.
Sinar menarik Elo agar tidak berada di depan lift. “Pak El yakin mau makan di sini?”
“Kita sudah sampai sini, Nar.”
Sinar menggigit sudut bibirnya sebentar. “Tapi ... mahal, loh, Pak. Sayang uangnya. Mending ... ck! Dibeliin soto di pasar malam bisa dapat puluhan mangkok, Pak!”
“Norak!”
“Fakta!” Sinar memukul keras lengan Elo.
“Aku sudah reservasi.” Elo menenggelamkan satu tangan di saku celana. Menatap wajah ragu Sinar. “Dan kita sudah sampai sini.”
“Ck, minimum spendnya seharga kontrakan saya sebulan.”
“It’s on me Sinar Bhanuresmi.” Elo merentangkan satu tangannya, mengarah pada pintu masuk restoran. “Silakan.”
Sinar membuang napas dari mulutnya. “Tapi ... tolong janji, ini terakhir kalinya Pak El ngajak saya makan di tempat kayak gini.”
“Nar—”
“Janji dulu!” desis Sinar menghabiskan jarak. Tangannya terulur cepat dan mencubit perut Elo. “Janji, janji, janji!”
“Nar! Astaga!” Elo spontan menjauh sambil mengusap perutnya.