Kembali di apartemennya, Peter meletakkan kantong-kantong bahan herbal di meja makan yang sudah berdebu. Ia menatap kotak kayu kosong tempat alat racik pil dengan perasaan berat.
"Sekarang masalah utamanya adalah energi Qi," gumam Peter sambil merasakan aliran energi dalam tubuhnya yang sangat tipis. "Kalau dipaksakan meracik seratus pil, bisa-bisa aku kolaps."
Peter terduduk di kasur yang sudah kempes, menatap langit-langit apartemen yang penuh dengan noda air hujan.
Dilema ini benar-benar rumit.
Di satu sisi, permintaan pasar sangat tinggi dan menguntungkan. Di sisi lain, sumber energi Qi yang terbatas membuatnya tidak dapat produksi massal.
"Di Benua Zicari, energi Qi berlimpah di udara. Siapa saja dapat menyerapnya dengan teknik pernapasan sederhana," Peter menghela napas panjang.
"Namun di Bumi, energi Qi tersimpan dalam tubuh manusia. Dan cara satu-satunya untuk menyerapnya adalah..."
Peter terdiam. Pikirannya melayang pada kejadian tadi malam ketika tidak sengaja menyentuh dada