"Sayang, kamu ngomong apa sih?"
"Mungkin kalo Melinda yang jadi istrimu—"
"Hana!" sela Evan yang kini memejamkan matanya, berusaha untuk mengatur emosinya. "Han, apa yang kamu lihat waktu itu nggak seperti yang kamu pikirin. Please, sekarang yang penting kamu sehat dulu. Nggak usah mikir yang nggak-nggak."
Hana ingin menyahuti Evan, tapi pintu ruang rawat inapnya terbuka. Ayah mertuanya masuk sambil menyunggingkan senyumannya.
"Gimana, Han? Perlu Ayah panggilin dokter? Kata Mama dokter belum ngecek lagi ke sini setelah kamu bangun?"
Hana membalas perhatian ayah mertuanya dengan sebuah senyuman, meski sangat sulit rasanya untuk tersenyum di kondisinya saat ini. "Nggak apa-apa kok, Yah. Biar nunggu jadwalnya dokter visit aja."
Ares melirik Evan dengan tatapan yang sama sejak ia menampar anaknya itu. "Kamu sehat dulu ya, Han. Kalo udah sehat, kamu boleh minta penjelasan ke Evan, kamu boleh marah sama Evan, bahkan kalau kamu mau minta cerai pun, ayah nggak akan menghalangi. Di keluarga Ca