Pagi itu, matahari bersinar hangat menyinari halaman istana Tianyang. Zhao Xueyan melangkah masuk ke aula jamuan makan dengan tenang, meski rona pucat masih terlihat jelas di wajahnya. Rambutnya disanggul rapi, dan langkahnya tetap anggun meski tubuhnya terasa sedikit lelah.
Di dalam ruangan, Ibu Suri Gao telah duduk di tempat kehormatannya, ditemani oleh Tuan Min Ho dan Nyonya Kim Na yang terlihat begitu nyaman, seolah tak ada beban yang mengganjal pikiran mereka.
Saat Zhao Xueyan menunduk memberi hormat, senyum tipis langsung menghiasi wajah Ibu Suri.
“Salam hormat Ibu Suri! Maafkan aku yang datang terlambat,” ucap Zhao Xueyan setelahnya langsung duduk di kursinya.
"Tak apa-apa. Permaisuri, wajahmu tampak pucat pagi ini. Apakah kau sedang sakit?" tanya Ibu Suri Gao dengan nada manis namun sarat makna terselubung.
Zhao Xueyan tersenyum kecil, tenang namun penuh isyarat.
"Mungkin seperti itu, Yang Mulia Ibu Suri. Hanya lelah biasa."
Nyonya Kim Na yang duduk di sisi kiri Tuan Min Ho i