Di dalam paviliun naga yang tenang, suara sendok kecil beradu pelan dengan mangkuk porselen. Zhao Xueyan duduk bersandar di ranjang, selimut menyelimuti tubuhnya yang lemah, sementara tangan kirinya masih terpasang infus.
Ratu Bing Qing duduk di sampingnya, dengan sabar menyuapi bubur hangat ke mulut putrinya.
“Pelan-pelan, jangan terburu-buru. Bayimu juga ikut makan, ingat itu,” ucap sang ratu dengan lembut, menyeka ujung bibir Xueyan dengan kain halus.
Zhao Xueyan hanya mengangguk pelan, matanya terlihat sendu. Setiap suapan seakan membawa beban perasaan yang tak terkatakan.
“Dulu, saat mengandungmu, Ayahmu juga pergi ke medan perang,” cerita Ratu Bing Qing dengan senyum tipis. “Setiap malam aku tidur sambil memeluk surat-suratnya, berharap dia pulang dengan selamat.”
Zhao Xueyan menoleh menatap wajah ibunya. Senyum lembut sang ratu membuat dadanya terasa sesak.
“Lalu bagaimana Ibu bisa kuat?” tanyanya dengan suara lirih.
Ratu Bing Qing tersenyum sambil mengelus kepala putrinya.
“Ka