“Pa! Setidaknya, Papa tolong kasih tahu mereka agar tidak dengan sengaja mempermalukanku di hadapan Evan langsung!”
Nayla pun ikut angkat suara. Bahkan, kali ini dengan adanya Evan di sampingnya, Nayla merasa memiliki keberanian yang lebih dari biasanya.
Evan memandang lurus ke depan arah Ghavin, membuat Ghavin merasa tengah ditatap tajam oleh sepasang mata Evan dari balik kacamata hitam yang senantiasa dipakainya itu.
“Ma, Adelia, apa kalian tidak bisa bersikap lebih baik lagi?!”
Ghavin langsung menegur dengan tegas, disertai tatapannya yang tajam pada Adelia dan Marissa. Wajahnya memerah, antara rasa malu dan marah bercampur sekaligus.
Nayla menghela napas kasar, lalu dia menoleh pada Evan.
“Ayo!” ajak Nayla.
Kemudian dia lanjut berpamitan. “Kami pulang dulu, Ma, Pa.”
Begitu Nayla dan Evan berlalu pergi, Adelia langsung mendekati Ghavin.
“Pa, aku sama sekali tidak berniat mempermalukan Nayla. Aku hanya–”
“Sudah cukup!” Bentakan Ghavin langsung memotong perkataan Adelia.
Ghavin mende