“Iya, Mas. Udah ini,” jawab Ayu.
“Mana? Coba kamu baca,” pinta Harsa.
“Malu, Mas baca sendiri aja!” tolak Ayu.
“Hahaha, ya biar lebih ngena. Entar saya juga baca punya saya. Ayo dong Sayang, Mas pengen denger nih,” bujuk Harsa.
Awalnya Ayu masih menolak. Akhirnya ia mau juga untuk membaca. Dari tadi istrinya ini perlu dibujuk dulu untuk mau bertindak. Tidak masalah asalkan istrinya itu tidak berlarut dalam sebuah kesedihan atau kemarahan yang berlanjut panjang.
Harsa teringat akan Nyiur. Dulu sewaktu hamil Alifa dan Aliza, Harsa dengan Nyiur sibuk mempersiapkan diri untuk menerima poligami karena belum pasti juga sebuah hasil dari apa yang mereka ketahui dalam usg-nya kalau anaknya tidak laki-laki. Harsa merasa kurang berbuat romantis dengan sang istri sewaktu itu.
Senyumnya yang dari tadi sudah dirangkai, rasanya kini memudar. Ia terus kepikiran Nyiur. Ayu yang sudah mulai mau membaca itu pun kembali bertanya terlebih dahulu kepada sang suami mengapa ekspresinya tiba-tiba be