Di sisi lain, rombongan Kekaisaran Tianyang terlihat tengah beristirahat di perbukitan berumput, menjelang malam. Cahaya matahari perlahan redup di ufuk barat. Tenda-tenda besar telah terpasang rapi, bendera kekaisaran berkibar tertiup angin. Pasukan duduk melingkar, mengisi perut dan melepas lelah setelah perjalanan panjang.
Kaisar Tian Ming berdiri di tengah lapangan perkemahan, menatap para prajuritnya.
“Beristirahatlah malam ini,” ucapnya tegas namun lembut. “Kita takkan memenangkan peperangan jika tubuh kita kelelahan. Esok kita akan tiba di perbatasan dan menghadapi mereka.”
“Siap, Yang Mulia!” seru para jenderal dan prajurit dengan suara serempak.
Kaisar Tian Ming mengangguk puas, lalu berjalan menuju tenda utamanya. Tepat sebelum ia melangkah masuk, Wu Liang muncul dengan sedikit tergesa, membawa sebuah gulungan kecil bersegel emas.
“Yang Mulia,” katanya sambil membungkuk dalam. “Sebuah surat datang dari istana. Dari Yang Mulia Permaisuri.”
Begitu mendengar itu, wajah Kaisar T