“Aku nggak dibikinin kopi, Nar?”
“Saya nggak ngopi,” jawab Sinar sambil mengunyah martabak yang dibawa Elo. Pria itu tiba-tiba datang ke rumahnya dengan membawa dua kotak martabak, yang saat ini sedang mereka nikmati di teras rumah.
“Teh?”
“Gulanya nggak ada.”
“Aku biasa minum nggak pake gula.”
“Tapi tehnya juga nggak ada.”
Elo tidak jadi melahap martabak yang sudah berada di depan mulut. “Baru ini aku nemu orang pelit seperti kamu.”
“Bukan pelit, tapi emang nggak ada,” sanggah Sinar. “Malas beli, soalnya juga nggak ada yang minum. Kan, mubazir kalau sampe kadaluarsa.”
Elo mendesah. Langsung memasukkan dua potong martabak sekaligus ke mulutnya. “Kalau ada tamu itu, harusnya dimuliakan. Disediain minum sama apa kek.”
“Tuh martabak.” Sinar menujuk boks martabak yang berada di antara mereka. “Minumnya ambil sendiri di dispenser. Anggap aja rumahnya Pak El sendiri. Eh, Mas.”
Elo segera berdiri. Masuk ke dalam rumah dan mengambil air di dispenser. Tidak hanya untuknya, tetapi juga untuk Sin