"Intan!" Bima mengejar Intan sampai ke pelataran. Entah sejak kapan hujan turun, Bima melihat pelataran itu gelap dan basah.
Namun, Intan tak peduli, dia terus berlari sambil menangis di tengah hujan itu. Dan Bima pun terus mengejarnya dan meneriaki namanya.
"Intan dengerin aku dulu, kita bisa bicarakan ini baik-baik, kamu kenapa?" tanya Bima ketika akhirnya dia berhasil memegang lengan Intan. Mereka berdua kini berdiri berhadap-hadapan di tengah hujan yang lumayan lebat membuat keduanya basah kuyup.
Intan mau tak mau berhenti. Dan menangis di bawah hujan. Sakit sekali hatinya mengingat omongan calon ibu mertuanya tadi. Dan dia tak pernah menyangka akan hal ini. Harusnya dari awal dia tahu, kalangan seperti Bima tidak mungkin bisa menerima perempuan seperti dirinya.
Intan pun berbalik menatap Bima masih dengan linangan air mata.
"Mama udah ngomong apa aja sama kamu?" tanya Bima.
"Mama kamu nggak suka sama aku. Kita nggak bisa menikah," jawab Intan.
"Maafin Mama, ya. Apa pun