“Sampaikan maafku pada panitia.”
Sambil merapikan pakaian Dylan, Vina mengangguk. “Mereka sudah tau kamu sulit menggeser jadwal.”
“Tapi, mereka sampai merubah susunan acara dan menjadwalkan Clara di penampilan terakhir agar aku bisa hadir.” Dylan menggeleng-geleng penuh penyesalan. “Tapi aku benar-benar tidak yakin, Chagiya.”
Vina menepuk-nepuk dada sang suami. “Nggak papa. Berangkatlah sekarang.”
Kepala Dylan mengangguk. Pemotretan kali ini kerjasama Dylan dengan salah satu brand internasional. Brand tersebut malah sudah membooking jadwal Dylan sejak enam bulan yang lalu.
Dengan wajah pasrah, Dylan melambai pada Vina. Saat mobil Dylan telah keluar dari gerbang, Vina beranjak masuk ke dalam rumah kembali untuk bersiap-siap.
Namun belum ada tiga menit, Vina mendengar suara mobil Dylan. Ia membalik tubuh dengan dahi berkerut. Dylan keluar dari mobil dan berlari menghampirinya.
“Sayang? Apa ada yang kelupaan?”
Dylan mengangguk. Tangannya meraih pinggang Vina lalu melumat bibir sang istri